Kakak beradik Balun

1K 47 1
                                    

Rangga Balun kembali memainkan jurus langkah ajaib. Bedanya kali ini ia terlihat lebih percaya diri. Benar saja, lima orang pengeroyok tak mampu menyentuh tubuhnya. Gerakan kaki pemuda tanggung itu seperti tak beraturan. Melangkah kesana kemari seperti orang linglung. Anehnya semakin lawannya menyerang, ia semakin lincah menghindar.

“Hahahaha….. Engkau memang berbakat, anak muda. Ayo kau percepat gerakan kakimu sebagaimana yang kubisikkan tadi.” Raden Kuning memberi petunjuk dari tempatnya berdiri.

“Njih, kakang. Maafkan aku kakang berlima jika aku berbuat lancang!” jawabnya.

Tetiba ia mempercepat gerakan kakinya. Tubuhnya yang kecil semakin tak karuan dengan langkah-langkah jurus ajaib itu. Akibatnya lima orang pengeroyok semakin tak bisa menebak kemana arah langkah pemuda tanggung itu. Pertarungan main-main itu berubah mencekam. Lima orang kakak seperguruan Rangga Balun itu mengeluarkan semua kepandaiannya. Telah puluhan jurus, Rangga Balun masih tak bisa mereka jatuhkan. Hingga akhirnya kelima pengeroyok justru saling pukul karena terpedaya oleh jurus langkah ajaib.

“Aduh. Mengapa engkau memukulku?” Mereka sepertinya belum sadar apa yang terjadi. Tetiba mereka justru saling pukul. Lima orang itu harus terpental dari pertarungan karena terkena pukulan nyasar.

“Kami mengaku kalah, Dimas Balun. Engkau memang berbakat. Jurus yang kau tiru dari Kakang Raden Kuning sungguh hebat. Tak mampu kami menebak kemana arah kakimu melangkah.” Salah seorang pengeroyok akhirnya mengakui keunggulan Rangga Balun.

“Aih, kakang. Jangan engkau memuji diriku. Semua ini karena petunjuk suara yang dikirimkan oleh Kakang Raden Kuning kepadaku. Tanpa mendapat petunjuk darinya, aku mana mungkin mampu menghindari jurus silat tangan kosong kalian.” Rangga Balun menjura hormat.

Latihan silat di padepokan itu berubah ramai karena kehadiran Raden Kuning. Mereka semua kagum dengan orang yang selama ini kisahnya kerap dituturkan oleh guru mereka Ki Ageng Selamana itu. Tanpa dikomando, Serapen Dihya dan anak murid Ki Ageng Selamana lainnya duduk membentuk lingkaran. Raden Kuning berada di tengah lingkaran diminta memberi pencerahan kepada saudara seperguruannya.

“Kakang Raden Kuning, bagaimana engkau mampu menerjemahkan jurus pamungkas sangkan paraning dumadi dalam waktu singkat. Sebagaimana dituturkan oleh guru, engkau langsung bisa menguasai jurus langka tersebut tanpa mengalami kesulitan. Kami saja hingga saat ini belum bisa menyerap petunjuk dari guru untuk menguasai jurus tersebut," ujar salah seorang murid.

“Dalam setiap kalian berlatih, kuncinya adalah keyakinan. Semua hal yang dilakukan atas dasar keyakinan, pastilah akan bisa dipecahkan dengan mudah. Aku kebetulan saja dapat memecahkan rahasia jurus toyo ing uripan dan lesus sing purun damel. Meminjam bahasa guru, aku berjodoh dengan jurus itu.” Raden Kuning menjawab rasa penasaran mereka dengan filosofi.

“Tadi engkau sudah memberi petunjuk kepada kami. Namun hanya dimas Rangga Balun yang bisa menangkap petunjukmu. Artinya Rangga Balun lebih berjodoh denganmu ataukah diri kami yang tak berbakat?” salah seorang dari lima pengeroyok mengajukan pertanyaan.

“Sebetulnya berbakat atau tidak seseorang itu bukanlah hal yang utama. Tetapi yang terpenting kita menanamkan keyakinan bahwa untuk menguasai suatu hal termasuk di dalamnya ilmu kanuragan, yang wajib dilakukan adalah bersungguh-sungguh. Hal itu bisa diterjemahkan dengan melatih diri secara tekun. Bakat seseorang memang memudahkannya untuk mengusai suatu hal, tetapi ia tetap harus berlatih dengan sungguh-sungguh. Artinya tidak ada sesuatu yang sulit itu dapat diperoleh dengan mudah. Semakin sulit jurus silat yang kita pelajari, maka semakin dibutuhkan kesungguhan.” Raden Kuning kembali memberikan pandangannya.

Diliriknya dari ujung mata, Rangga Balun nampak memperhatikan semua petunjuknya dengan seksama. Entah mengapa, Raden Kuning tertarik sekali dengan pemuda tanggung itu. Selain berbakat, ia merasa anak itu berjodoh dengannya.

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Kde žijí příběhy. Začni objevovat