Chapter 2.16

9K 1.3K 165
                                    

Inget urutannya kan? Vote, follow, baca. Jangan skip !!








Suara keras sol sepatu beradu lantai marmer menggema di sepanjang lorong apartment yang dilalui Ohm. Tak peduli beberapa pintu tiba-tiba terbuka karena penghuninya penasaran dengan gerangan sumber suara, si tampan berjalan cepat, sedikit berlari menuju unit miliknya.

Setelah memberi tahu Nanon lewat telefon jika Marc hilang, Nanon hanya bertanya 'apa?' dengan nada keras memastikan. Ohm menjawab 'iya' dan berakhir sambungan yang dimatikan sepihak oleh sang istri.

Ohm khawatir sesuatu terjadi pada Nanon. Masa bodoh dengan peluh yang membasahi tubuh, atau nafas memburu yang terasa sulit dilaraskan. Yang terpenting baginya sekarang adalah memastikan sendiri jika keadaan istrinya baik-baik saja.

Berhenti di depan pintu bertuliskan angka 312, Ohm langsung membukanya keras tanpa perlu mengetuk atau sekedar menyapa.

Brak !!

"Non !!!"

"Kamu apa-apaan sih, Ohm??"

Di luar dugaan. Bahkan nafas Ohm masih putus-putus dengan wajah sulit ditebak maksudnya. Di depannya, tepat di ruang tamu Nanon duduk di sofa panjang, di samping Marc yang sedang memainkan puzzle gambar hewannya bersama Patrick.

Marc? Iya. Putra kecil Ohm yang katanya hilang.

Serta seorang lagi yang duduk di seberang meja di depan Nanon. Itu Lee, yang masih lengkap dengan jas dan dasinya rapi.

"Non, Marc kok..." Ucap Ohm sambil mendekati kursi tamu yang terpotong karena Lee tiba-tiba berdiri.

"Udah sore, kita pulang dulu ya Non, Ohm." Pamitnya. Lalu tangan kanannya terulur melambai pada sang putra. "Ayo, Pat kita pulang!" Ajaknya.

"Tapi masih mau main, pa." Keluh Patrick tak melepas satu keping potongan puzzle di tangannya.

"Biar aja sih, om. Masih seneng main dia." Nanon ikut berkomentar.

"Tapi udah sore, Non." Lalu kembali memandang sang tunggal. "Mama udah nungguin loh Pat di rumah sakit."

"Kita jemput mama dokter dulu?" Sepertinya mulai tertarik.

"Iya, kita ke mama dokter dulu. Ayo !"

"Ok, pa. Marc kakak pulang dulu besok kita main lagi ya.."

Marc sedikit kecewa. Tapi janji dari Patrick sedikitnya mengobati kekecewaannya. "Janji ya kak?"

"Iya, sip." Patrick mengangkat jempol kanannya sambil mengedipkan mata.

Lee tersenyum memandang interaksi mereka. "Kita pulang ya, Non, Ohm."

"Iya. Sekali lagi makasih, om. Kalau nggak ada om sama Pat aku nggak tau gimana nasib Marc." Ujar Nanon sambil melirik Ohm dengan ekor mata.

Ohm sendiri masih tak paham situasi. Nafasnya perlahan mulai normal, tapi otaknya yang gantian berjalan lambat kali ini.

"Anytime, Non." Jawab Lee lalu mengajak sang putra keluar.

Tersisa Ohm dan keluarga kecilnya di ruang tamu. Nanon membantu Marc membereskan legonya.

"Taruh di kotak mainan ya, dek. Habis itu mandi, udah sore." Perintah Nanon.

"Ok, siap bun !!" Respon si kecil dengan semangat sambil menenteng mainannya.

Selepas Marc melenggang, hening menyusur sejenak. Membiarkan Ohm menatap Nanon bingung meminta penjelasan dan Nanon seolah acuh tak acuh pada suaminya.

"Om Lee ketemu Marc di taman deket sekolah waktu jemput Patrick katanya. Jadi diajak pulang sekalian." Dua kalimat yang cukup membuat Ohm Pawat menarik nafas lega.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang