Chapter 6

393 36 37
                                    







Uchiha Madara mengusap pucuk rambut coklat yang berada di kening Mei. Wanita itu sendiri sudah terlelap di samping suaminya dengan kepala yang menyandar di bidang lebar sebagai bantal. Madara sengaja tak langsung ikut tidur melainkan menunggu anak-anaknya yang belum pulang sampai jam sebelas seperti ini.

Madara mengecup bibir Mei sekilas sebelum akhirnya ia harus meletakkan kepala Mei pelan-pelan untuk berpindah ke bantal. Perlahan juga pria itu membuka pintu kamarnya agar tak mengeluarkan suara sedikitpun.

Alasan ia keluar dari kamar karena mendengar suara deru mesin mobil di halaman. Siapa lagi kalau bukan anak-anaknya yang datang.

Tapi selanjutnya Madara dikejutkan oleh seorang Obito Uchiha yang masuk diikuti oleh beberapa security dibelakangnya lalu menyuruh para security itu untuk memasukkan bertas-tas belanjaan yang entah apa isinya.

Beli apa saja mereka hingga sebanyak ini? Tanya Madara dalam hati dengan onyxnya yang membulat.

"Kalian beli sebanyak ini?"

Mendengar suara berat Madara yang tiba-tiba, Obito dan ketiganya sedikit terkejut. Mereka bahkan tak menyadari Madara sedang berdiri tak jauh dari mereka, karena mereka sangking fokusnya.

Shisui mengerjab polos, "Iya, emang kenapa Pa?"

Madara maju beberapa langkah dan mengecek belanjaan mereka. Puluhan kotak susu ibu hamil, dari trimester pertama sampai akhir, buah-buahan hampir satu karung, obat-obatan, vitamin dan yang lainnya.

Madara nampak sedikit ragu, "Kalian yakin ini yang bagus?"

Sasuke nampak terkejut begitupun ketiganya. "Ya iyalah Pa. Kita nggak sembarangan beli. Udah baca keterangan sama minta saran sama yang punya Toko. Mahal-mahal Pa, pasti bagus."

"Kita nggak mungkin beli in calon adik kita yang abal-abal Pa. Papa yang bener dong," Sahut Itachi.

Madara menggeleng, "Bukan abal-abal, Itachi. Tapi, Papa dari awal kan ngelarang kalian untuk beli barang-barang ini. Maksud Papa, Papa itu maunya konsultasi dulu sama dokter. Mereka kan lebih tahu masalah beginian,"

"Papa nggak usah ribet Pa. Ini bukan susu yang rasa susu doang. Ini banyak nutrisinya Pa. Harganya hampir lima ratus ribu satu kotak." Sahut Obito yang sedari tadi diam.

Madara mengangguk paham. Tidak nampak terkejut. Mungkin mereka benar. Harga menentukan kualitas. Toh, mereka juga sudah bertanya-tanya dengan pemilik toko yang sudah berpengalaman. Walaupun tidak seperti dokter, tapi setidaknya mereka tahu.

"Oh, iya Pak. Yang ini letakkan disana Pak." Lanjut Obito beralih pada security tadi yang masih sibuk meletakkan barang-barang belanjaan tadi. Satu kantong besar yang baru datang dan berbeda dari yang lainnya membuat Madara penasaran.

"Itu apaan To?" Tanya Madara mengangkat alis.

"Popok." Jawab Obito singkat.

Madara menepuk jidatnya. "Kamu ini ngapain beli popok sih To?"

Mendengar pertanyaan Madara yang seperti menyalahkan Obito membuat ketiga pria disamping kakak tertuanya itu tidak terima.

"Kan, buat debay nya. Papa ini gimana sih Pa?" Sahut Sasuke.

"Udah bener kan Pa." Sahut Shisui yang sedari tadi diam memperhatikan.

Madara geleng-geleng kepala tak habis pikir. "Tapi, kandungan Mei kan masih belum ada satu bulan.. ngapain kalian beli popok?" Tanya Madara gemas-gemas.

"Nggak ada salahnya kan Pa?" Ucap Shisui tersenyum.

"Kita nggak sabar banget Pa." Sahut Sasuke tanpa ragu. "Kita bahkan beli susu buat ibu menyusui, beli popok. Karena kita udah ngebet banget pengen dia cepet-cepet lahir Pa."

My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now