Chapter 2

498 48 34
                                    







"Maaf, sayang. Aku gak bisa jemput kamu seminggu ini. Aku bener-bener sibuk,"

Obito menutup telponnya dengan wajah frutasi setelah percakapannya selesai. Ia benar-benar dibuat frustasi oleh urusan kantor. Seminggu tak bertemu pacarnya rasanya seperti tidak bertemu setahun.

"Obito-sama,"

Merasa dipanggil, Obito lantas menoleh pada seorang pria berambut hijau yang menjadi orang kepercayaan Madara untuk membimbingnya. Pria berkulit pucat itu lantas menyerahkan setumpuk dokumen di meja Obito.

"Tolong, Obito-sama pelajari isi dari berkas ini setelah itu kita bisa-"

"Kamu nggak liat ini udah jam berapa?"

Perkataan pria itu terpotong saat Obito sengaja memotongnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan orang ini meletakkan berkas baru setelah Obito baru saja menyelesaikan berkas yang lain.

"Maaf, saya hanya diberi perintah." Ucap pria itu menunduk sembari meletakkan kedua tangannya di belakang punggung.

Memutuskan untuk menyerah, Obito lantas memasukkan dokumen baru tersebut kedalam tasnya. Madara, benar-benar.. ia sampai tak bisa bernapas karena dihajar terus oleh segudang berkas yang harus dipelajari.

Obito tidak bisa berlama-lama duduk disini. Punggungnya pegal, sekaligus is akan mempelajari lagi dokumen tersebut sebelum tidur. Lebih baik, ia cepat-cepat pulang daripada menghabiskan waktu di kantor yang sudah sepi begini.

Saat Obito masuk kedalam mobil, saku celananya bergetar. Segera pria jabrik itu mengambilnya dan melihat siapa yang menelpon. Ternyata Itachi. Seketika decakan kesal keluar dari mulut Obito.

"Mau ngapain sih?" Gerutu Obito dan langsung mengangkat telpon tersebut. "Halo? Kenapa lo nelpon gua Chi?"

"Halo To? Lo dimana sekarang?"

Obito menyernyit saat mendengar suara Itachi yang terkesan khawatir. "Di parkiran kantor. Kenapa?"

"To, please.. lo kalo pulang, gua nitip ikan bakar. Kasian Mama, nggak mau makan dari pagi To. Muntah-muntah terus, katanya pingin ikan bakar To."

Obito nampak terkejut. Onyxnya melebar, "Mama sakit? Tapi nggak papa kan?"

"Gua nggak tau To. Mama nggak mau ke dokter soalnya. Udahlah, lu beliin aja ikan bakar. Katanya dia pengen makan ikan bakar. Lo tau kan, ikan bakar yang enak itu dimana? Depan sekolah Sasuke itu To."

Obito langsung mengusap wajahnya dengan kasar. Bukannya tak mau membelikan Mei, tapi jarak dari kantor ke sekolah Sasuke memakan waktu dua puluh menit. Lumayan jauh. "Ya ampun Chi. Jauh banget, gua capek. Kenapa nggak lo aja sih?"

"Lo jahat banget sih To. Ini kan buat Mama. Gua lagi khawatir jagain dia di rumah soalnya."

"Yaudah, oke. Lo mau titip juga apa nggak?"

Sempat hening beberapa detik. Nampaknya Itachi sedang berpikir. Lalu detik selanjutnya pria itu menjawab, "To, gua nitip dango di sebrang kampus. Yang jualan pedagang kaki lima itu To. Lo tau kan?"

"Aneh-aneh deh.." Timpal Obito dengan lesuh, "Jauh Chi. Udah, gua beli punya Mama doang aja."

Setelah percakapan berakhir, Obito akhirnya melajukan mobilnya keluar area kantor.










My Daddy Madara














My Daddy Madara (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang