Kencan Ganda

5.8K 848 40
                                    

Di food-court sebuah mall, mata puteraku berbinar-binar. Dia terus menatapku seolah tak percaya bahwa aku memang ayahnya. Begitupun Fitria. Dia masih terpaku pada penampilan baru karena tragedi di rumah Sandy.

"Ya ampun Mas, aku baru tahu suamiku sekeren ini."

"Ayah tentala!" Puteraku ikut menimpali. Sedangkan Sandy yang memangkunya, senyum-senyum sendiri karena penampilan itu sangatlah cocok untukku.

"Iya, Fitria. Handoko mirip prajurit betulan."

Yes. Saat ini aku memakai seragam militer. Kebetulan di rumah Sandy ada seragam rekan Mas Pram yang posturnya mirip posturku. Sama-sama tinggi besar. Aku mengenalnya sebagai SpongeBob. Seorang pria yang sering jadi rekan sparring di pertandingan kelas berat. Aku terpaksa pinjam bajunya, setelah menata ulang ruang tamu demi menutupi barang bukti.

Untung saja Sandy tak tahu.

Untung pula Mas Pram memakai seragam sama hingga aku tak jadi badut sendirian.

"Fitria, Mas mau nikah." Saat istriku sedang terlena, Mas Pram buka suara. Dia minta restu iparnya karena Fitria seperti mata dan telinga ayah ibuku. Istriku jelas terkejut karena berita ini belum sempat aku jelaskan.

Ke resto ini saja dia naik taksi.

"Hah? Sama siapa?"

Mas Pram lirik wanita kekar di sebelahnya dan berkata, "sama dia. Aku mencintai Sandy dan siap menikahinya. Tolong bilang ke ibu, ya?"

"Mas serius?"

"Iya. Aku sudah temukan tempat berlabuh."

"Arrgghh jantungku!!!" Fitria remas dada sendiri yang dari tadi dilirik Sandy.

Bagaimana respon istriku? Aku yakin dia menolak dalam hati. Semua karena Linda. Fitria berharap banyak padanya. Dia pasti kecewa semudah itu Mas Pram berpaling setelah memberi harapan palsu.

Kucolek lengan istriku. "Kalian saling kenal?"

"Iya. Aku kenal Mbak Sandy."

"Kamu dah tahu kalau dia cewek?"

"Hanya orang bego yang gak tahu," jawabnya sinis. Bukan hanya menyindirku, Fitria masih kecewa pada pilihan kakak iparnya.

Makan malam itu terasa tak nyaman. Mas Pram pun tahu tak semudah itu Fitria bisa memberi maaf. Bukan hanya ibu, istrikupun galak pada Mas Pram jika permainkan hati perempuan. Tak sekali dua kali dia mengusirnya. Tentunya, tak semudah itu pula mendapat restu orang tua jika si menantu kesayangan masih enggan memberi jalan.

Mas Pram mencolek Sandy. Wanita itu agak kaget karena sibuk membandingkan dada istriku dengan dadanya sendiri. Agak gelagapan dia berkata dengan nada agak memelas.

"Fitria, hubunganku dengan Pram sudah lama. Hampir delapan tahun."

"Selama itukah? Mbak Sandra tahan sama dia?"

"Rasanya mau mati. Bantu aku dapat restu ibu, ya? Please."

Istriku menghela napas. Syukurlah dia cukup dewasa untuk menjaga perasaan Sandra.

"Mas, aku selalu ditelpon ibu. Beliau sering nanyain siapa saja yang sekarang dekat sama Mas," ujarnya, tanpa menyebut dua perempuan yang selama ini masuk semi-final. Dia tahu Sandra pasti cemburu andai Aulia dan Linda dia sebut di percakapan. "Mas benar-benar serius? Kapan kalian nikah?"

"Tiga bulan lagi, Nduk."

"Secepat itu?"

"Iya, Nduk. Mas sudah tobat main perempuan."

"Arrgghh! Jantungku!!"

"Kalian suami istri sama saja!" Mas Pram mulai emosian. Dia makin kesal karena Izra meniru ibunya. "Kamu tuyul kecil jangan ikut-ikutan!"

Mendadak AyahHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin