Chapter 19

13.9K 1.7K 334
                                    

"Dari mana aja kalian??" Suara berat bernada dingin terlontar dari Tay Tawan. Membuat dua pemuda di hadapannya menciutkan nyali.

Ohm dan Nanon sama-sama menunduk, menghindari sorot setajam elang dari ayah tiga anak itu.

"Masuk !!" Perintah Tay mutlak ketika tak satu jawabanpun diperolehnya.

Dengan cepat Ohm membukakan kunci pintu bagi mertuanya tersebut. Menyambut canggung bersama Nanon duduk bersama di ruang tamu.

"Nanon ambil minum buat ayah dulu." Nanon sudah berdiri hendak menuju dapur ketika ayahnya mencegah.

"Nggak usah. Ayah cuma sebentar. Duduk !"

Nanon menurut. Menempatkan dirinya duduk di samping sang suami dengan perasaan gelisah yang begitu terasa.

Sosok di hadapannya ini, orang yang telah berjasa menghadirkan dia ke dunia, ayah kandungnya. Tapi Nanon seolah tak lagi bisa merasakan kehangatan seorang ayah dari sosok tersebut kini.

Nanon sadar, dinginnya Tay juga akibat dari kekecewaan yang Nanon toreh padanya begitu dalam. Tapi apa harus sejauh ini akibat yang dia terima?

"To the point saja. Kalian udah selesai ujian kan?"

"Udah, yah." Ohm yang mengambil alih jawaban.

Sudut kiri bibir Tay tertarik ke atas membentuk seringai tipis. "Kapan pengumuman dan ijazahnya?"

"Mungkin bulan depan." Ohm.

"Bagus. Berarti tanggung jawab kami selesai sampai sini. Urusan kedepannya jadi tanggung jawab kalian, terutama kamu Ohm."

Perlahan dengan takut-takut Ohm dan Nanon memberanikan diri memandang tepat ke mata Tay. Dapat Nanon rasakan terselip rasa khawatir di balik suara ayahnya yang begitu tegas.

"Kamu udah jadi suami, bukan lagi sekedar bocah ingusan yang bisa main semau kamu. Sekarang ada Nanon dan anak kalian yang jadi tanggung jawab kamu. Mau kamu urusin, kamu kasih makan atau nggak itu terserah kamu."

"Yah.." potong Nanon membuat semua perhatian teralih padanya. "Kalo Ohm kerja di tempat ayah apa boleh?" Butuh keberanian besar dari Nanon untuk mengutarakan pertanyaan tersebut. Ohm saja sampai kaget.

Tapi tidak dengan Tay Tawan. Pria paruh baya itu tampak tersenyum misterius.

"Mau Ohm atau kamu bisa aja kerja di tempat ayah atau tempat papanya Ohm.."

Kedua sejoli di hadapannya sempat hendak menarik nafas lega. Sampai Tay melanjutkan.

"..asal kualifikasi pendidikannya bisa kalian penuhi."

Game over. Kualifikasi pendidikan terendah di perusahaan Tay maupun Singto adalah lulusan SMA, sedangkan mereka hanya lulusan SMP yang bahkan ijazahnya saja belum keluar.

Tapi dalam hati Ohm dan Nanon bersyukur. Paling tidak Ohm sudah ada pekerjaan sebagai pelayan di cafe milik Kay, meskipun dengan gaji yang tak seberapa.

Tay berdehem sekali untuk kemudian mengatakan maksud sebenarnya. "Jadi kedatangan ayah kali ini adalah untuk menarik credit card dan ATM yang selama ini kalian gunakan. Ah, iya buku tabungan juga."

Ohm dan Nanon saling bertukar pandang resah. Secepat inikah?

"Tapi punya Ohm..."

"Sekalian juga. Biar ayah yang menyerahkan pada papamu nanti."

Sekali lagi, ucapan Tay Tawan memang tak bisa dibantah. Aura dominan dan ketegasannya dibalut apik oleh penampilan penuh wibawa.

Akhirnya mau tak mau keduanya mengangguk. Meminta izin sejenak untuk ke kamar mengambil hal yang dimaksud.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now