Ki Ageng Selamana

2.1K 64 4
                                    

"Aiih, ada apa denganku. Tadi tetiba kepalaku pusing dan mata berkunang-kunang!" Punggawa Kedum siuman. Setelah muntah, kesadarannya kembali. Raden Kuning menghembuskan nafas lega. Tak salah, ternyata Kyai Layon berkhasiat mengobati racun.

"Kapal kita diserang musuh. Mereka menawan kalian semua di ruang atas kapal. Masih banyak musuh di luar. Bujang Jawa dan Punggawa Tuan sedang menghadapi mereka. Engkau berjagalah di sini, aku mengobati dulu yang lainnya."

Raden Kuning bergerak cepat. Semua korban asap beracun itu indera pernafasannya dibersihkan Kyai Layon. Setelah muntah, mereka semua siuman. Racun disedot keluar dengan cara dimuntahkan. Ampuh sekali Kyai Layon. Dalam waktu singkat seluruh kerabat keraton Djipang dan anak buah kapal yang mencapai lima puluhan orang, bisa disembuhkan. Suara riuh rendah mereka yang baru sadar tak terhindarkan. Hal itu mengundang musuh datang.

"Duk!" Pintu ruang atas kapal ditendang dari luar. Belasan pria berseragam hitam berupaya masuk. Namun Punggawa Kedum yang menjaga pintu menghadang langkah mereka. Tak leluasa bertarung di tempat sempit, Punggawa Kedum segera melompat keluar. Ia memasang kuda-kuda untuk menghadapi keroyokan orang-orang berseragam hitam. Hampir berbarengan, Raden Kuning juga melesat keluar.

Dalam hitungan Raden Kuning ada dua belas orang berseragam hitam yang kini berhadap-hadapan dengannya. Sepuluh orang penjaga tawanan yang dilumpuhkannya, sudah tidak ada lagi di atas kapal. Musuh yang baru datang ini sedikit berbeda dengan yang dilumpuhkan Raden Kuning. Perbedaannya dua belas orang ini memakai destar berwarna kuning di kepalanya, yang sebelumnya tidak. Langkah-langkah mereka juga ringan. Kentara sekali bahwa mereka memiliki kepandaian lumayan.

"Buat barisan!" Pria berseragam hitam segera membentuk formasi. Melihat formasi itu, Raden Kuning akhirnya mahfum bahwa mereka pastilah kelompok perguruan Wanakerta. Selama ini murid perguruan itu jarang menampakkan diri dan cenderung menutup dengan dunia luar. Pimpinannya adalah Ki Ageng Selamana. Perguruan itu disebut-sebut memiliki ilmu yang aneh diantaranya formasi 𝘫𝘰𝘨𝘰𝘭𝘦𝘣𝘶𝘳. Akan sulit melumpuhkan lawan dengan cepat jika mereka memainkan formasi itu. Namun Raden Kuning mendapat akal.

"Punggawa Kedum, engkau keluarkan tenagamu untuk menggoyang kapal. Dengan begitu formasi mereka akan mudah dipatahkan," bisik Raden Kuning.

Seketika kapal bergoyang dihentak tenaga Punggawa Tuan yang disalurkan lewat hentakan kakinya. Dua belas orang berpakaian hitam kaget dan berupaya mempertahankan kuda-kudanya. Namun di saat itu Raden Kuning telah memainkan jurus ketiga 𝘚𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘗𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘋𝘶𝘮𝘢𝘥𝘪, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘮𝘱𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘳𝘶𝘴. Langkah-langkah kakinya cepat dan langsung menendang ke sana-sini membuat lawannya kehilangan formasi. Dengan cepat, dua belas orang itu terlempar ke sungai. Raden Kuning yang tak mau gegabah, mengeluarkan seluruh tenaga dan kemampuannya. Satu persatu lawannya terlempar ke dalam sungai. Orang kedua belas melompat sendiri ke air dan menyelamatkan teman-temannya yang tenggelam.

Di buritan kapal masih terdengar suara orang bertarung. Raden Kuning segera melesat ke sana. Punggawa Kedum tetap berjaga di posisinya. Raden Kuning datang di saat yang tepat. Saat itu Bujang Jawa dan Punggawa Tuan terdesak. Mereka bertemu lawan tangguh. Raden Kuning melihat bahwa enam orang yang mengeroyok mereka juga berpakaian hitam-hitam. Yang membedakan hanyalah warna destarnya. Kali ini mereka menggunakan destar berwarna hitam. Sepertinya destar memang menjadi penanda tingkatan murid perguruan Wanakerta. Pria berdestar hitam pastilah murid utama perguruan. Wajar jika Bujang Jawa dan Punggawa Tuan keteter. Apalagi dilihatnya enam orang itu mendapat bantuan dari gurunya langsung yang duduk bersila di buritan kapal.

Tak mau berlama-lama menonton, Raden Kuning langsung masuk ke arena pertarungan dan memukul dengan jurus 𝘣𝘶𝘮𝘪. Bujang Jawa dan Punggawa Tuan lega dengan kedatangan Raden Kuning. Mereka berdua langsung melompat mundur.

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Where stories live. Discover now