Berlatih Kitab

1K 44 0
                                    

Untuk mengisi hari-harinya, Putri Cala mulai mempelajari kitab Mantra Sembilang.  Mengawali penguasaan ketiga jurus mantra, Putri Cala menghimpun tenaga Sembilang dengan berlatih secara aneh. Ia mengkonsumsi jamur beracun. Kemudian ia merendam seluruh tubuhnya di dalam telaga. Untuk kepandaian menyelam dalam air, Putri Cala memang ahlinya. Ia memiliki kemampuan menahan nafas di dalam air, bahkan ketika dirinya mengidap penyakit aneh, Putri Cala seolah bisa bernafas di dalam air.

Hawa panas yang ditimbulkan oleh racun jamur Sembilang terus berusaha merenggut kesadaran Putri  Cala. Wajahnya merona merah. Raden Kuning yang melihat dari kejauhan jatuh iba melihat penderitaan gadis cantik itu. Tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Sifat dasar Putri Cala yang keras membuatnya mampu bertahan dari serangan racun jamur Sembilang yang ganas.

Kitab Mantra Sembilang mengajarkan untuk menghimpun hawa panas racun jamur di bawah pusar. Putri Cala mengikuti petunjuk tersebut, tetapi hawa panas liar yang berasal dari jamur Sembilang tak mau dikendalikan. Terlebih konsentrasi Putri Cala terbagi, ia harus mengeluarkan tenaganya agar tidak tenggelam  dan sekaligus berupaya menguasai tenaga panas liar yang terus merongrong kesadarannya.

Wajahnya merah padam akibat hawa racun jamur yang tak juga bisa ia kuasai. Putri Cala berupaya sekuat tenaga untuk mengatur keseimbangan hawa panas jamur di tubuhnya. Akan tetapi akibatnya, perlahan-lahan tubuhnya tenggelam ke dasar telaga. Raden Kuning yang terus mengawasi perkembangannya, sontak panik. Ia segera berlari masuk ke dasar telaga untuk menolong gadis yang selama ini telah mengalami banyak suka duka dengannya karena terkurung dalam telaga.

Dengan cekatan, Raden Kuning berhasil mengangkat tubuh Putri Cala yang pingsan dari dasar telaga. Kulit tubuhnya terasa hangat pertanda racun jamur Sembilang masih bersemayam. Raden Kuning segera melolos Kyai Layon. Ditempelkannya keris pusaka itu ke hidung Putri Cala. Namun sang putri tidak bereaksi. Raden Kuning memeriksa denyut nadinya. Ia panik. Denyut nadi Putri Cala lemah sekali. Paru-parunya juga berhenti mengalirkan udara. Bagian vital tubuhnya terendam air telaga. Saat hilang kesadaran, air masuk ke dalam tubuhnya.

Raden Kuning menekan dada dan perut gadis yang kini pucat pias itu. Ia berupaya memompa agar memancing wanita itu bernafas kembali. Tetapi setelah berulang kali dilakukan, tetap tak menimbulkan reaksi. Raden Kuning terpaksa memberikan bantuan nafas. Hidung gadis cantik yang bangir itu ditutup oleh tangan kirinya, sedangkan tangan kanan Raden Kuning membuka lebar-lebar mulut Putri Mentrabang itu. Berulang kali dilakukannya tindakan penyelamatan itu.

“Hoak, puh!” Putri Cala memuntahkan air cukup banyak dari mulutnya. Raden Kuning yang masih dalam posisi membantu pernafasan wanita itu sontak terkena muntahan air. Ia bergegas menjauhkan diri dari Putri Cala. Tetapi tangan gadis cantik itu menahannya. Dan tanpa dapat dicegah oleh keduanya, Putri Cala mencium Raden Kuning dengan mesra.

Untuk sesaat Raden Kuning terpana dan membalas ciuman gadis cantik itu. Namun, ia kemudian sadar jika Putri Cala masih di bawah pengaruh jamur Sembilang. Dengan pelan didorongnya tubuh Putri Cala dan segera dilolosnya Kyai Layon dan ditempelkan ke indera penciuman Putri Cala. Sebentar saja, racun jamur Sembilang bisa dibersihkan. Putri Cala kini tertunduk malu di hadapan Raden Kuning.

“Aih, apa yang aku lakukan, Kakang. Tak mampu aku menguasai racun jamur Sembilang. Maafkan aku jika tindakan aku tadi lancang. Semua karena pengaruh racun jamur Sembilang. Sekali lagi maafkan aku,” ujarnya tertunduk malu.

“Tak ada yang harus dimaafkan, Putri. Tadi engkau mencium aku karena terpengaruh racun. Aku sih senang-senang saja mendapat rezeki dicium kamu, hahahaha.....” Raden Kuning tertawa senang.

“Kakang jangan membuat aku semakin malu. Baik jika itu maumu, aku tak mau lagi mempelajari ilmu kitab Mantra Sembilang. Biar kita terkurung selamanya di sini. Supaya engkau tahu, di dalam kitab itu disebutkan bahwa jalan untuk keluar dari telaga ini adalah dengan mempelajari tiga jurus Mantra Sembilang.” Putri Cala merajuk.

“Wah, wah. Mengapa engkau sekaran mudah sekali merajuk. Baiklah, maafkan aku Putri Cala Rupagatri yang cantik.” Raden Kuning menjura dan memasang wajah serius.

“Ah, Kakang. Jangan engkau membuat aku malu seharian!” Putri Cala membanting kakinya ke tanah.

“Nah, aku bercanda engkau merajuk. Aku serius engkau marah. Serba salah aku kalau begini,” balas Raden Kuning sambil tersenyum. Diacaknya rambut panjang gadis itu dengan lembut. Dalam kedukaan mereka terjebak dalam telaga Sembilang, gadis inilah satu-satunya yang menjadi keluarganya.

“Aku maunya kakang jangan mengejekku lagi. Malu aku jika ingat pengaruh jamur Sembilang. Pasti tadi aku lupa diri.”

“Ya, menurutku ada yang salah dengan cara engkau mengolah jamur Sembilang. Tadi aku lihat engkau langsung makan dua jamur. Pasti pengaruhnya jadi sangat kuat. Baiknya engkau mulai melatih tenaga Sembilang dengan bantuan seperempet jamur. Sedikit-sedikit dulu agar tubuhmu terbiasa. Jangan dipaksakan, sesuatu yang dipaksakan itu tak akan abadi.” Raden Kuning menasehati.

Hari itu, untuk pertama kalinya Raden Kuning merasakan getaran sayang terhadap gadis yang hampir tiga purnama menemaninya. Setiap hari mereka berdua saja sehingga lama kelamaan rasa itu tumbuh. Meskipun berulang kali Raden Kuning menepis getaran sayangnya itu sebagai sayang kakak kepada adiknya, tetapi hatinya yang selalu berdegup kencang ketika berdekatan dengan Putri Cala seolah menjadi bukti sayangnya kepada Putri Cala bukannya sayang biasa.

Raden Kuning juga mempelajari kitab yang berisi strategi perang yang disusun oleh Rakryan Rupagatri. Banyak sekali hal-hal yang baru diketahui olehnya. Meskipun sebelumnya Raden Kuning adalah prajurit pilih tanding Djipang yang telah beberapa kali menjadi prajurit oerang kerajaan Demak, tetapi kala itu ia bukanlah pengatur strategi.

“Buku ini sangat berharga sekali. Dengan mempelajarinya aku banyak mendapat pencerahan tentang bagaimana menyusun kekuatan perang di darat dan di lautan. Semoga saja kelak di kemudian hari, aku dapat menyumbang kemampuanku membela negara dengan menggunakan ilmu perang dalam kitab ini.” Raden Kuning bergumam sendiri.

Untuk menghindari gagal melatih tenaga Sembilang seperti pada kesempatan pertama, Putri Cala melaksanakan petunjuk Raden Kuning. Ia mengkonsumsi jamur Sembilang dalam jumlah sedikit terlebih dahulu. Dan benar saja, hawa panas yang dihasilkan racun jamur tidak sedahsyat

sebelumnya. Dengan bantuan rendaman air telaga, hawa panas racun jamur Sembilang dapat dinetralisir. Putri Cala kemudian menghimpun hawa panas racun agar menyatu dengan tenaga dalamnya. Perlahan-lahan hawa liar yang bersifat panas itu bisa dikendalikannya. Akan tetapi, ketika tenaga dalamnya mulai menyatu dengan tenaga Sembilang, dari dalam tubuhnya muncul tenaga liar baru yang tidak bisa dikendalikan oleh Putri Cala. Tenaga itu adalah tenaga yang selama ini tersembunyi yang menyebabkan dirinya mengidap penyakit aneh bersisik seperti ular.

“Kakang, tolong aku. Ada tenaga aneh dalam tubuhku.” Tetiba tubuh Putri Cala berputar-putar seperti gasing. Perlahan tapi pasti tubuhnya terangkat dari dalam telaga. Naik terus seperti angin puyuh yang berputar-putar naik ke atas.

Raden Kuning segera mengempos tenaga semesta untuk menghentikan putaran angin puyuh. Digunakannya gerakan jurus lesus sing purun damel yang sama-sama menghimpun angin dari semesta. Tubuh Raden Kuning melompat masuk ke dalam putaran tubuh Putri Cala. Ia ikut berputar dengan putaran tubuh Putri Cala. Sependidih air, putaran tubuh Raden Kuning berhenti dan berbalik melawan putaran tubuh Putri Cala. Putaran tubuh mereka yang berlawanan arah kemudian bertabarakan dan menimbulkan suara kencang.

“Dar!” Tubuh Raden Kuning dan Putri Cala terpental ke sisi yang berlawanan arah.

(Bersambung)70

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Where stories live. Discover now