Pesta Lajang

5.9K 814 46
                                    

"Le, aku sudah minta maaf sama dia."

"Beneran?"

Mas Pram menunjukan dua jari sebagai jawaban. "Iya. Dan ke semua cewek yang pernah dekat. Mas kapok diceramahi kamu dan Fitria terus-terusan."

Napas panjang keluar perlahan dari mulutku. Jujur saja, walau sudah merestui pernikahan Mas Pram bersama Sandra, aku masih berharap Linda jadi kakak iparku. Dia perempuan baik. Sangat dewasa dan selalu bijak untuk jadi teman bicara. Tapi keputusan tetaplah keputusan. Mas Pram punya pilihan. Kubiarkan si playboy itu menggelar pesta ini karena dia sudah berjanji.

Janji untuk setia pada satu perempuan saja. Mas Pram ucapkan janji itu lagi di hadapan kami yang dia anggap sebagai orang paling dekat.

Tiga orang selain Mas Iwan. Si pujangga itu sedang sibuk. Tapi untungnya, di meja ini masih ada tukang sindir lain yang tidak kalah dari si ceking.

"Wow, mengagumkan," kata pria itu sarkastik. Dia juga bertepuk tangan menyindir dengan mata terkatup malas. "Aku sangat terkejut, ngahahahaha!"

"Ayolah, ini pesta lajangku. Aku sungguh-sungguh!"

"Yeah yeah, dan matamu masih melirik cewek-cewek di sekitar kita saat mulutmu sumpah setia. Yeah, aku percaya kesungguhanmu, ngahahaha!"

Aku tak perlu menyanggah atau mengiyakan. Pria berhidung besar itu tahu betul sifat kakakku. Setelah puas menyindir Mas Pram, pria itu tepuk pundakku dan berkata, "jangan kau tiru kakakmu. Mengerti?"

Aku mengangguk pelan.

Pria itu terkekeh sejenak sebelum kembali bersikap serius.

"Pantau terus si buaya ini. Sandy itu baru pertama jatuh cinta. Dan cinta pertamanya si women killer. Kalau Pram main perempuan lagi, lapor! Mengerti?!"

"I-iya Bang."

"Bagus."

Siapakah dia?

Pria itu bernama Squidward. Aku lupa nama aslinya karena lebih nyaman dengan julukan. Dialah yang paling tua di antara kami sekaligus paling bijak. Walau pangkatnya di bawah Mas Pram, ucapannya selalu kakakku dengar saat sudah lepas seragam.

Termasuk soal pernikahan.

Squidward jadi pria paling cerewet.

"Cih, kalau Pram yang undang, pesta ini lebih mirip pesta jalang."

Wajahnya nampak ketus saat melihat sekitar kami. Hidung besarnya kembang kempis seperti tokoh gurita di film kartun. Dia kontan palingkan muka saat seorang perempuan memberinya ciuman jauh.

"Aku tak percaya pria beristri sepertiku bisa berada di tempat ini."

Aku sangat setuju.

Aku juga tak nyaman meski istriku tidak tahu.

Dimanakah kami?

Pesta itu kami selenggarakan di sebuah bar, pub, cafe remang-remang, atau apalah menurut Mas Pram. Bar itu adalah bar yang sama di mana kami sering beli informasi. Banyak perempuan berlalu lalang. Khas hiburan malam.

Sangat tidak nyaman untuk pria beristri. Kecuali untuk satu orang lagi yang baru datang. Seorang pria besar berotot. Aku berdiri menyambutnya begitu pria itu menyapa.

"Handoko! Badan kamu makin kekar!" Si raksasa bicara padaku sambil memamerkan otot lengannya. "Bobotmu berapa sekarang?!"

Pria itu bernama SpongeBob. Dia menganggapku adik sendiri karena persamaan di antara kami.

"Terakhir 118 kg, Bang."

"Wuih, massa ototmu padat juga," balasnya, masih memamerkan otot-otot lengan. "Bobot Abang 124 sekarang. Abang kira kerja di kantor bikin ototmu susut."

Mendadak AyahWhere stories live. Discover now