Respect Tak Gratis

7.6K 1.2K 63
                                    

Sebuah perusahaan bisa memiliki lebih dari satu direktur. Tergantung model bisnis dan skala usaha. Di PT. Griya Cipta sendiri ada tiga direksi dibawah kepemimpinan seorang CEO atau Dirut. Direktur itu adalah Pak Asep di bagian Produksi, Nyoto di bagian marketing, serta satu direktur lagi di bagian keuangan. Mereka memiliki wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Tapi sejauh yang kutahu, beban kerja Pak Asep jauh lebih berat dari gabungan dua direktur lain.

Karena kenapa?

PT. Griya Cipta Laksana memiliki model bisnis sebagai perusahaan kontraktor sekaligus developer. Kami bukan hanya di konstruksi, kami juga mengelola property. Dan dua bidang berbeda itu ada di satu divisi yang dipimpin oleh Pak Asep. Tidak heran jika mentorku itu sangat kharismatik. Jam terbangnya tinggi. Jauh berbeda dibanding orang di depanku.

Si direktur nganggur itu masih bicara seakan layak mendapat respect.

"Kamu tahu kesalahanmu?"

"Apa kesalahan saya?" balasku tegas.

"Kalau saya bilang kamu salah, artinya kamu salah."

"Iya, apa kesalahan saya?"

"Kamu berani menjawab? Saya ini direktur!"

"Iya, saya tahu. Tapi apa kesalahan saya?"

"Kamu belum tahu siapa saya?"

"Untuk apa saya cari tahu?"

BRAK!!!

"Berani sekali kau!"

Nyoto Rahwono Mangan Botho Enthek Limo atau siapalah nama panjangnya. Ini pertama kalinya kami bertemu sejak konfrontasi seabad lalu. Kepala botaknya langsung menarik perhatianku. Perut buncitnya membuatku bertanya-tanya uang haram apa saja yang dia makan. Orang ini sungguh kotor. Terlalu kotor sampai sulit menemukan sayur-sayuran untuk menamai si botak itu.

"Kamu lihat apa?"

Tak kujawab pertanyaannya.

Direktur keparat itu makin tersinggung.

Dulu, aku agak gentar karena posisiku sangatlah rendah. Tapi sekarang berani lawan karena orang-orang yang mendukungku. CEO di belakangku. Direktur Produksi pun berpihak padaku. Begitupun Pak Prasojo yang merupakan salah satu chairman. Belum lagi Doni yang sangat benci orang ini.

Apa yang aku takutkan?

"Kamu pikir, saya tidak bisa memecatmu?"

"Oh, begitukan? Kenapa tidak anda coba?"

BRAK!!!

Sekali lagi si botak menggebrak meja. Dia menudingku dengan tangan agak gemetar. Mungkin mejanya terlalu keras. Atau mungkin dia punya asam urat.

"Kesalahanmu karena kau tak bisa hormat pada atasan!"

"Saya sudah hafal peraturan dan kode etik perusahaan ini. Dan saya hanya hormati yang pantas saya hormati."

"Tidak semua peraturan itu tertulis!"

"Oh, kalau tidak tertulis, darimana saya tahu?"

Napas Nyoto kembang kempis. Aku yakin, dia belum pernah menghadapi seseorang yang berani melawan. Aku paham dia haus respect. Tapi di mataku, respect bukan didapat karena jabatan. Respect didapat karena orang itu memang kharismatik. Punya wibawa, punya merit. Bukan seperti Nyoto yang hanya menerima jilatan pantat.

"Kamu merasa saya tidak bisa memecatmu karena kamu bukan bawahanku?"

"Oh, sudah jelas. Kalau peraturan itu sudah saya baca berulang-ulang."

Mendadak AyahWhere stories live. Discover now