Mengamankan Penginapan

854 43 1
                                    

Matahari baru terbit di ufuk Timur, warnanya kuning muda. Riak air sungai Musi menyambut pagi dengan berarakan menuju tepi. Gelombang kecil akibat lalu lalang perahu menyambut kuda yang dibedal Suma Banding melompat dari rakit yang membawa menyebrangi keraton Kuta Gawang. Tiba di daratan, kuda pilihan berbulu cokelat itu melesat searah kendali majikannya. Sepenanak nasi, Suma Banding tiba di Candi Laras.

Hiruk pikuk pedagang dan pembeli menghambat laju hewan jinak itu. Suma Banding menahan kekang yang terikat di leher kuda. Sontak hewan tunggangannya itu berjalan menyusur keramaian pagi. Di ujung pasar, Suma Banding mengarahkan langkah kuda berbelok ke kanan menuju sebuah tempat penjualan ikan. Ia hanya melintas di tempat itu. Namun kehadirannya telah diketahui sepasang mata yang mengawasinya dengan teliti.

Orang itu berjualan ikan. Dia segera meninggalkan lapaknya dan pelan-pelan mengikuti langkah kuda Suma Banding. Sependidih air, kuda yang ditumpangi Suma Banding berhenti. Ia membenarkan pelana kuda. Lelaki yang membuntutinya segera menghampiri. Tanpa diminta bantuannya, orang itu membantu Suma Banding membenarkan letak pelana. Orang yang lewat melihat mereka tanpa curiga. Keduanya seolah terlihat sebagai tuan dan majikan.

"Adakah tugas untukku, tuan?" tanyanya dengan suara berbisik.

"Adakah engkau melihat orang-orang bersorban berkeliaran di sekitar penginapan di sana?" tanya Suma Banding seraya tangannya menunjuk ke arah yang berlawanan.

"Tidak ada, tuan."

"Mulai saat ini, engkau awasi gerakan orang-orang di sekitar penginapan itu. Laporkan jika ada sesuatu yang mencurigakan."

"Siap tuan."

Selepas pembicaraan singkat itu, Suma Banding kembali membedal kudanya. Tujuannya adalah lokasi penginapan yang tadi ia tunjuk dengan arah berlawanan. Ya, tempat itu memang telah disiapkan untuk menyambut para tamu kerajaan yang akan ikut dalam ajang adu tanding.

Penginapan yang disinggahinya adalah penginapan yang paling besar di sana. Terdapat papan berukuran besar terbuat dari kayu menempel di atas pintu bertuliskan penginapan Mandau. Suma Banding melompat dari kuda dan menyerahkan kekangnya kepada pelayan yang bergegas menyambut kedatangannya.

“Ikatkan tali kekang kudaku ini, pelayan. Aku ingin bertemu dengan tuanmu.”

“Baik, tuan. Silakan masuk. Pemilik penginapan ada di dalam. Izinkan aku mengikat tali kekang kuda milik tuan.”

Suma Banding bergegas masuk. Di dalam penginapan ia ternyata telah disambut oleh orang yang dicarinya. Ia adalah lelaki bertubuh gemuk berbaju longgar. Lehernya seolah tenggelam berhimpitan dengan wajah akibat lemak yang telah bersahabat dengannya belasan tahun.

“Selamat datang, tuan Suma. Apakah gerangan sehingga dirimu datang sendiri ke sini?”

“Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu, Binar Lawang. Lekas engkau kumpulkan empat orang temanmu, pemilik penginapan yang telah ditunjuk keraton sebagai tempat resmi menginap para tamu.”

“Baik, tuan. Silakan duduk dulu di tempat jamuan makan kami. Biarkan pelayan menyeduhkan kopi hangat untukmu.” 

“Cepat engkau perintahkan anak buahmu untuk menyusul mereka.” Suma Banding menuju tempat yang ditunjuk oleh pemilik penginapan. Pria gemuk itu segera bergegas menuju bangunan belakang penginapan dan memerintahkan kacung yang bekerja di dapur untuk menjemput empat orang seperti yang diminta oleh Suma Banding. Usai memerintah kacung, lelaki bernama Binar Lawang itu segera kembali menemui Suma Banding.

Sependidih air, empat lelaki paruh baya tergopoh masuk ke penginapan Mandau. Jika melihat dari pakaian yang digunakan mereka, terlihat bahwa empat orang itu adalah lelaki perlente. Ya, meskipun tak memiliki kepandaian beladiri, tetapi kelima orang itu adalah penyokong utama keraton Palembang. Tak tercatat sumbangan yang telah diberikan oleh mereka. Karena alasan itulah lima penginapan mereka ditunjuk oleh keraton sebagai tempat resmi menginap para tamu istimewa kerajaan.

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang