EP 20 - 1 : MENCARI CARA

389 19 0
                                    

“Pada zaman dahulu kala, ketika manusia percaya pada Langit dan Langit mempedulikan para manusia, di suatu gunung berapi lahirlah seekor monyet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Pada zaman dahulu kala, ketika manusia percaya pada Langit dan Langit mempedulikan para manusia, di suatu gunung berapi lahirlah seekor monyet. Monyet itu memiliki kekuatan yang sangat hebat, tapi juga sangat nakal. Dia membuat keributan di mana-mana. Karenanya Langit kewalahan. Untuk menjinakannya, Monyet itu dijadikan dewa.” Ma Wang mengisahkan awal mula perjalanan hidup Son Oh Gong pada anak-anak—Han Byeol, Adik Han Byeol, dan Kakak Soo Jeong.

“Dewa?” Kakak Soo Jeong terpesona.

“Ya,” kata Ma Wang.

Han Byeol menyimpulkan, “Jadi, Monyet itu hidup bahagia di Surga?”

“Tidak,” kata Ma Wang, “Dia berbuat dosa, lalu dihukum.”

“Bagaimana?” Kakak Soo Jeong ingin tahu.

Ma Wang bercerita lagi, “Di gunung berapi tempat dia dilahirkan, Langit meletakan pipa api yang sangat besar dan setiap hari gunung itu jadi mengeluarkan asap hitam. Manusia merinding ketakutan karenanya."

Sambil menjilati es krim, anak-anak terus mendengarkan cerita Ma Wang.
“Manusia berdatangan ke kuil, memohon pada Dewa Monyet itu  agar menutup pipa api tersebut. Karenanya Monyet itu menjadi sombong. Lalu dia mencuri sebuah tongkat ajaib dari Istana Laut Timur dan menggunakannya untuk menutup pipa api.”

“Asap hitam itu berhenti keluar?” tanya Kakak Soo Jeong.

“Ya. Tapi Langit marah besar pada Monyet, karena Monyet menutup pipa api itu tanpa izin. Langit pun menangkap Monyet sombong itu dan mengurungnya di Kurungan Gunung Marmer.”

Han Byeol mengernyit, “Apa ... manusia membantu Dewa Monyet untuk keluar dari kurungan itu?”

“Tidak ada manusia yang datang ke kuil untuk bertemu dengan Monyet itu, dan lama kemudian ... tidak ada pula yang mengingat keberadaannya lagi. Monyet itu dikurung dalam waktu yang lama di sana dan terlupakan oleh para manusia.”

“Para manusia itu tidak tahu balas budi!” seru Han Byeol, cemberut.

“Pada dasarnya manusia memang begitu. Saat sulit meminta-minta, tapi saat senang lupa segalanya.” Ma Wang sudah terlalu sering bertemu dengan manusia yang semacam itu.

“Dewa Monyet kan membantu manusia, kenapa malah dihukum?” tanya Kakak Soo Jeong, logis.

Ma Wang tahu jawabannya, “Monyet itu menutup pipa api bukan untuk membantu manusia. Monyet itu sedikit pun tidak peduli pada manusia. Dia hanya ingin meledek Langit, memberi tahu manusia bahwa dirinya lebih hebat daripada Langit. Karena itu, Langit marah besar.”

Kakak Soo Jeong bertanya lagi, “Apa sekarang dia masih ada di Kurungan Gunung Marmer?”

“Dia berhasil kabur dari sana,” kata Ma Wang, sambil mengecap es krim di sendok plastiknya, “Setelah itu ... hm ... dia mendapat hukuman yang benar-benar berat dan menyiksa. Dan sekarang, dia hidup kesepian seorang diri.”

A KOREAN ODYSSEY [HWAYUGI]Where stories live. Discover now