Kuasa Mantra Sembilang

1K 44 0
                                    

Di bawah bimbingan suaminya, Putri Cala mengalami kemajuan pesat. Kitab Mantra Sembilang yang diwarisinya ternyata memang diperuntukkan bagi perempuan sehingga ia dalam waktu singkat dapat mengembangkan jurus Mantra Tunjuk. Salah satunya untuk menghipnotis orang. Ya, di dalam jurus itu memang terkandung kekuatan magis untuk menundukkan lawan atau setidaknya mengganggu batinnya agar lawan lengah. Di saat lawan terpedaya dan linglung, maka akan dengan mudah mengkandaskannya dengan sekali pukulan saja.

Entah sudah berapa purnama pasangan pengantin sakti itu terjebak dalam telaga Sembilang. Raden Kuning tak lagi mau menghitung waktu karena dengan kehadiran wanita cantik yang kini menjadi istrinya itu, hidupnya tak lagi suram. Ada seorang wanita cantik yang selalu memanjakannya. Pagi itu, suasana masih agak temaram. Mungkin di atas sana tengah mendung sehingga sinar matahari tak mampu menyusup ke dalam gua. Terdengar teriakan Putri Cala yang tengah melatih jurus kedua Mantra Genggam.

Berbeda dengan jurus pertama, jurus kedua ini menitikberatkan kepada kekuatan batin. Putri Cala menggenggam kedua tangannya dan meletakkannya ke depan dada kemudian menghembuskan nafasnya kencang melalui hidung. Selanjutnya tenaga Sembilang di dorong ke tangan dan kepala dan melafalkan ujaran pendek.

“Mantra Rupagatri!” Putri Cala melafalkan mantra. Tetiba tubuhnya menghilang dari pandangan. Hebat sekali, jurus kedua adalah jurus halimunan yang dapat membuat tubuh pemilik jurusnya menghilang. Dalam kitab kedua dijelaskan bahwa Rakryan Rupagatri sering mempergunakan kepandaiannya menghilang untuk mendapatkan informasi dari sarang musuh. Dalam setiap pertempuran karena memiliki jurus halimunan, Rakryan Rupagatri dapat menggambarkan kekuatan musuh dengan langsung masuk ke sarang musuh.

“Aih, hebat sekali jurusmu, Putri. Tubuhmu seperti moksa tak kelihatan wujud rupanya. Aku pun yang memiliki kepandaian terkelabui kehadiranmu. Tetapi, engkau belum sempurna menguasai jurus itu. Dengan memasang telinga, aku dapat mengetahui hembusan nafasmu ada di mana. Meskipun ragamu menghilang, namun wujud kehadiranmu dapat dirasakan oleh hembusan nafasmu. Aku dapat menyempurnakan kemampuanmu itu dengan menggabungkan jurus mati sakjeroning urip dengan jurus Mantra Genggam.” Raden Kuning mengomentari penguasaan jurus mantra genggam. Ia kemudian memberikan petunjuk bagaimana cara mengatur nafas agar tidak terdengar oleh telinga lawan yang memiliki kepandaian tinggi.

Ya, jurus keempat dari sangkan paraning dumadi memang hanya mengajarkan cara menetralisir diri sehingga tubuh kita dalam keadaan mati suri. Tubuh yang berada dalam posisi netral mampu menyerap tenaga musuh tanpa harus menderita luka dalam. Itu adalah inti dari jurus mati sak jeroning urip. Raden Kuning berpikir keras untuk menggabungkan jurus itu dengan jurus mantra genggam agar keduanya bisa saling menyatu. Hanya dalam waktu singkat, Putri Cala yang mendapatkan petunjuk penguasaan jurus mati sak jeroning urip dapat menggabungkan jurus itu dengan jurus keduanya, mantra genggam.

Ia menutup kerja jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh dengan menggunakan jurus halimunan. Artinya jantung tetap bekerja normal, namun detaknya tidak terdengar oleh orang karena sudah disamarkan dengan jurus mantra genggam. Jika pada dasarnya jurus itu adalah untuk membuat tubuh manusia menghilang, namun Putri Cala memperluas penggunaan jurus itu juga dengan menitikberatkan pada menghilangnya denyut kerja jantung.

Raden Kuning menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin Putri Cala yang masih sedemikian muda itu langsung dapat menangkap inti sari dari ajarannya dan sekaligus menggabungkan dengan jurus mantra Genggam yang kini tengah dipelajarinya. Tetiba Putri Cala melompat ke belakang. Kedua tangannya digenggam dan diletakkan di depan dada. Nafasnya mengempos berat ke luar disertai ujaran Mantra Rupagatri. Berbeda dengan sebelumnya, ia mengulangi gerakan itu hingga dua kali. Dan tubuhnya cantiknya segera menghilang dari pandangan mata. Raden Kuning yang memasang telinganya tak lagi mampu mendeteksi keberadaan istrinya itu dari detak jantungnya. Ia benar-benar menghilang dan tidak mampu dilacak keberadaannya meskipun oleh orang yang kepandaiannya sangat tinggi.

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Where stories live. Discover now