Hari Minggu pagi.
Hari dimana semua orang istirahat dari pekerjaannya, berganti dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang mereka anggap menyenangkan di rumah ataupun di luar rumah. Atau sekedar hanya terbaring di kasur dan mengisi energi. Namun lain halnya dengan si konglomerat dan pebisnis sukses Uchiha Madara, hari Minggu bukanlah hari yang ia gunakan untuk terbaring di kasur seharian.
Pagi ini, Madara ditemani anak-anaknya berolahraga bersama di sebuah ruangan yang ada di dalam rumahnya. Setelah melakukan pemanasan, keempat putranya itu menemaninya nge-gym disana.
Beban-beban berat di atas dua puluh kilogram tidak terasa apa-apa bagi pria berusia di atas empat puluh tahunan itu. Beban dua puluh kilogram sampai seratus kilogram pun diterjangnya.
Sepanjang olahraga gym, Madara sadar akan tatapan-tatapan khawatir yang putra-putranya layangkan padanya.
Salah satu putranya menghampirinya, memberinya segelas air lemon yang ia buat. Uchiha Obito membantu Madara menyingkirkan beban seratus kilogram yang ia pegang. Pria berambut jabrik itu meletakkan beban berat itu ke tempat asalnya.
"Minum dulu, Pa." Ucap Obito tersenyum.
Madara menghela napas panjang. Ia memegang dadanya, nafasnya agak memburu karena olahraga beban berat. Diraihnya segelas air lemon yang Obito bawakan, ia meneguknya hingga tandas.
Tiga putranya yang lain sejenak menghentikan aktivitas. Ketiganya menghampiri Madara dan Obito dan ikut duduk di kursi yang memang tersedia di ruangan gym tersebut.
"Pa, jangan angkat yang terlalu berat sampai seratus kilo. Aku khawatir, Pa."
Madara menoleh pada anak keduanya yang baru saja berbicara. Sepasang onyxnya terlihat khawatir.
Alih-alih menjawab, Madara mengangkat kedua tangannya. Bermaksud menunjukkan otot-otot lengannya yang menyembul, tubuh impian semua pria.
"Papa masih segar bugar. Kalian jangan khawatir, toh Papa masih kuat."
Shisui tak menjawab, ia hanya mengangguk menanggapi Madara.
"Setuju, Pa!" Sasuke mengangguk mantap, suaranya yang tiba-tiba menginterupsi membuat arah pandangan semua mata yang ada disana menatapnya. "Papa itu masih seger, Shis. Badannya masih oke banget, walaupun umurnya udah 44 sekarang!"
"Papa kasih tau ya rahasianya." Madara tersenyum bangga, "Ini semua karena pola hidup sehat yang Papa lakukan dari muda. Maka dari itu.. kalian semua harus bisa mengontrol pola makan dan tidur. Terutama buat Shisui, Itachi dan Sasuke.. kalian jangan terlalu sering begadang. Apalagi nyamil makanan, minum soda." Ucap Madara panjang lebar.
Shisui menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Tapi Pa, kan.. laper kalo pas ada tugas, malah nggak makan apa-apa."
"Nggak usah alesan nugas lo Shis." Sasuke mencemoh, "Lo sama Aniki kan suka begadang liat film! Ngeles aja lu di nasehatin!"
"Sasuke...." Madara memanggil nama putranya yang paling kecil saat melihat Sasuke tidak sopan, memanggil namanya dengan nada diseret. Seolah-olah memperingatinya.
"Pa, Papa bener sih kalo kita nggak boleh suka begadang." Obito menanggapi setelah beberapa saat ia terdiam, "Tapi Pa, bukan kemauan Obito buat begadang. Setiap malem, Obito selalu begadang Pa.. ngerjain tugas kantor, nyiapin materi rapat buat besok.. Gimana mau awet muda kalo tugas-tugas kantor nggak berhenti-berhenti?"
Madara memutar bola matanya. Ucapan Obito terkesan mengkode dirinya agar tugas-tugas kantor bisa dikurangi.
Beruntung, Shisui dan Itachi belum mengalami hal itu karena mereka masih dalam tahap adaptasi di kantornya. Jika sudah mulai bekerja seperti Obito, Madara yakin seratus persen mereka pasti protes.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Daddy Madara (Season 2)
FanfictionMenceritakan kisah Madara sebagai direktur di perusahaan Uchiha yang mempunyai anak-anak bandel dan susah diatur. Kehidupannya setelah menikah, sedikit berbeda dari sebelumnya.. Seperti sebuah dongeng yang menjadi kenyataan, kebahagiaan Madara berli...