Kosong

1K 45 0
                                    

“Byur.” Keduanya terpental ke dalam telaga. Tubuh Raden Kuning dan Putri Cala tenggelam ke dasar.

Sependidih air Raden Kuning muncul ke permukaan. Meskipun terpental karena beradu tenaga dengan Putri Cala, prajurit pilih tanding Djipang itu tak mengalami luka dalam. Ia segera berenang ke tepian dan naik ke daratan. Wajahnya terlihat cemas karena orang yang ditunggunya belum juga muncul ke permukaan. Raden Kuning tak memiliki waktu banyak, ia khawatir Putri Cala terluka dalam. Namun kekhawatirannya hilang saat dilihatnya gadis jelita itu muncul ke permukaan.

“Syukurlah engkau selamat, Putri. Aku khawatir sekali dengan keadaan dirimu.” Raden Kuning segera menyambut Putri Cala dan menggandengnya ke daratan. Tanpa sungkan ia memeriksa denyut nadi gadis itu.

“Aku tidak kenapa-napa, Kakang. Tenaga dalammu tadi yang membantu aku lepas dari tenaga liar yang tiba-tiba muncul dari dalam tubuhku. Menurut perkiraanku, tenaga liar itu adalah tenaga sisik ular yang masih bersemayam di tubuhku. Ia tadi muncul ketika ada tenaga yang berasal dari jamur Sembilang yang merasuki tubuhku. Padahal saat itu aku sudah mulai bisa menguasai tenaga Sembilang.” Putri Cala mengerutkan dahinya. Terlihat sekali jika ia kecewa.

“Kita akan pecahkan persoalan tenaga asing yang bersemayam di dalam tubuhmu. Jika benar ia muncul ketika ada tenaga lain, menurutku biarkan saja mereka beradu. Yang harus engkau lakukan adalah menyatukan kedua tenaga itu sehingga dapat engkau olah menjadi tenagamu.”

“Akan tetapi Kakang, untuk memastikan kedua tenaga liar itu tidak akan saling mematikan, harus dicari keseimbangan atas kedua tenaga itu. Masalahnya tenaga sisik ular baru akan muncul ketika aku bisa menguasai tenaga jamur Sembilang. Sedangkan untuk melawan racun jamur Sembilang aku harus makan sedikit demi sedikit. Jika aku makan jamur itu dalam jumlah banyak, maka aku tidak akan dapat menahan pengaruh racunnya yang memabukkan.”

“Ya, benar seperti itu. Artinya kita tidak bisa memancing tenaga yang tersembunyi dalam tubuhmu dengan melatih tenaga Sembilang. Bagaimana jika aku yang menjadi perantara untuk memancing timbulnya tenaga sisik ular. Caranya aku akan menyalurkan tenaga semesta agar bentrok dengan tenaga yang tersembunyi dalam tubuhmu.”

“ Ya, Kakang. Aku berterimakasih sekali jika engkau mau menuntunku. Biarlah hari ini kita sudahi saja latihan ini. Besok kita akan mulai lagi.”

Raden Kuning menganggukkan kepala tanda setuju. Namun dalam hatinya ia terus berpikir, bagaimana caranya untuk memecahkan teka-teki menguasai kitab Mantra Sembilang. Jika saja di dalam tubuh Putri Cala tidak bersemayam tenaga aneh, tentu ia dapat dengan leluasa menguasai tenaga Sembilang itu. Akibat adanya bentrokan dengan tenaga tersembunyi dalam tubuhnya, Putri Cala tak bisa menguasai tenaga Sembilang. Latihannya mentok.

“Kosong. Ya. Jawabannya, tenaga Putri Cala harus dikosongkan. Dengan begitu, maka hanya dalam tubuhnya akan hanya ada satu tenaga, yaitu tenaga Sembilang.” Raden Kuning yang bergumam dalam hati melonjak kegirangan. Ia seolah telah mendapat jawaban atas kebuntuan latihan Putri Cala.

Seandainya saja ia ingat. Hal itu juga terjadi dengan diri Raden Kuning. Jika sebelum ia kehilangan kewarasannya, Raden Kuning mengosongkan tenaga dalamnya dengan menyalurkan tenaga itu ke dalam tubuh Punggawa Tuan, Punggawa Kedum dan Bujang Jawa. Setelah mengosongkan tenaga dalamnya, maka yang ada di dalam tubuhnya hanya tenaga semesta. Meskipun untuk itu ia harus merelakan beberapa helai rambutnya memutih, tetapi Raden Kuning selamat dan masih bernafas hingga saat ini.

“Engkau harus mengosongkan semua tenaga dalam milikmu. Untuk menguasai tenaga Sembilang, maka tubuhmu harus dalam keadaan kosong dari tenaga lain. Nah sekarang engkau harus menyalurkan seluruh tenaga dalammu kepadaku,” ujar Raden Kuning.

“Tetapi, Kakang. Bagaimana caranya agar aku bisa mengerahkan tenaga yang tersembunyi dalam tubuhku. Jika aku menyalurkan tenaga dalam dengan sukarela, maka tenaga tersembunyi itu pasti tidak akan muncul.”

“Biarlah besok kita pikirkan lagi.” Kata-kata itu menutup pembicaraan mereka. Tak terasa hari telah gelap, Raden Kuning tertidur dengan banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya.

Dalam tidurnya ia bermimpi bertarung menggunakan jurus bumi. Jurus kelima sangkan paraning dumadi itu bisa menguras tenaga musuhnya. Seolah mendapatkan petunjuk, Raden Kuning bangun dari tidurnya. Ia kemudian membangunkan Putri Cala.

“Putri, cepat bangun. Aku sudah mendapatkan petunjuk bagaimana caranya memancing tenaga sisik ular agar bisa keluar dari tubuhmu. Ayo, bangun, Putri!”

“Aih, ada apa Kakang. Malam-malam begini mengganggu tidurku saja. Biarlah besok lagi kita bahas soal itu.” Putri Cala kembali memejamkan matanya. Raden Kuning tak berani lagi mengganggu tidurnya. Tetapi akibat terlalu bersemangat dengan petunjuk yang didapat dalam mimpinya, hingga matahari terbit Raden Kuning masih terjaga. Ketika Putri Cala bangun dari tidurnya, ia melihat Raden Kuning duduk mematung memandangi telaga.

“Engkau tidak tidur, Kakang. Ah, maafkan aku yang tak menghiraukanmu malam tadi.”

“Yang aku butuhkan saat ini adalah tidur, Putri. Nanti saja saat aku sudah mengistirahatkan mataku, mungkin siang atau sore hari, kita bisa melanjutkan latihan tenaga Sembilang.” Raden Kuning memejamkan matanya dan tertidur pulas.

Ditinggal tidur, Putri Cala berkeliling telaga. Ia kemudian memetik beberapa tangkai jamur Sembilang. Selanjutnya ia mengambil batu runcing dan menangkap ikan di dasar telaga. Tubuhnya yang ramping dengan gesit berburu ikan. Ya, memang Putri Cala memiliki kemampuan di atas rata-rata jika berada di dalam air.  Dengan mudah ia menangkap ikan dengan menggunakan batu runcing di tangan kanannya.

Ia kemudian menghidupkan api dengan menggunakan tenaga dalamnya ke tumpukan batu yang selama ini menjadi perapian. Ketika membakar ikan terbersit di pikirannya untuk mengerjai Raden Kuning. Ia lalu membalurkan jamur Sembilang ke tubuh ikan dan membakarnya. Semula ia berniat menjahili Raden Kuning. Namun aroma ikan bakar yang lezat akhirnya justru membuat perutnya berkeriuk kencang.

Putri Cala tak mampu menahan laparnya. Ia lupa jika ikan bakar itu telah diberi bumbu jamur Sembilang yang beracun. Tanpa pikir panjang, ikan sungai yang gemuk dan lezat itu telah berpindah ke dalam perutnya. Putri Cala baru menyadari jika ikan itu telah diberi bumbu jamur Sembilang setelah ia merasakan hawa panas dalam tubuhnya. Namun hawa panas yang ada di tubuhnya saat ini berbeda dengan hawa panas yang ditimbulkan oleh racun jamur Sembilang. Hawa panas dalam tubuhnya tanpa diarahkan oleh tenaga dalamnya, berkumpul sendiri di bawah pusarnya. Hangatnya mendatangkan rasa nyaman dan tidak memabukkan.

“Hei, mengapa aku tidak mabuk makan jamur ini. Apakah jamur ini kehilangan racunnya jika dicampur dengan ikan. Ataukah memang untuk menghilangkan racun jamur harus dibakar terlebih dahulu. Kakang Bagus Kuning, aku sepertinya telah memecahkan cara mengolah jamur Sembilang agar tidak menjadi racun.” Kali ini giliran Putri Cala yang membangunkan Raden Kuning.

“Benarkah itu. Bagaimana caranya?” Raden Kuning menjawab dengan antusias.

“Aku tadinya berniat mengerjaimu dengan membumbui ikan bakar dengan jamur Sembilang. Tetapi karena aromanya lezat sekali justru aku yang tergiur memakannya. Setelah makan ikan dan jamur Sembilang bakar, ada hawa hangat yang berkumpul sendiri di bawah pusarku. Berbeda dengan biasanya, racun jamur Sembilang yang telah dibakar tidak memabukkan. Hawa hangatnya justru membuat tubuhku segar.”

“Wah, lalu bagaimana dengan tenaga sisik ular yang kemarin bentrok dengan tenaga Sembilang?”

“Itulah yang aku herankan. Tenaga sisik ular tidak muncul lagi. Artinya tidak ada lagi tenaga penghalang dalam tubuhku. Bagaimana menurut pendapatmu, Kakang?”

“Sebetulnya aku mendapat petunjuk untuk menggunakan jurus bumi agar dapat menguras seluruh tenaga aneh yang tersembunyi dalam tubuhmu. Tetapi jika ternyata melalui cara membakar jamur Sembilang dapat menghilangkan racunnya, maka tidak perlu mengosongkan tenaga dalammu.”

“Ya, tetapi aku khawatir jika nanti di saat-saat genting tenaga sisik ular itu muncul kembali.”

“Tidak ada cara untuk mengetahuinya. Kemarinkan ikan bakar yang telah engkau baluri jamur Sembilang itu. Biarkan aku memakannya. Jika benar racunnya hilang, aku pasti tidak akan mabuk. Tapi jika racunnya masih membuatku mabuk, maka aku akan mengejarmu, hahahaha....!"

(Bersambung)71

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang