Kebijaksanaan

760 34 2
                                    

“Siapakah gerangan, Tuan?” Arya Belanga dengan herannya bertanya.

“Namaku Kom Ing. Tak sengaja tadi aku mendengar keluh kesahmu. Berbuat jahat untuk kebaikan tidak dihitung kejahatan,” jawabnya.

“Bagaimana sebuah kejahatan bisa berbuah kebaikan?”

“Tuan tidak mendengar kata-kata lelaki bersorban tadi. Ketika Nabi Musa diminta untuk belajar dari Nabi Khidir, bukankah disyaratkan agar tidak boleh ada pertanyaan dari Nabi Musa. Lihatlah yang dilakukannya sebagaimana dikisahkan dalam Surah Al-Kahfi?” Kom Ing balik bertanya.

“Ya, aku tahu kisah itu. Nabi Musa meminta izin untuk berguru dan mengikuti Nabi Khidir. Lalu dijawab bahwa Nabi Musa pasti tidak akan sanggup menjadi orang sabar jika bersamanya,” jawabnya. Arya Belanga terlihat mulai tertarik dengan lawan bicaranya itu.

“Nabi Khidir langsung membalas dengan perkataan bahwa bagaimana Nabi Musa dapat sabar atas sesuatu, jika ia belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu. Kisah itu menyampaikan pesan yang sama dengan keadaan yang engkau alami. Bagaimana mungkin engkau bisa tahu mana yang jahat dan mana yang baik?”

“Maqom manusia biasa sepertiku pastilah memandang sesuatu dengan mempertimbangkan hubungan sebab akibat. Syarat yang disampaikan Nabi Khidir yang melarang Nabi Musa bertanya tentang tentang sesuatu apa pun sampai beliau sendiri yang menerangkannya pun tak sanggup dipenuhi oleh Nabi Musa. Tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhir melubanginya. Nabi Khidir berjumpa dengan seorang anak lalu membunuhnya.  Keduanya berjalan, hingga keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri. Mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu terdapat rumah yang dindingnya hampir roboh, maka Nabi Khidhir menegakkan dinding itu. Nabi Musa saja tak sanggup menahan sabar dan bertanya apa maksud perbuatan Nabi Khidir itu, apalagi aku!” seru Arya Belanga.

“Ya, kita berdua tahu cerita itu. Maksud Nabi Khidir melubangi perahu karena perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan tujuan melubangi perahu itu karena di depan mereka nanti ada seorang raja yang merampas setiap yang ada di perahu. Adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin. Nabi Khidir khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Ia menghendaki supaya Rabb mereka mengganti anak lain bagi mereka, yang lebih baik lebih dalam kasih sayangnya kepada orang tua. Dan tentang dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim. Di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. Allah menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan baru menemukan simpanan harta itu. Mengapa Nabi Khidir yang telah dihina oleh penduduk negeri itu malah berbuat baik. Alasannya karena hal itu sebagai rahmat dari Rabb dan tidaklah ia melakukannya menurut kemauannya sendiri.” Kom Ing menyampaikan kembali kisah tentang Nabi Khidir.

“Lalu menurutmu apakah aku yang hanya manusia biasa ini mampu mencontoh tauladan dari Nabi Khidir. Sungguh pandanganku tak bisa sejauh pandangan Nabi.” Arya Belanga semakin tertarik bicara dengan lelaki berperawakan mirip orang China itu.

“Metode pembelajaran yang disampaikan dalam Al-Quran diantaranya dengan kisah-kisah. Tujuannya adalah untuk kita ambil hikmahnya dan dijadikan tauladan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tentunya untuk sampai kepada keadaan itu, kita harus mencapai derajat ihsan. Di mana dalam pandangan kita semata-mata hanya mengharap ridho dan rahmat dari Sang Maha Pencipta. Engkau harus bisa mendefinisikan sebuah tindakan yang menurutmu jahat tetapi bisa berbuah kebaikan yang lebih besar. Aku tahu engkau saat ini harus segera menuju keraton Palembang karena disana akan terjadi peristiwa besar. Wabah penyakit lumpuh yang menyerang anak-anak di pedalaman ini memang harus disembuhkan. Jika tidak, maka mereka bisa kehilangan kesempatan untuk hidup. Tetapi ingatlah jika keraton Palembang yang selama ini berfungsi sebagai pelindung dakwah dan syiar Islam runtuh karena engkau lebih memilih berbuat baik dengan mengobati anak-anak yang keracunan, maka engkau artinya sama saja telah berbuat lebih jahat dibanding lelaki bersorban tadi. Terlebih dalam kata penutupnya, ia menyampaikan telah mengujimu dengan peristiwa yang terjadi sekarang ini!”

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Where stories live. Discover now