EP 16 - 4 : KEHEBATAN SEORANG ANAK

307 16 0
                                    

Ma Wang berceramah di meja panjang kantor agensi, di hadapan Oh Gong, Sekretaris Ma, dan Bayi yang terbaring di dalam keranjang—sambil menenteng mainan bayi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ma Wang berceramah di meja panjang kantor agensi, di hadapan Oh Gong, Sekretaris Ma, dan Bayi yang terbaring di dalam keranjang—sambil menenteng mainan bayi. Katanya, “Selama ini aku telah dibodohi, diperlakukan bagai anjing bodoh, dan berkatnya, aku menyadari itu.”

“Sepertinya Ah Sa Nyeo sedang mencoba untuk menipumu.” Oh Gong yakin itu.

“Demi menjadikanku patuh tanpa syarat, Langit menyembunyikan fakta tentang anakku dan menebarkan omong-kosong belaka.” Dalam keseriusannya yang penuh dendam ini, Ma Wang masih sempat menjulur-julurkan lidah untuk mengasuh Bayi.

“Yang beromong-kosong itu adalah Ah Sa Nyeo. Dia yang memanfaatkanmu!” Oh Gong harus terus mengulangi kalimat itu untuk menyadarkan Ma Wang.

Ma Wang tetap berfokus pada dendamnya, “Anakku masih hidup, tapi disembunyikan.”

“Ah, kau kebanyakan nonton drama,” komentar Oh Gong.

Ma Wang masih punya pemikiran lain, “Anakku masih hidup, lalu dibunuh?”

“Dari melodrama ke thriller, gitu?”

“Aku harus membalaskan dendam anakku!” Ma Wang berapi-api, mantap.

“MA WANG, KALEM DONG!”

“KENAPA?! AKU BAHKAN TIDAK TAHU ANAKKU MASIH HIDUP ATAU SUDAH MATI. KALEM BAGAIMANA, HAH?!”

Sekretaris Ma mengepak-ngepakan tangannya, dan “Sst! Nanti bayinya bangun. Tolong tenang ya?”

“Aigoo ...” Ma Wang bergembira ria, khusus untuk Bayi. Diam-diam, dia bicara serius dengan Oh Gong, “Semakin dipikirkan, aku jadi semakin curiga.”

“Na Chal Nyeo berhasil atau tidak menyelamatkan anaknya, tidak ada yang tahu. Kau tidak bisa menuduh Langit telah menipumu!” Oh Gong membentak-bentak, dan Bayi kembali mengaung-aung.

“Sst ... sst! Makanya itu, aku menyuruh Ah Sa Nyeo untuk mencari tahu.” Ma Wang serius, lalu berubah konyol, seketika, untuk mengasuh Bayi.

“Kau ini betul-betul ... SUDAH termakan omongan Ah Sa Nyeo tentang anak itu.” Oh Gong monyong-monyong.

“Memangnya kau tidak akan begitu? Anak lho ini. Anak!” dan Ma Wang melambai-lambai lagi pada Bayi.

“Apa sih hebatnya anak?” Oh Gong bangkit, mengintip Bayi. “Oy, cilukba,” kata Oh Gong, datar.

Tapi Bayi tertawa karenanya.

“Ketawa, hah?” Oh Gong meremehkan.

“Heh, heh, coba kau cilukba lagi,” kata Ma Wang.

“Ngapain?” Oh Gong malas.

“Itu bayinya berhenti nangis. Cilukba lagilah ...”

“Ogah.”

“Gak suka cilukba? Kalau gitu ... weleh-weleh-weleh, gitu. Coba!” Ma Wang geleng-geleng kepala sambil menjulurkan lidah.

“Itu malah lebih aneh. Ogah!” Oh Gong tidak mau merendahkan diri dengan bertindak konyol.

“Eh ... kalau gitu, ‘aunyungnyungnyung, aunyungnyung’, begitu, cepat!” Ma Wang manyun-manyun sambil menggulung-gulung jari di dekat kedua telinga.

“KAU GILA, HAH? OGAH!”

Ah Sa Nyeo berlari secepat mungkin dari kejaran pegawai restoran, lalu TID! Dia dihentikan oleh suara klaksok yang keras dari mobil sport merah yang terparkir di pinggir jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ah Sa Nyeo berlari secepat mungkin dari kejaran pegawai restoran, lalu TID! Dia dihentikan oleh suara klaksok yang keras dari mobil sport merah yang terparkir di pinggir jalan. Kaca mobil itu menurun. Pal Gye di dalamnya.

“Naik,” katanya.

“Mau ke mana?” Ah Sa Nyeo tak begitu saja menerima tawarannya.

“Kau harus menepati janjimu,” kata Pal Gye.

“Kalau aku tidak mau?”

“Aku akan membuatmu jadi terkenal,” Pal Gye bisa melakukan itu. “Kalau kau ketahuan mengobrol denganku begini, manusia akan segera mengenali wajahmu. Demi melancarkan niat jahatmu, kau tidak boleh jadi terkenal.”

Itu benar, dan selain itu ... karyawan restoran sudah dekat. Ah Sa Nyeo segera menaiki mobil Pal Gye dan mengebut bersamanya.

Mereka menuju rumah sakit, untuk menemui Ibu Se Ra yang terbaring di balik kamar rawat. Keduanya mengintip dari kaca pintu.

 Keduanya mengintip dari kaca pintu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Masuklah. Penuhi keinginan Bu Ja untuk bertemu dengan ibunya,” kata Pal Gye, pasrah.

Ah Sa Nyeo berpikir, “Kalau aku masuk dan tidak menangis, bukankah ibunya itu akan kecewa?”

“Tidak akan. Dia tidak sadar.” Lalu dengan sedih, Pal Gye bercerita, “Waktu mencari Bu—Se Ra, kesehatannya terus menurun. Dia BERUSAHA sekuat tenaga sampai akhirnya seperti ini, demi menemukan putrinya.”

Sebenarnya ada rasa sedih di benak Ah Sa Nyeo, tapi ... “Aku tak punya waktu untuk hal semacam ini.”

Sebelum Ah Sa Nyeo melarikan diri semakin jauh, Pal Gye menangkap tangannya dan menahan hitam-kelam matanya yang melemah.

Gagal mempengaruhi Pal Gye dengan kekuatan matanya, Ah Sa Nyeo memberi tahunya, “Tubuh anak ini ... sangat lemah. Aku kewalahan mempertahankannya. Tahukah kau bagaimana caraku mempertahankannya?”

Pal Gye tak ingin menjawab pertanyaan itu.

“Pasti tahu, cara agar mayat hidup berhenti membusuk. Kau juga pernah menangkap Sam Jang untuk dijadikan santapan anak ini, kan? Untuk mempertahankan tubuh ini, aku SANGAT SIBUK. Kalau memang mau membantu, KAU JUGA ... tangkaplah manusia untukku.” Ah Sa Nyeo memukul mundur Pal Gye seketika, dengan ucapannya. Dia berhasil melepaskan diri darinya.

Pal Gye mendesah, “Apakah ... sekarang Bu Ja sudah menjadi monster?”

 sekarang Bu Ja sudah menjadi monster?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
A KOREAN ODYSSEY [HWAYUGI]Where stories live. Discover now