EP 02 - 5 : TERJEBAK MUSLIHAT

680 36 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oh Gong pulang dengan malas. Seperti biasa, dia menggantungkan mantel bulunya di patung suci milik Ma Wang dan tertangkap basah—Ma Wang menunggu di balik tangga dekat patung itu berada. Ditertawai dan diceramahi Ma Wang tentang kelakuannya itu, Oh Gong tak berselera untuk meladeni. Dia berkata, "Sorry, kalau mau bakar, bakar saja." lalu pergi meninggalkannya ke ruang utama.

Ma Wang tambah kesal karenanya. "Okeh. Akan kubakar di depan matamu!" serunya, lalu membanting mantel itu ke tiang dan suara 'duk' terdengar. Suara itu datang dari peti kecil berisi geumganggo. Kalau begini, Ma Wang tidak bisa membakar mantel ini tapi juga tak bisa menarik ucapannya begitu saja. Dia buru-buru memasukan kembali peti kecil itu ke saku mantel dan menghambur ke ruang utama, menemui Oh Gong yang baru saja tiduran di sofa.

"Hey Dewa Agung!" seru Ma Wang, lalu dengan sopan dia bertanya, "Sebelum kubakar mantelnya, apakah ada sesuatu penting yang harus kau ambil dari saku?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hey Dewa Agung!" seru Ma Wang, lalu dengan sopan dia bertanya, "Sebelum kubakar mantelnya, apakah ada sesuatu penting yang harus kau ambil dari saku?"

"Tidak ada. Bakar saja." kata Oh Gong, sambil terpejam.

"Coba pikirkan baik-baik." kata Ma Wang.

"Bakar sajalah, tak usah banyak tanya. Aku punya banyak mantel yang begitu." Oh Gong benar-benar sedang malas bicara.

Ma Wang jadi tidak punya kesempatan untuk berdalih. Dia pun berkata, "Kalau begitu, lain kali saja aku membakarnya kalau kau ketahuan menggantung mantelmu lagi di patungku."

"NGAPAIN LAIN KALI? SEKARANG SAJA!" Oh Gong naik darah.

"MANTEL BAGUS, KENAPA DIBAKAR? HARGAI!" Ma Wang melempar kembali kata-kata yang pernah Oh Gong ucapkan padanya. "Aku akan simpan ini di kamarmu ya?" kata Ma Wang, kemudian.

Oh Gong memanggil, "Ma Wang, kau pernah tidak bertemu dengan manusia yang begitu ingin mempertahankan hidupnya yang padahal tidak berarti itu?" tanyanya, serius.

"Sering." jawab Ma Wang. "Sebagian besar anak-anak manusia yang datang ke acara audisiku seperti itu, dan cara mereka menatap tidak pernah bisa kulupakan. Kenapa?"

"Tatapannya itu ... keren." ucap Oh Gong, mengawang-awang.

"Jadi? Kau tergoda oleh tatapan mata itu?" Ma Wang tahu yang sedang dibicarakan Oh Gong: Sam Jang.

A KOREAN ODYSSEY [HWAYUGI]Where stories live. Discover now