Chapter 2.13

10.3K 1.4K 236
                                    

Yang nggak ngevote nggak boleh baca pokoknya !!  ;)










Temaram kamar yang hanya berhias remang lampu tidur mengisi senyap malam milik Ohm dan Nanon. Beralas dada bidang sang suami, si manis nyaman dibuai dekap rengka kekar Ohm.

"Jadi kapan kita mau mulai pindah?" Suara halus Nanon menguar lembut di indera pendengaran suaminya.

"Kamu pengennya kapan?" Malah dijawab pertanyaan lagi.

Mendengung sejenak untuk berfikir, Nanon kemudian menjawab. "Habis adeknya Marc lahir aja kayaknya. Takutnya kerepotan kalau aku ngurus rumah segitu gede dalam keadaan hamil."

Ohm mengangguk menyetujui. "Aku juga rencana awalnya gitu. Lagian beberapa bagian rumah juga masih pengen aku renovasi lagi, biar nyaman buat kalian."

"Ngomong-ngomong soal adeknya Marc, kenapa bisa pas gitu ya. Aku lagi kepikiran buat nyari rumah, biar nggak sempit kalau buat kita berempat. Kok kamu malah udah dapet duluan? Rumah yang emang aku pengenin lagi."

Kekehan Ohm terdengar pelan. "Nerawang aja aku, yang."

"Ck." Disertai cubitan pelan di pinggang yang membuat Ohm sedikit meringis kesakitan.

"Bercanda, Non. Aku emang udah bilang sama kamu, kan. Dari awal kamu pulang emang aku udah ada rencana beli rumah baru. Kasihan Marc juga kalau di apartment terus nggak dapet temen tetangga. Eh, ternyata pas banget mau nambah anggota." Jelas Ohm disertai tawa di awal kata.

Kepala Nanon diusakkan di dada sang suami. Membuat yang lebih tua menahan gemas sambil sesekali melayangkan kecupan di puncak kepala.

"Terus mau kapan kita bilang sama Marc sama keluarga kita? Aku kira tadi di rumah mama kamu mau bilang sekalian." Nanon kembali membuka suara. Bagaimanapun persetujuan Ohm jadi prioritasnya sekarang.

"Buat Marc, kayaknya nanti aku bilangin pelan-pelan deh biar dia ngerti. Kamu bantuin tapi ya?"

Nanon mengangguk.

"Kalau buat keluarga kita, aku maunya sekalian aja. Kita makan malam bareng terus kita umumin. Kaya pas kak Frank ngumumin mau tunangan kemaren."

Nanon tersenyum kecut. "Aku nggak liat waktu kak Frank tunangan ngomong-ngomong."

Menyadari kesalahannya mengambil kata, Ohm mendadak panik. "Eh, sorry nggak gitu maksud aku, yang. Aku cuma....."

"Iya, iya. Aku paham kok." Potong langsung yang lebih muda. Tak mau pembahasan ini jadi makin panjang.

Meski telah berlalu, nyatanya Nanon masih menyimpan ruang sesal di sudut hatinya atas keputusan untuk menuruti keinginan sang ayah beberapa tahun lalu. Nanon tahu semua tindakan Tay adalah demi kebaikannya, namun dampak buruk juga tak begitu saja lepas dari mereka.

"Rencana kamu kapan?" Nanon.

"Hah?"

"Ngumpulin keluarga."

"Oh.. habis kita ngasih tau Marc aja ya?"

"Boleh. Kalau bisa secepetnya. Nggak enak kalau disangka nyembunyiin berita bahagia."

"Iya, sayang.." sambil mencubit main-main hidung bangir sang istri.








....








Pluem menatap segan pria paruh baya yang duduk di hadapannya. Off Jumpol, ayah kandung sang calon istri yang mengundangnya datang menghadap di kantor secara pribadi.

Meski tak menampakkan raut tegas seperti milik Tay, namun Off punya aura dominasi yang menguar kuat di sekitarnya. Senyum ramah menjurus konyol, tatapan mata yang begitu hangat. Namun Pluem yakin, Off-pun sama tak bisa dibantah.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz