EP 18 - 10 : AMBIL DAN BUANG

472 17 2
                                    

“Dewa Agung! Monyet!” Ma Wang berbangga memproklamasikan kedatangan dirinya di penthouse Son Oh Gong yang tak disambut meriah oleh pemiliknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Dewa Agung! Monyet!” Ma Wang berbangga memproklamasikan kedatangan dirinya di penthouse Son Oh Gong yang tak disambut meriah oleh pemiliknya.

Dia amat berbahagia. Katanya, “Akhirnya aku berhasil. Aku tahu rahasia terpenting dari geumganggo. Sekarang kau ... bisa lep—” ucapannya melempem ketika ternyata geumganggo yang biasanya melilit di pergelangan sudah berpindah ke dalam genggaman. “Sudah lepas rupanya,” gumamnya, entah kecewa atau senang.

Oh Gong menganggap raut muka Ma Wang yang barusan itu lucu. Bibirnya menyungging. “Ternyata bisa kulepaskan sendiri,” kata Oh Gong, singkat.

Ma Wang melirik, ingin tahu, “Jadi ... bagaimana rasanya?” tanyanya, “Kau sudah bertemu Sam Jang? Gimana?”

“Intinya ... aku berhasil mengalahkan benda ini,” kata Oh Gong, mantap, “Rasa cintaku sudah bisa dipastikan, bukan paksaan lagi.”

Ma Wang lemas. “Rupanya ... kau masih mencintainya,” gumamnya, tak puas.

Oh Gong mengawang, “Kira-kira sejak kapankah benda ini bisa dilepas?”

“Aih, waktu kau membuang bumbu-bumbu itu ... aku sudah merasa curiga.” Ma Wang mengantongi kedua tangannya di saku mantel.

“Sejak saat itukah?” Oh Gong tak yakin. “Intinya, sekarang sudah bisa dipastikan: aku tak akan sanggup membuat ulang bumbu-bumbu itu lagi.”

“Terus gimana dong nih? Ternyata kau masih mencintainya.” Ma Wang sungguh kalut dibuatnya.

Bagaimana lagi? Oh Gong akan kembali memakai geumganggonya, karena dilepas pun ternyata tak ada gunanya.

Ma Wang gelagapan seketika, “Aih, apa-apaan kau? Kenapa itu dipakai lagi?”

“Demi dia,” kata Oh Gong, serius.

“Hey, Sam Jang itu selalu penasaran: perasaanmu itu beneran atau palsu. Kalau tahu tentang ini, dia pasti akan sangat senang.” Ma Wang benar-benar tidak mengerti keputusan yang dibuat Oh Gong barusan.

“Aku menyaksikan akhir hidup Bangau Putih,” kata Oh Gong, dan saat-saat itu masih tergambar jelas di benaknya. “Kalau Jin Sun Mi akhirnya harus kutinggalkan, aku tak mau meninggalkan jejak juga di hatinya. Kalau semuanya selesai dan aku selamat, maka pada saat itulah ... aku akan melepaskan benda ini dan menunjukan padanya, bahwa perasaanku ini adalah sungguhan.”

“Cih,” Ma Wang mendesis, “Pake sok keren segala lagi? Kau itu monyet, sombong dan jahat. Auh .... Ngomong-ngomong, pedang yang diturunkan Langit itu ... kau sembunyikan di mana?”

Oh Gong mengantongi kedua tangannya. “Mau apa? Pedangnya mau kau apakan? Kau cinta banget sama aku ya?”

“Ah, sudah, tak usahlah kau beri tahu aku ya?” Ma Wang geli karena Oh Gong mulai menyinggung tentang cinta lagi. Dia pun monyong-monyong tentang rasa sesalnya karena telah menghabiskan cukup banyak uang demi mencari tahu cara melepaskan geumganggo.

A KOREAN ODYSSEY [HWAYUGI]Where stories live. Discover now