Douluo Dalu II (Soul Land II) : The Unrivaled Tang Sect

Chapter 556-560

Bab 556 Plot oranye yang mengerikan

Tapi bukan? Mengapa Kekaisaran Matahari-Bulan berhasil dalam pertempuran berulang dan akhirnya merebut Kekaisaran Jiwa Surgawi? Selain memiliki kekuatan tempur yang sangat kuat, ia mengandalkan kemampuan pengintaian dan kontra-pengintaian yang kuat.

Pada awal perang, Kekaisaran Jiwa Surgawi bukannya tanpa kekuatan pertempuran pertama. Bagaimanapun, sebagai kekuatan veteran, Kekaisaran Jiwa Surgawi memiliki akumulasi yang solid, didukung oleh ontologi, dan keseluruhan kekuatannya sangat kuat.

Namun, ketika mereka menghadapi Kekaisaran Matahari-Bulan, mereka benar-benar tidak berdaya, dan mereka sering jatuh ke ruang kosong saat mereka mengepal. Namun, serangan Kekaisaran Matahari-Bulan selalu dapat menemukan kelemahan paling mematikan dari Kekaisaran Jiwa Surgawi.Jika keadaan terus seperti ini, Kekaisaran Jiwa Surgawi tidak akan pernah lepas dari nasib negara.

Tapi kali ini, serangan di dalam Kekaisaran Matahari-Bulan hanyalah pengulangan pertempuran antara Kekaisaran Matahari-Bulan dan Kekaisaran Jiwa Langit. Dari awal pertempuran hingga saat ini, belum benar-benar ditentukan dimana musuh berada.

Namun, di atas kop surat itu, Tang Zi melihat nama yang membuatnya sangat familiar, Huo Yuhao!

Dalam berita dari Mingdu, satu-satunya hal yang lebih pasti adalah nama ini.

Yuhao, apakah ini benar-benar kamu?

Meskipun Orange berpikir dalam hatinya, dia tetap tenang di permukaan.

Orang tua pertama di sebelah kiri berkata dengan suara yang dalam: "Ini memang masalah besar. Kita harus mencari tahu apa yang terjadi secepat mungkin. Jika tidak, kita tidak punya cara untuk menilai. Marsekal, saat ini, kita tidak bisa mundur! Kita baru saja menduduki langit. Di seluruh kerajaan jiwa, pasukan kita akan beristirahat selama sepuluh hari. Ini adalah waktu yang paling kuat. Tidak peduli ke arah mana untuk menyerang, ini adalah waktu terbaik. Pada saat ini, jika dipengaruhi oleh situasi domestik, kemungkinan akan sangat mengubah hasil pasukan kita kali ini. Sekarang adalah waktu terbaik untuk menyatukan daratan. "

Jeruk itu sedikit mengangguk.

Orang tua pertama di sebelah kanan juga mengangguk, dan berkata: "Yang Mulia dijaga oleh resimen Guru Jiwa Kerajaan. Selama resimen Guru Jiwa Kerajaan ada di Mingdu, Mingdu akan aman. Meskipun guru roh itu telah memasuki negara kita, Lagipula, jumlah orangnya terbatas, dan yang bisa mereka lakukan hanyalah kehancuran. Tapi bagaimanapun juga, mereka hanya memiliki dua kelompok master jiwa, dan kita memiliki jutaan master. Dibandingkan dengan kehancuran, apakah kita lebih buruk? "

“Su Tua, bicaralah dengan hati-hati.” Orange sedikit mengernyit dan berteriak dengan suara yang dalam.

Su Tua tersenyum acuh tak acuh, dan berkata: "Anda akan keluar, Anda tidak akan terpengaruh oleh nasib Anda. Marsekal, Anda harus membuat keputusan lebih awal dan jangan terpengaruh oleh masalah ini. Saya yakin Yang Mulia dapat memahami Anda. Taktik kami telah dirumuskan Jika Anda membuat perubahan saat ini, itu akan sangat tidak menguntungkan! "

Orange menghela nafas pelan, dan berkata: "Mengapa saya tidak tahu ini masalahnya. Tapi, Yang Mulia dalam masalah, bagaimana saya bisa beristirahat di garis depan? Anda semua penatua di aula ibadah, jadi haruskah saya berpikir begitu. Hati saya agak bingung, masalah ini harus dipertimbangkan jangka panjang, dan kita tidak bisa membuat keputusan yang terburu-buru. Jika tidak, bahkan jika kita memenangkan perang garis depan dan kembali ke kekaisaran di masa depan, kita akan dikritik oleh ribuan orang. "

“Siapa yang berani ?!” Su Lao jelas pemarah. Dia mengambil langkah maju, kekuatannya tiba-tiba meningkat, dan dia berkata dengan dingin, “Marsekal telah melakukan yang terbaik untuk negara dan menyerang putrinya di garis depan. Dia memiliki banyak kebijaksanaan, dan dia memiliki situasi hari ini. Di dalam negeri. Wajah kebencian orang-orang itu sangat jelas bagi orang tua itu. Jika ada yang berani mempertanyakan marshal, orang tua itu akan membunuh keluarganya terlebih dahulu. "