Aing Maung

8.6K 1.2K 111
                                    

Aku dan Mas Pram memang berbekal bela diri. Tapi melawan banyak orang tidak semudah di film-film. Apalagi jika mereka bersenjata. Kami harus pakai strategi. Langkah pertama adalah memisahkan dua mobil agar lawan tak terlalu banyak.

"Belok ke situ," katanya. "Jangan terlalu kentara. Mereka belum tahu kalau kita sudah siaga."

Kuikuti arahan Mas Pram. Seperti rencananya, kami sembunyi di gang begitu motor sudah belok. Dan seperti prediksinya mobil itu tak menambah kecepatan saat melaui persembunyian kami.

"Sekarang ikuti mereka dari kejauhan. Di depan ada pertigaan. Mereka pasti berpencar."

Sesuai prediksinya pula, dua mobil itu berpisah jalan setelah sejenak berhenti lama. Mereka menambah kecepatan. Kami ikuti salah satunya dan pura pura mendahului.

Mereka tak buang peluang. Mobil itu langsung mengejar.

"Terus gimana, Mas?"

"Mereka gak akan mencegat kalau masih ramai. Ngebut saja. Mereka pasti kontak mobil satunya."

"Mas yakin ini aman?"

"Tenang saja. Ck, sayang sekali aku gak bawa granat."

Aku tak mengomentari kalimat bodohnya. Untunglah motorku motor sport hingga mobil itu agak kesulitan mengejar kami. Sesuai arahan Mas Pram, aku pura-pura pelan. Mobil itu tak curiga sedikitpun. Mereka langsung mencegat kami hingga terpaksa harus berhenti.

"Turun lu berdua!"

Dua orang maju mengacungkan pentungan. Mereka menghampiri kami yang sudah turun dari motor.

"Le, lihat gaya mereka. Mas yakin habis ini akan ada yang pidato—

Aku langsung melaju saat Mas Pram sibuk bicara. Dua orang itu kaget. Satu bodyshot lancar mendarat ke rusuk kiri, tepat ke bagian liver. Orang itu langsung batuk-batuk sebelum terkapar di tengah jalan.

Orang satunya tak sempat bereaksi. Kumanfaatkan momentum itu untuk menjambak rambutnya dan melayangkan serangan lutut.

Tepat ke telinga.

Orang itu pasti masuk UGD.

"Curang kamu Le! Kita sudah deal!"

"Trik berhemat satu juta, huahahaha!"

Empat orang lain langsung siaga. Seperti layaknya preman, 90% dari mereka tak dibekali ilmu bela diri. Mereka hanya main keroyok. Hingga saat mangsanya melawan, kuda-kuda mereka jadi berantakan. Keempat preman itu terlalu panik hingga pilih-pilih mangsa di antara kami berdua.

Satu orang menghalangiku. Tiga orang lain berlari ke arah Mas Pram. Mereka pasti berpikir Kakakku lemah karena posturnya yang agak langsing.

"Hei! Lawan aku!" Aku berusaha mencegah. Tapi teguran itu malah mempercepat langkah mereka. Preman-preman itu makin berpikir bahwa aku melindungi Mas Pram.

"Satu juta lima ratus datang sendiri, hahahaha!"

Aku tak bisa buang waktu. Kuambil pentungan di bawahku dan menghampiri lawan tandingku. Orang itu siap siaga. Kulempar pentungan itu sambil berlari ke arahnya. Begitu ia menangkis, aku melompat meraih kepalanya, dan melayangkan lututku tepat ke arah hidung

BUGG!!!

Darah mengucur. Tapi preman itu tak langsung pingsan. Dia masih berdiri sempoyongan, hingga aku punya kesempatan untuk melakukan tendangan roundhouse.

"Tendangan hemat lima ratus ribu!"

BUGG!!! Feeewww ... Orang itu terlempar seperti kain pel.

Mendadak AyahWhere stories live. Discover now