Adu tanding

1.8K 61 0
                                    

Keterangan yang disampaikan tanpa tedeng aling-aling itu langsung membuat kaget. Pangeran Sekar Tanjung sontak memperlihatkan wajah marah, tetapi Pangeran Haryo Balewot langsung menengahi ketegangan.

“Aku mendengar khabar jika engkau memiliki wawasan ke depan saudaraku. Tentu saja perkataanmu tadi telah engkau pikirkan masak-masak. Jika memang takdir anak cucuku terikat dengan keris itu, maka aku mohon petunjukmu agar bisa mendapatkan jalan tengah dari takdir itu.” Perkataan penguasa Tuban yang bijak itu langsung meredakan ketegangan.

“Baik, Yang Mulia. Aku akan teruskan cerita ini. Takdir yang mengantarkan Kyai Gede Papringan atau Raden Dandang Wacana sebagai pendiri Tuban tidak memiliki keturunan laki-laki. Penggantinya adalah Raden Haryo Ronggolawe cucu laki-lakinya buah pernikahan antara putrinya Nyai Ageng Lanang Jaya dengan Arya Wiraraja. Sejarah membuktikan bahwa Ronggolawe tewas dalam pertempuran akibat konflik penunjukkan Nambi menjadi Patih Kerajaan Majapahit. Sungai Tambak Beras menjadi saksi tewasnya Adipati Tuban kedua itu.” Si Tua Buta kembali meneruskan kisahnya.

“Lalu apa hubungannya dengan Keris Kyai Layon dengan cerita engkau ini orang tua buta?” Pangeran Sekar Tanjung menyela bicara. Nadanya masih terlihat kesal. Nampak sekali bahwa ia tak sungkan menunjukkan kemarahannya. Jika saja ayahnya tidak terlalu menilai tinggi kepandaian orang tua buta itu, pastilah Pangeran Sekar Tanjung yang terkenal suka ilmu kanuragan itu sudah mengajak beradu ilmu menjajal kepandaiannya.

“Aku belum selesai bicara, Pangeran. Sejarah membuktikan bahwa setiap tahta Adipati Tuban yang diwariskan kepada garis keturunan perempuan, maka petaka akan terjadi. Ronggolawe adalah cucu laki-laki dari pendiri kadipaten ini. Artinya  Kyai Gede Papringan sudah memiliki pandangan tentang hal ini. Itulah sebabnya ia tidak menunjuk menantunya atau putri sulungnya menjadi Adipati Tuban. Namun kendati begitu, darah Ronggolawe tetap menjadi tebusannya.”

Orang tua buta itu kembali menghela nafasnya. Kali ini wajahnya lebih tegang lagi. Di saat bersamaan, datanglah abdi dalem membawakan minum hangat dan penganan. Bekel Soka Lulung mempersilakan tamunya untuk rehat menyantap penganan yang telah disajikan. Suasana malam yang telah larut itu terhangatkan oleh minuman khas Tuban, Wedang Jahe. Diawali dengan menarik nafasnya dalam-dalam, orang tua sakti itu melanjutkan ceritanya.

“Peristiwa serupa terjadi ketika anak sulung Raden Harya Dikara Adipati Tuban juga berjenis kelamin perempuan bernama Raden Ayu Haryo Tedjo. Seharusnya tahta Tuban diberikan kepada anak lelaki kedua yang bernama Kyai Ageng Ngraseh. Tetapi saat itu justru menantu Raden Harya Dikara bernama Syekh Abdurrahman putra dari Syekh Jalaludin asal Gresik yang diangkat sebagai Adipati Tuban dan berganti nama menjadi Raden Haryo Tedjo. Mereka inilah yang melahirkan Raden Sahur ayah dari Kanjeng Sunan Kalijaga.”

Raden Haryo Balewot yang menyimak cerita dari si Tua Buta ini langsung terbayang kisah tentang Islamnya keraton Tuban. Orang yang membawa syiar agama Islam itu adalah kakek buyutnya, Adipati Tuban yang ketujuh Syekh Abdurrahman atau Raden Haryo Tedjo. Ia diangkat sebagai menantu dan diberikan singgasana keraton Tuban karena jasanya mengajarkan agama Islam di Tuban yang kemudian akan terus dikenang sebagai daerah asal wali-wali di bumi Nusantara. Lamunannya itu terhenti ketika didengarnya si Tua Buta kembali berkisah.

“Pengangkatan kakek Sunan Kalijaga itu karena ia adalah orang yang berhasil mengislamkan keraton Tuban. Di masa ia akan menutup matanya, Raden Harya Dikara menyadari kesalahannya dan mengamanatkan agar tahta keraton Tuban diberikan kepada  garis keturunan putra keduanya Kyai Ageng Ngraseh yang diberikan nama sama. Untuk menolak takdir buruk, di zaman pemerintahan Raden Sahur atau Tumenggung Arya Wilaktika, ia menikahkan putrinya dengan Kyai Ageng Ngraseh muda dan ia diangkat menjadi Adipati Tuban selanjutnya. Kendati kekeliruan atas hak tahta Tuban itu telah diperbaiki dengan mengangkat keturunan Kyai Ageng Ngraseh sebagai Adipati Tuban, namun tak dapat dihindari sejarah Ronggolawe akan berulang. Menurut hitunganku, akan tumpah darah keraton Tuban di masa setelah kepemimpinanmu Kanjeng Pangeran Haryo Balewot!"

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora