Secret Boyband

2.2K 213 64
                                    

"Kenapa kamu duduk agak menjauh?"

"Kenapa kalian ganteng-ganteng? Kenapa aku saja yang jelek di tempat ini."

Aku masih tersinggung.

Apalagi saat mereka menjawabku bergiliran.

"Karena bibit."

"Bebet."

"Boncrot."

"Bobot." Respati mengkoreksi Jean Wilson yang belum fasih Bahasa Indonesia.

"Ah, sorry."

Aku makin kesal harus duduk bersama tiga pria ganteng. Respati ganteng maskulin ala orang Arab, Mas Pram ganteng karena cantik, sedangkan Jean Wilson gantengnya orang Jawa. Andai mereka ada jeleknya, semuanya diberikan kepadaku. Pokoknya minder.

Syukurlah si Ardian itu bapak-bapak yang anaknya sudah SMA. Setidaknya, aku masih ada temannya. Tidak jelek sendirian. Sayang sekali orangnya belum datang.

"Baiklah, kita di sini untuk follow up rencana rahasia kita mengobrak abrik Indonesia. Sekaligus menghabisi salah satu partai terbesar. Aku punya dendam sama Partai Tiga Arah, Pram juga. Perang panjang ini akan kuakhiri bersama kalian. Hoho, my secret boyband."

Kami pasang telinga saat Respati mulai serius. Tentunya dengan gaya santai. Tapi topik kami tidak santai sama sekali.

"Kalian lihat? Proyek jalan lintas Sumatra terlanjur bocor. Para spekulan berlomba-lomba beli tanah. Dan makelar-makelar sialan itu semuanya kader Tiga Arah. Karena mereka yang pegang salinan masterplan kita. Mereka tahu tanah-tanah mana saja yang akan kita beli untuk megaproyek."

Obrolan makin serius. Tapi gaya kami semakin santai. Terutama si kembar yang saat ini menaruh kaki di atas meja. Syukurlah Danny Jean Wilson bukan ekstrovert seperti mereka. Pria itu pendiam. Cara duduknya rapi. Berkali-kali dia mengelap meja karena wataknya yang agak perfectionist.

Tapi kok wajahnya familiar, ya?

"Seluruh siteplan jalan ini sengaja jauh dari pemukiman. You know? Harga tanah masih murah. Bahkan ada yang masih 50 ribu rupiah permeter persegi. Tapi sekarang, tanah tandus dan jelek itu harganya makin membengkak. Kader Partai Tiga Arah saling berebut. Mereka borong tanah dari Riau sampai ke Aceh. Tanah jelek yang tadinya 50 ribu rupiah itu saat ini jadi lima juta permeter persegi. Mereka masih mau beli."

Inilah efek mengerikan dari rencana pengusaha gila. Istilah kerennya Economic Bubble. Gara-gara Respati, jutaan dollar dicairkan kader-kader parpol besar. Indonesia mengalami inflasi. Nilai tukar rupiah terjun bebas karena terlalu banyak rupiah di dalam negeri. Harga-harga kebutuhan langsung melonjak.

Serius, Respati membuat Indonesia dilanda krisis moneter.

Parahnya lagi, Partai Tiga Arah memiliki banyak bisnis dan bergerak di bidang pangan. Mereka jual semua bisnis itu hanya demi beli tanah di lokasi yang kami tetapkan. Sebagian lagi tukar guling. Mereka siap miskin demi uang mudah.

Pokoknya kacau balau.

"Kok mereka sampai nekad gitu? Apa mereka tak takut proyek kita batal?"

Respati menggeleng pelan akan pertanyaanku.

"Informasi yang mereka pegang tentang kita sangat rahasia. Dan komplit. Termasuk informasi internasional yang ditangani pria ini." Dia tunjuk si bule jawa di sebelahku. "Tuan Jean Wilson adalah COO dari BCW Global."

"Bestie Comrade and Wolfe!" Aku jelas terkejut. Perusahaan itu adalah perusahaan hubungan masyarakat terbesar di dunia. Aku tak menyangka eksekutifnya di sebelahku.

"Iya. Dan Tuan Jean Wilson orang nomor dua perusahaan itu. Dia menangani informasi bisnis berskala internasional."

Wuuufff! Andai orang-orang di sekitar kami tahu, mereka pasti gempar. Meja kami diduduki orang-orang gila. Ada prajurit paling elit se Indonesia, ada pimpinan perusahaan keuangan terbesar, ada orang nomor dua perusahaan PR, dan aku sendiri CEO dari perusahaan konstruksi yang menangani proyek trilyunan.

Mendadak AyahWhere stories live. Discover now