Sangkan awal, wujud, dan kuasa

823 51 2
                                    

“Bagaimana engkau melakukannya, Sinjar. Sungguh apa yang terjadi ini di luar akal sehatku. Bagaimana mungkin tamparanku kena di pipi sendiri?”

“Itulah aji sangkan awal, paman. Aku bisa membalikkan keadaan ke posisi awal untuk menangkis tamparan paman. Sebagaimana awal asal muasal tamparan itu adalah berasal dari dirimu, begitu pula aji sangkan awal mengembalikannya.” Pemuda Sinjar memberi penjelasan.

“Lalu bagaimana engkau berpindah wujud ketika kerisku melukaimu di halaman depan tadi?”

“Itulah aji sangkan wujud. Dengan menggunakan aji itu, maka aku dapat berpindah dimensi wujud.”

“Apakah itu sama dengan merogoh sukma sejati?”

“Aku pernah mendengar kisah aji merogoh sukma sejati dari ayahanda, tetapi aji sangkan wujud terbatas dengan jarak, paman. Aku dapat berpindah dimensi wujud tidak jauh dari tempatku bermula.”

“Lalu, adakah aji sangkan yang belum engkau tunjukkan kepadaku?”

“Ada, paman. Seranglah aku dengan jurusmu!” Seketika pemuda Sinjar berdiri. Ia bersiap menanti serangan Punggawa Wijamanggala.

Mendapat perintah untuk menyerang, Wijamanggala tidak berpikir dua kali. Secepat kilat ia melompat dari posisi duduknya. Dengan sigap ia mengempos tenaga dalam dan melepaskan pukulan tangan kosong ke arah dada pemuda Sinjar.

“Sambut pukulanku, Sinjar!” serunya dengan suara lantang.

“Sangkan kuasa. Pindah!” Pemuda Sinjar membalas serangan dengan menunjuk lawannya. Sungguh yang terjadi selanjutnya membuat prajurit telik sandi geger. Bagaimana mungkin, tetiba Punggawa Wijamanggala telah berada di halaman masjid dan memukul prajurit telik sandi yang tengah berjaga.

“Plak, plak. Aduh!” Prajurit telik sandi yang tidak siap itu seketika kena tamparan pukulan Wijamanggala. Beruntung punggawa kesultanan Banten itu segera tersadar dan merubah pukulan tangan kosongnya menjadi tamparan. Namun meskipun begitu tak ayak prajurit telik sandi yang terkena tamparannya terpelanting pingsan.

“Cepat kalian tolong dia agar kembali siuman!” Punggawa Wijamanggala memberi perintah dengan tergesa. Ia kemudian kembali melompat ke dalam masjid.

“Baru saja engkau berhadapan dengan aji sangkan kuasa, paman. Ajian itu mampu memperdaya musuh sesuai dengan kuasa aku.” Pemuda Sinjar memberi penjelasan singkat.

“Sungguh tak bisa kubayangkan bagaimana hebatnya engkau, Sinjar. Dengan usiamu yang baru belasan saja, engkau telah mampu menguasai jurus aneh yang belum pernah kutemui di tempat lain. Aku sudah berkeliling dunia mulai dari tempat asalku di Tamil hingga ke tanah Banten, belum pernah aku bertemu lawan seaneh engkau. Berikanlah penjelasan kepadaku tentang aji sangkan paraning dumadi anak muda.” Punggawa Wijamanggala yang takjub tanpa sadar memberi hormat kepada pemuda Sinjar.

“Sangkan paraning dumadi adalah jurus silat yang dikuasai oleh ayahandaku, paman. Menurut tutur ayah, sangkan paraning dumadi menjadi syarat ilmu keturunan yang hanya dipelajari oleh orang-orang terbatas saja. Tetapi apa yang baru aku tunjukkan kepadamu itu tidaklah sama dengan dengan yang dikuasai oleh ayah. Aji sangkan paraning dumadi yang aku tunjukkan kepadamu adalah hasil penggabungan ilmu kesaktian ayah dan ibu mudaku. Aku yang sedari kecil ikut dengan ibu mudaku di perkampungan jauh di pedalaman sana mendapat gemblengan aji sangkan paraning dumadi langsung oleh beliau. Menurut ibuku, aji sangkan paraning dumadi itu disesuaikan dengan sifat dan pembawaanku. Ia terdiri atas tiga aji utama, yaitu sangkan awal, sangkan wujud dan sangkan kuasa. Sedari kecil aku hanya belajar tiga jurus ajian sangkan paraning dumadi. Berbekal aji sangkan, menurut ibu sudah cukup untuk menjagaku dari ancaman lawan.”

“Hei, siapakah nama ayah dan ibumu?” Wijamanggala yang penasaran tak sangguh menahan lidahnya untuk bertanya. Seketika pemuda Sinjar memandang kakek Huanglo seolah ingin meminta persetujuan. Kakek yang memiliki tatapan mata teduh itu menganggukkan kepalanya.

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Where stories live. Discover now