Chapter 29

13.7K 2.1K 474
                                    

Vote dulu, nggak rugi kan? 🙄










Lewat jam dua pagi, menyisakan sepi yang semakin merayap di kamar rawat Nanon. Ohm terlelap dengan posisi duduk di sofa dengan dijejeri Frank yang masih setia bermain game sedari tadi.

Beruntung ketika satu gerakan tercipta oleh Nanon yang kemudian mengerjap membuka mata, atensi Frank pada layar smartphone-nya sudah diakhiri. Kekasih dari Drake itu kemudian mendekat ke arah ranjang, sebisa mungkin membuat adiknya nyaman.

"Dek.." panggil Frank lirih.

Nanon perlahan membuka matanya. Beradaptasi dengan pendar cahaya lampu yang awalnya terasa menusuk mata.

"Kak.." respon Nanon meski hanya gerakan bibir, tanpa suara.

Frank yang paham situasi langsung membantu adiknya minum dari gelas yang memang sudah di sediakan di nakas samping ranjang.

Selesai dengan minumnya, mata Nanon langsung tertuju pada seseorang yang nampak begitu lelap. Suaminya, Ohm. Keadaannya nampak begitu berantakan. Baju lusuh, rambut acak-acakan, dan luka di sekujur wajah yang sepertinya belum sempat dibersihkan. Atau memang tak akan.

Nanon paham jika Ohm tampak begitu kelelahan karena pekerjaan. Tapi untuk luka-lukanya? Dari mana pemuda itu mendapatkannya? Setahu Nanon Ohm bukanlah pribadi yang suka beradu otot demi menyelesaikan masalah.

"Ohm-nya mau dibangunin? Biar ngobrol sama kamu?" Tawar Frank.

Nanon menggeleng. Membiarkan pertanyaan tentang luka Ohm tetap dalam kepala dan membuatnya penasaran. Mungkin besok ia bisa bertanya pada yang bersangkutan.

"Yaudah lanjut tidur aja, ya. Kamu masih harus banyak istirahat biar cepet sehat. Mau cepet pulang, kan?" Frank.

Lagi-lagi hanya gerakan kepala, kali ini mengangguk. Tenaga Nanon seperti terkuras habis meski untuk sekedar berucap saja.

Akhirnya si manis kembali mencoba memejamkan mata setelah Frank memperbaiki letak selimut dan mengecup dahinya singkat.





....






Ohm berjaga sendirian pagi itu saat seorang perawat memasuki ruangan Nanon. Frank sudah ijin pulang setelah dijemput Drake subuh tadi karena harus ke sekolah untuk persiapan kegiatan orientasi siswa baru. Sebagai anggota OSIS aktif, tentu saja Frank tak bisa mangkir begitu saja.

Nanon sendiri tampak belum kembali membuka mata, masih setia dengan lelapnya.

Ketika sang suster bekerja, mengecek keadaan Nanon dan menyuntikkan cairan obat pada infusnya, Ohm keluar membuka pintu. Tepat saat pintu terbuka lebar, seseorang lewat dan sempat menyapa dirinya.

"Loh, Ohm. Kok di sini? Siapa yang sakit?" Tanya seorang pemuda dengan mata sipit ciri khasnya.

"Eh, Blue.." Ohm menanggapi gugup. Bagaimana bisa ia tertangkap basah oleh teman sekelasnya dulu ini? "Lu ngapain?"

"Jenguk nenek, asmanya kambuh. Lah lu sendiri, nungguin siapa?"

"Itu.. eh anu yang sakit, Nanon." Jawab Ohm akhirnya.

"Sakit apa?"

Belum sempat Ohm menjawab, suster yang tadi bertugas keluar kamar rawat Nanon dan sempat menitip pesan pada Ohm.

"Mas, nanti kalau istrinya ngerasa mual jangan panik ya, di bantu aja. Itu efek dari obatnya." Jelas sang suster.

"I..iiya, sus." Jawab Ohm kaku.

Matanya lalu beralih takut pada Blue yang kini juga sedang memandanginya, bingung.

"Istri? Siapa? Nanon?"

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now