Istri Ngidam

6.3K 858 41
                                    

Fitria hamil?

Setelah setahun membuatku terpincang-pincang, dia hamil?

"Nduk! Pulang pulang bawa kabar baik! Duh Cah Ayu."

"Iya, Bu. Saya sudah lulus kuliah. Ibu kan minta saya kuliah dulu?"

"Pak, kita mau punya cucu lagi, Pak!"

Sesampainya di Surabaya, keluargaku heboh. Tak terkecuali Mas Pram yang baru datang dari Jakarta. Kehamilan istriku baru sebulan. Selama setahun membuahinya, aku sudah lupa terakhir kalinya bertanya apa kami berbuah hasil. Sekaligus lupa terakhir kalinya menyudahi harapan itu. Dan saat aku sudah ikhlas, seranganku mencetak gol.

Perasaanku masih campur aduk antara kaget, senang, terharu, takut, bingung dan apapun yang membuatku jadi bahan bully istri sendiri.

"Gak usah panik. Seharusnya Mas seneng."

"Kok gak bilang dari kemarin?"

"Karena Mas O'on," ujarnya, sebelum mengadu pada ibuku. "Bu, masa Mas Handoko gak tahu aku hamil? Masa aku dibilang sembelit? Ngeselin tahu gak? Aku diemin, dianya gak paham-paham."

Aku memilih kabur daripada ibu sidang.

***

"Loh, kok jadi gini?"

"Biar kamu betah."

Begitu pergi bersama ayah, aku terkejut melihat kamar sendiri. Catnya bukan lagi hijau tua ala militer, melainkan pink cerah. Poster-poster Yon Armed Kostrad juga tak ada di temboknya. Izra tak suka. Si kecil tak akan mau ke kamarku lagi setelah ayah merombaknya.

"Ayah sengaja?"

"Izra sudah besar. Gak perlu menyusu lagi," ujarnya tak bertanggung jawab. "Ranjangnya juga sudah di lepas."

Aku malu saat ayah berdehem-dehem. Apalagi Fitria. Bukan hanya tembok, kasurku juga dirombak. Ranjangnya dibongkar karena istriku terlalu aktif. Dia kalau  minta ujung-ujungnya memicu gempa. Sekalian ranjangnya dibuang biar ayah dan ibu bisa tidur.

"Nanti Izra sebulan di sini. Pulangnya sama Pram."

"Hah?"

"Kamu belum hadir reuni keluarga. Ini hukumanmu. Biarkan ayah pamer cucu ke perwira tinggi lain."

Kuraup wajahku sendiri. Darah militernya selalu mendidih di dekat cucu. Apalagi Izra. Kami masih bertengkar setiap pulang. Si kecil lupa segalanya kalau sudah bersama ayah. Sekarang saja pakai PDL Kostrad versi balita.

"Nanti ikut kakek ke Malang ya? Izra mau lihat ASTROS? Itu loh, truk peluncur roket? Atau ikut kakek ke Cavalry Pacitan? Nanti lihat Tank Leopard sama Marder."

"Mauuuu!"

"Dan kakek punya mobil baru!"

Sekali lagi, kupijit kening saat ayah memamerkan Maung 4x4, Kendaraan Taktis buatan Pindad variant sipil. Harganya 600 juta. Aku membelikannya di ulang tahun ayah kemarin. Mobilnya memang keren. 100% buatan Indonesia dan akupun menyukainya. Apalagi Izra. Si kecil sampai lompat saking senangnya.

"Ke istrimu dulu. Ayah mau jalan-jalan. Sekalian bilang ke si Nduk. Izra di sini sebulan."

"Janji cuma sebulan?"

"Iya. Sana ke si Nduk. Dia butuh kamu."

Begitu memutar kunci, mobilnya langsung hilang.

Sejenak, kunyalakan rokok begitu jauh dari si kecil. Kupandangi teras rumah dengan tangan berkacak pinggang. Liburanku hanya seminggu. Fitria akan sibuk, Linda sibuk, dan Mas Pram pun ada tugas setelah ini. Mungkin menitipkan Izra bukan ide buruk. Istriku sudah pasti mengizinkannya.

Mendadak AyahOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz