EP 20 - 5 : PESAN TERAKHIR BU JA

403 17 0
                                    

Pal Gye baru saja selesai syuting

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pal Gye baru saja selesai syuting. Sementara dirinya bersantai, melepas lelah, di sofa, para manusia memutuskan untuk membubarkan diri dan dua di antara mereka mengobrol heboh di belakangnya.

Pal Gye mendengar, bahwa di ruang ganti ada bau busuk yang amat menyengat. Dua manusia yang mengobrol itu—perempuan—mengira-ngira, bau apakah itu? Makanan yang membusuk? Tapi kenapa tiba-tiba ada makanan busuk? Pagi tadi tidak ada bau apa pun di sana.

Dua manusia itu pun memutuskan untuk bersih-bersih. Begitu mereka memasuki ruang ganti, bau busuk langsung tercium. Sebelum memulai bersih-bersih, saat menggantung pakaian di antara barisan pakaian lainnya yang telah menggantung rapi, salah satu dari mereka melihat sesuatu di balik meja kecil di ruang ganti ini.

“Eh, ada apa?” kata yang tak berponi.

Perempuan Berponi mengendap-endap ke dekat sosok itu. Sosok itu meringkuk di balik meja. Semakin didekati, bau busuk semakin tercium dan dia yakin bahwa sosok itu adalah manusia. “Kau siapa?” tanyanya, dari kejauhan, tak sanggup mendekat lagi karena bau.

“Gelandangankah?” pikir yang tak berponi.

Pal Gye melesat seketika ke dalam ruangan, menyabet mantel—yang belum sempat digantung—dari Perempuan Berponi. Pal Gye menutupi sosok itu dengan mantel itu. Dia menjelaskan, “Dia ini ... hm ... temanku. Sepertinya dia ke sini untuk menemuiku. Kami mau bicara. Kalian bisa keluar sebentar?”

“O-o-oh, ya ...” dengan terheran-heran, dua manusia itu mundur keluar dari ruang ganti ini. Mereka tak berani mengajukan pertanyaan apa pun pada Pal Gye.

Pal Gye berjongkok, bicara pada sosok di balik mantel itu, “Aku melakukan ini bukan untukmu. Mereka kenal Bu Ja. Aku tidak mau mereka berpikiran buruk tentang Bu Ja.”

Mantel itu turun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mantel itu turun. Benar, itu adalah tubuh Bu Ja dengan Ah Sa Nyeo di dalamnya. Pal Gye tercengang saat melihat wajahnya. Dia berbau busuk dan benar-benar telah membusuk di beberapa tempat: dahi, pipi, dagu, dan jari-jari tangan. Sejauh ini, itulah yang bisa Pal Gye lihat.

“Aku ke sini untuk mencuri batu energi,” kata Ah Sa Nyeo, “Bisakah kau mengambilkannya—beberapa—untukku?” Ah Sa Nyeo tak menghilangkan karismanya sebagai wanita suci.

“Ck. Tunggu di sini.” Pal Gye akan mengambilkannya.

“Kau bodoh ya?” kata Ah Sa Nyeo, karena Pal Gye mau saja mengabulkan permintaannya yang jelas-jelas adalah jahat ini.

“Bukan untukmu,” kata Pal Gye.

Ah Sa Nyeo telah benar-benar putus asa. Katanya, “Kalau begitu, demi anak ini ... bisakah ... kau bakar saja aku?”

Pal Gye menatapnya lekat-lekat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pal Gye menatapnya lekat-lekat.

“Setelah Sam Jang tidak, aku terus membusuk.” Ah Sa Nyeo ngeri melihat punggung tangannya sendiri—yang menghitam, pecah-pecah dan busuk dari dalamnya. “Untuk memangsa manusia pun, tenagaku tak cukup. Tolong ... bakarlah aku?”

Pal Gye membuang pandangnya. Dia marah, tapi juga tak sanggup melihatnya tersiksa. Ini akan benar-benar menjadi yang terakhir kali. Pal Gye akan mengabulkan keinginannya.

Dalam sekejap, mereka berpindah ke suatu taman yang sepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam sekejap, mereka berpindah ke suatu taman yang sepi. Beberapa pohon yang gundul saling memamerkan tinggi mereka, sedangkan beberapa pohon yang rimbun merendah dan melebarkan ketenangan. Suasana di sini amat tenteram. Ah Sa Nyeo menyukainya.

“Aku suka tempat ini,” katanya, “Nah ... sekarang bakarlah aku.”

Pal Gye mengarahkan pandangnya ke langit, tak sanggup melihat akhir hidup adiknya ini.

Ah Sa Nyeo berkata, “Tak usah merasa berat. Bu Ja sudah lama pergi dari tubuh ini, sebelum aku mengubahnya jadi arwah jahat. Yang ada di dalam tubuh ini ... hanya aku.”

“Aku tahu,” kata Pal Gye. Bu Ja tidak ingin berubah menjadi arwah jahat. Jadi sebelum itu terjadi padanya, dia pasti lebih memilih untuk meninggalkan tubuhnya itu. Pal Gye pun sudah lama tak melihat sosok Bu Ja di dalam tubuh itu.

Pal Gye meninggikan api di telapak tangannya. Dia akan membakar Ah Sa Nyeo, tapi ... dia sungguh tak sanggup melakukannya. Walau bagaimanapun tubuh itu adalah ... milik adiknya. Dia ...

“Maukah kau mendengar pesan terakhir dari Bu Ja?” kata Ah Sa Nyeo.
Pal Gye tercengang.

“Saya ... suka Jeo Pal Gye-nim,” Ah Sa Nyeo menyampaikannya persis sekali dengan gaya bicara Bu Ja yang sopan dan lugu.

Sebelum Pal Gye menyelesaikan kerinduannya pada adiknya itu, Ah Sa Nyeo meraih tangan berapi Pal Gye dan menyebarkan api itu ke seluruh tubuhnya. Dia menyunggingkan senyum di dalam api, sambil mendekap tangan Pal Gye.

Tubuh Bu Ja terbakar, api merambat di seluruh tubuhnya. Pal Gye sungguh tak sanggup melihatnya. Tanpa sengaja, dia menjorokan Ah Sa Nyeo ke tanah. Pal Gye hanya ... sungguh tak sanggup melihat tubuh itu terbakar.

Di antara api yang terus membesar, Ah Sa Nyeo tetap menatap Pal Gye. Meski palsu, Ah Sa Nyeo amat berterima kasih padanya. Meski kebaikan dan perhatian itu bukan ditujukan padanya, Ah Sa Nyeo tetap merasa senang karenanya. Setidaknya ... ada yang menghargai keberadaannya. Ah Sa Nyeo sudah cukup puas dengan itu. Dia pun hangus dan mengasap hilang dari dunia ini, untuk selamanya.

Pal Gye meremas dadanya, dengan amat sedih.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
A KOREAN ODYSSEY [HWAYUGI]Where stories live. Discover now