Saya CEO

29.4K 2.2K 43
                                    

Perusahaan kami semakin sibuk sejak Fitria ambil bagian. Tiga minggu ini kami bagi tugas agar kinerja makin efisien. Sementara istri sibuk di kantor, aku sering kerja di luar. Aku temui banyak orang yang jadi partner di masa depan.

Salah satunya komunitas Jared.

"Ohayo gozaimas, Hando-san!"

"Ohayo," balasku dengan gaya yang sama. Semenjak kumpul dengan si wibu, kekuatan anime mulai mengalir di darahku.

"Hando-san, mereka perwakilan dari komunitas. Mereka yang ingin ketemu omae."

Kutatap dua orang yang sama anehnya dengan si Jared. Dan seperti wibu itu, tamunya pun agak takut saat pertama melihat posturku.

"Sal—salam kenal, Hando-Senpaiii!"

"Tenang saja, Hando-san ini orangnya baik. Istrinya juga kawaaaiii! Seperti Kanna Hashimoto. Dan Oppai-nya—

"Hus!" Kujitak kepalanya sebelum bicara yang bukan-bukan.

Hari ini kami ada janji di sebuah cafe. Jared bilang furniture kami terlalu booming bahkan di masa pre-order. Promosi mulut ke mulut. Aku tak puas dengan prospeknya. Cara promosi itu terlalu sempit untuk berani produksi massal. Maka dari itu, aku ingin bahas topik ini demi masa depan pemasaran kami.

"Jadi begini, Hando-san. Komunitas kami memang banyak anggotanya. Tapi yang mendukung sedikit. Karena 90 persen kegiatan kami sifatnya indie."

Salah seorang tamu angkat bicara. Aku langsung suka dengan gayanya yang cukup jelas dan to the point. Nampaknya dia seumuran Jared atau lebih tua sedikit.

Oh iya, "indie" adalah istilah bagi kegiatan yang pengeluarannya dibiayai sendiri. Alias independen.

"Dan kalian butuh sponsor?" jawabku to the point.

"Iya, Hando-san. Kami ada jadwal comifury dan event cosplay di lima kota."

"Target pengunjung?"

"1000 orang pertitik. Event puncak 10 ribu."

"Butuh dana berapa?"

Dua tamu itu saling menoleh.

"Sekitar 50 juta untuk empat titik promosi, 600 juta untuk acara utama. Sisanya ditanggung vendor."

"Hmmm ... 800 juta, ya?"

Mereka langsung tegang. Kedua kalinya saling menoleh saat aku memijit dagu. Dana itu memang terlalu besar untuk perusahaan kami yang masih start-up. Bahkan total modal kami saja hanya 600 juta. Tapi penawaran itu terlalu menggiurkan untuk bisa aku tolak.

"Berapa persen untuk jadi sponsor utama?"

"Hando-san mau jadi sponsor utama?"

"Bisa saya pertimbangkan. Berapa persen?"

"50 persen. 50 sisanya kami tawarkan ke lima sponsor lain."

Uhhh ... menarik sekali. Aku bisa baca pengaruh event itu bagi brand kami yang masih cupu. Sudah rahasia umum bahwa dana promosi adalah pengeluaran terbesar perusahaan. Biasanya 60 persen dari total modal, bahkan lebih. Terlebih komunitas pop culture adalah pasar utama yang kami jajah.

Aku tak mau banyak bicara.

Kubuka pintu untuk mereka.

"Kirim proposalnya ke email perusahaan kami. 400 juta kutanggung semua."

"Serius?"

"Iya, nanti saya bicarakan ke manajer keuangan dan penyandang dana."

Dua orang itu lagi-lagi saling menoleh.

Mendadak AyahWhere stories live. Discover now