Dong liyu

1.1K 43 0
                                    

Teriakan Raden Kuning terdengar oleh warga. Mereka kemudian membawanya ke rumah tabib Yu untuk mendapat pengobatan. Bibirnya membiru, tubuhnya dingin seperti es. Beberapa bagian di kulitnya terdapat lebam menghitam. Saat ditemukan tubuhnya basah kuyup dan dalam keadaan pingsan. Sontak beberapa warga keluar dari rumah karena kegaduhan itu. Putri Cinde langsung menjerit histeris dan mengiringi suaminya yang digotong ke rumah tabib Yueren.

“Aih, apa yang baru dialami oleh Bagus Kuning. Mengapa badannya dingin seperti es. Kondisi tubuhnya mirip ketika ia baru pertama kali diobati. Adakah kalian tahu apa yang sebenarnya terjadi?” Tabib Yu bertanya kepada warga yang menolongnya. Tetapi mereka tidak ada yang mengetahui peristiwa yang dialami Raden Kuning sebelum ia berteriak.

“Saya mendengar jeritan minta tolong. Dan ketika saya sampai di lokasi Bagus Kuning tergeletak, ia sudah dalam keadaan pingsan, tabib Yu,” jelas salah seorang penolong.

Tabib Yueren segera mengeluarkan jarum dari peti obatnya. Ia lalu menotok beberapa titik di tubuh Raden Kuning dengan jarum. Sependidih air, jarum itu dicabut. Dari bekas totokan jarum, terlihat lebam membiru.

“Hah, aliran darahnya pun hampir semuanya membeku. Jika tidak segera mendapat pertolongan, Bagus Kuning akan segera mati. Cepat buat perapian, di depan rumah. Kumpulkan semua kayu bakar, kita akan membakar tubuh Bagus Kuning agar darahnya tidak membeku!”

Seluruh warga mengumpulkan kayu bakar dan menghidupkan api. Tubuh Raden Kuning diletakkan di dekat perapian. Sementara tabib Yu kembali menotokkan jarum di beberapa bagian tubuh Raden Kuning. Anehnya, tubuh yang diletakkan di dekat perapian yang menyala-nyala itu mengeluarkan kepulan asap. Makin lama asap itu semakin tebal. Warnanya biru jernih. Tabib Yu menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Mungkinkah ada hewan itu. Menurut penuturan guruku di dunia ini ada jenis ikan langka dongli yu. Ikan yang bersisik emas itu apabila dimakan oleh manusia akan meningkatkan tenaga dalam manusia hingga berkali-kali lipat. Jika yang makan ikan ajaib itu orang biasa, maka dalam waktu singkat ia akan menguasai tenaga dalam berlipat sehingga mampu memukul roboh pohon besar. Dari tanda-tanda tubuhnya, Bagus Kuning tetiba mengalami peningkatan tenaga es berlipat-lipat. JIka melihat tubuhnya yang basah kuyup, pasti ia sebelumnya menyelam di sungai.” Tabib Yu bergumam sendiri.

Ya, dalam kepercayaan leluhur tabib Yueren, di dunia ini terdapat ikan bernama dongli yu. Ikan itu hidup di perairan muara sungai besar. Ukurannya paling besar seukuran ibu jari manusia. Ikan itu akan muncul dalam waktu seribu tahun sekali untuk bertemu dengan manusia yang berjodoh dengannya. Tabib Yueren yang sudah puluhan tahun menetap di Muara Sungsang belum pernah mendengar cerita tentang keberadaan ikan ajaib itu meskipun sudah menyelidiki hingga ke ratusan nelayan. Berdasarkan hitungannya, jika ikan dongli yu itu memang ada, maka setidaknya nelayan yang mencari ikan di sekitar Muara Sungsang pasti pernah mendengar dongeng tentang kisah ikan ajaib itu.

Salah satu alasan tabib Yu mendirikan kampung di Muara Sungsang adalah karena ia mendapat petunjuk jika di tempat itu akan muncul dongli yu. Jika melihat tenaga semesta yang dimiliki Raden Kuning tetiba meningkat hebat dan sisa tenaga jahat kiranam muncul kembali, tabib Yu curiga ada faktor luar yang mempengaruhi peningkatan luar biasa tenaga Raden Kuning.

Setelah perapian mengecil, tubuh Raden Kuning kembali dibawa ke rumah tabib Yu. Jika sebelumnya tubuhnya dingin seperti balok es, setelah dipanasi di dekat perapian, tubuhnya sudah terasa hangat. Tabib Yueren kembali mencabut beberapa jarum yang ditancapkan di tubuh Raden Kuning. Yang keluar dari bekas tusukan jarum adalah darah segar berwarna merah dan bekasnya tidak lagi hitam legam. Orang tua itu kembali mengambil jarum dan menancapkannya di bagian dada dan sekitar wilayah perut. Ia lalu meminta Putri Cinde untuk meminumkan ramuan obat yang berwarna hitam pekat.

“Ikan, ikan, ikan. Ikan apakah itu." Matanya menatap nanar. Setelah terdiam sejenak, ia kemudian kembali gergumam, "Aih apa yang terjadi, mengapa aku bisa linglung seperti ini. Siapakah kalian?” Kalimat menceracau itu yang diucapkan oleh Raden Kuning ketika siuman. Untuk kedua kalinya ia tak ingat siapa dirinya dan ia juga tak ingat dengan istrinya. Tabib Yu menggeleng pelan. Terlihat sinar mata keprihatinan di wajahnya yang teduh.

“Engkau baru siuman dari pingsan. Namamu Bagus Kuning. Kami adalah keluargamu. Ini istrimu Hamnah Putri Cinde dan aku kakekmu, tabib Yueren. Coba ceritakan apa yang menyebabkan dirimu tergeletak pingsan di pinggir sungai?” Tabib Yu memberi penjelasan sekaligus bertanya.

“Aku tidak ingat mengapa bisa berada di dalam sungai. Tetapi yang aku ingat, ada ikan bersisik emas yang muncul di dasar sungai. Beruntung cahaya ikan itu menyala teranh, sehingga membuatku tersadar.”

“Ah, benar rupanya. Engkau beruntung Bagus Kuning. Yang engkau temui itu adalah dongli yu. Ikan langka yang paling dicari oleh ahli pengobatan. Barang siapa yang makan daging dongli yu, maka tenaganya akan bertambah berkali lipat,” jelas tabib Yu.

“Ya, betul. Secara tidak sengaja aku menelan ikan itu hidup-hidup. Tetapi mengapa setelah itu aku justru menderita sakit yang luar biasa. Ada hawa dingin yang menusuk seluruh tulang yang tidak bisa kutahankan.”

“Hal itu ada hubungannya dengan penyakitmu terdahulu. Ketahuilah Bagus Kuning. Saat engkau datang ke kampung ini, engkau dalam keadaan linglung akibat terkena pukulan yang mengandung tenaga dingin. Jahat sekali tenaga itu, sehingga menimbulkan luka di kepalamu. Aku yang mengobatimu di sini. Meskipun engkau dapat disembuhkan, tetapi ternyata sisa dari pukulan tenaga jahat itu masih ada. Di dalam tubuhmu saat ini hanya terdapat tenaga yang bersifat dingin. Jika aku tidak salah engkau menyebutnya sebagai tenaga semesta. Saat engkau makan dongli yu, maka tenaga semesta itu menjadi berlipat. Begitu pula dengan sisa tenaga jahat itu.” Tabib Yu memberi penjelasan.

“Jadi karena masih tersisa tenaga pukulan jahat itu aku menderita?”

“Kira-kira seperti itu. Tadi aku berusaha mengeluarkan sisa tenaga jahat yang kini ikut meningkat karena pengaruh dongli yu. Jika sebelumnya ingatanmu hanya menunggu waktu saja, dengan peristiwa ini, maka kita harus mulai dari awal lagi proses pengembalian ingatanmu.”

“Aih, aku merepotkan engkau, tabib Yu. Istriku Putri Cinde, maafkan aku yang tadi sempat lupa dengan dirimu. Memang aku ini tergolong laki-laki yang tidak berguna. Hanya merepotkan saja, bisanya!”

“Janganlah engkau berkata seperti itu, suamiku. Sudah menjadi kewajiban seorang istri untuk memberikan bhakti hanya kepada suaminya,” jawab Putri Cinde cepat.

Raden Kuning kemudian dipapah pulang ke rumah. Tetapi ia merasakah bahwa tubuhnya lebih kuat dari sebelumnya. Langkah kakinya meskipun belum sembuh benar, lebih ringan. Betul apa yang telah disampaikan oleh tabib Yu. Pengaruh ikan langka itu telah meningkatkan kepandaiannya. Meskipun dalam keadaan tidak ingat siapa dirinya, tetapi di hari-hari selanjutnya ingatannya tentang kampung Muara Sungsang kembali lagi.

Keluarga barunya di kampung Muara Sungsang, Putri Cinde, Huanglo dan Jhiwyen, serta Asen dan Cuncun terus memberikan semangat agar Raden Kuning bisa sembuh seperti sedia kala. Bahkan Huanglo agar tidak bosan mengajak Raden Kuning ikut berdakwah agama Islam ke dusun-dusun kecil yang ada di sekitar Muara Sungsang. Hingga akhirnya Cuncun dan Asen ikut memeluk Islam dan menjadi mualaf. Sejumlah tetangganya juga telah berpindah keyakinan memeluk agama Islam karena syiar yang dilakukan Huanglo dan Raden Kuning.

Pagi itu, Huanglo mengajak Raden Kuning, Asen dan Cuncun. Tujuannya adalah dusun terluar Muara Sungsang. Mereka akan melakukan dakwah keliling. Cuaca mendung tidak menghalangi niat mereka untuk berdakwah. Tetapi saat akan sampai di tujuan, perahu mereka dikepung oleh lima perahu perompak yang dikemudikan oleh orang-orang berperangai kasar. Mereka sepertinya sudah merencanakan untuk menghadang perjalanan Huanglo.

“Cepat serahkan nyawa kalian. Kami sudah muak melihat wajah kalian di sini!” Pria yang berteriak kasar itu bertubuh besar tidak berbaju. Sepertinya ia adalah pemimpin dari kawanan perompak itu. Mereka kemudian melepaskan jaring ke arah perahu yang dikemudikan oleh Asen. Jaring itu tepat mengenai Asen sehingga tubuhnya terlilit. Dengan sekali sentakan, Asen jatuh ke sungai.

Raden Kuning kemudian berkelebat menyambar tubuh Asen yang terbelit jaring sebelum ia tenggelam di air sungai yang jernih. Sayangnya itu adalah perangkap. Di saat hampir bersamaan dari lima perahu yang telah mengurung mereka melayang jaring berukuran besar yang langsung mengenai tubuh Raden Kuning.

“Aih, kalian ini licik sekali!” Seru Raden Kuning.

(Bersambung)
Jangan lupa vote

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin