EP 08 - 3 : JEMBATAN DAN TEMBOK PENGHALANG

467 25 0
                                    

“Tadinya restoran ini BENAR-BENAR laris, tapi sekarang jadi bangkrut setelah ada komentar jahat di SNS

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

“Tadinya restoran ini BENAR-BENAR laris, tapi sekarang jadi bangkrut setelah ada komentar jahat di SNS.”  Han Joo menjelaskan. Dia dan Sun Mi berada di depan sebuah Restoran China yang telah ditutup.

Sun Mi tak sangka, “Hanya karena komentar jahat, restoran yang tadinya ramai jadi ditutup?”

“Tentu saja. Zaman sekarang, ada salah sedikit saja bisa langsung tamat.” Han Joo sangat mengikuti peradaban. Sementara Sun Mi bengong, Han Joo akan menelpon pemilik restoran.

Sun Mi mengamati restoran dan sekelilingnya untuk mendapatkan informasi: mungkin ada arwah jahat atau makhluk semacamnya yang mempengaruhi restoran ini. Dan di kejauhan di antara keramaian, Sun Mi melihat makhluk yang nampak seperti manusia berkeliaran membawa sebuah peti lebar. Sun Mi mengikutinya.

“Restoran itu menjadi korban Dokchwi

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

“Restoran itu menjadi korban Dokchwi.” jawab Pemuda Cuek—cucu dari Wanita Tua pemilik toko serba ada. Dia sedang berkeliling menjual beberapa benda antik dari toko neneknya.

“Dokchwi?” Sun Mi tak tahu apa itu.
Pemuda Cuek menjelaskan, “Itu lho, arwah jahat yang omongannya tak bisa dipercaya tapi membahayakan. Kalau berurusan dengannya, apapun dan siapa pun bisa hancur seketika.”

“Seperti guci di tokomu itu?”

“Beda-lah. Guci itu meramal, sedangkan Dokchwi menyumpahi. Meramal hanya memprediksi sesuatu yang akan terjadi. Menyumpahi adalah mendoakan sesuatu supaya terjadi. Itu jelas berbeda.” Pemuda Cuek emosi.

Sun Mi menyimpulkan dengan hati-hati, “Kalau begitu ... apa tokomu juga disumpahi makanya selalu sepi?”

“Cih. Toko nenekku itu berbeda. Aku di sini hanya untuk mencari uang saku tambahan.” jelasnya, gengsi.

“Oh, kau sedang main belakang ya?” Sun Mi tahu.

Pemuda Cuek berpesan, “Jangan bilang siapa-siapa ya tentang ini?”

Sun Mi hanya mendesah.

“Kalau ada yang kau inginkan, ambil saja. Gratis.” Pemuda Cuek menyuap.

Sun Mi tak begitu keberatan. Dia melihat-lihat: ada kertas mantra, ada tusuk konde, ada berbagai tasbih, dan yang menarik bagi Sun Mi adalah ... sebuah lonceng kecil dengan dua buntut menggantung padanya. Sun Mi mengocoknya, tapi tak bersuara. “Kenapa lonceng merah ini tidak ada suaranya?”

A KOREAN ODYSSEY [HWAYUGI]Onde histórias criam vida. Descubra agora