Chapter 32

210 29 22
                                    








Otak suaminya itu memang tak jauh dari nafsu jika sudah diberi satu kesempatan.

Madara memang tidak pernah puas dengan satu permainan, pria itu akan mengerucutkan bibir sepanjang hari hingga Mei tak kuasa menolak untuk memberi sentuhan lagi dan lagi.

"Terima kasih, Sayang." Ucap Madara diatas hasrat yang baru saja ia tumpahkan.

Wanita itu hanya mencibir kesal. Tapi wajahnya semerah tomat.

Malam ini Mei akan menyuguhkan punggungnya untuk tidur malam suaminya. Biar saja, biar tau rasa!

"Kau marah? Hm?" Madara sudah melingkarkan tangannya untuk memeluk Mei dari belakang. Matanya memang sudah terpejam, tapi tangannya sedang bergerilya liar kemana-mana.

Namun sayang, Mei sudah tidak memiliki gairah lagi. Jadi Mei hanya menjauhkan tangan suaminya dan menggelung selimut lebih rapat agar Madara tidak menjamahnya.

"Mei, mau kemana?" Tanya Madara kemudian, ia membuka mata karena merasakan lonjakan di sisi kirinya.

Mei berdiri dan membenahi piyamanya. "Menjenguk Fumiko. Aku takut dia lapar,"

Madara tak menjawab, ia hanya memicing kemudian melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Mei keluar dari kamar dan berjalan ke sebelah. Karena memang, kamar Fumiko ada di sebelah. Tapi sebelum masuk, Mei ragu takut akan membangunkan putrinya. Jika sudah bangun, pasti ini akan menjadi pekerjaan cukup sulit.

Sebenarnya memang sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan Mei memasuki kamar Fumiko di malam hari. Ia beberapa kali mondar-mandir, mungkin dua sampai tiga kali untuk memastikan bahwa anaknya itu tertidur pulas.

Mei berjalan beberapa langkah lagi untuk melihat dari luar kamar-kamar putranya. Tumben, mereka semua sudah tidur. Terbukti, lampu di kamar mereka mati. Tapi pasti ada satu yang menjaga Fumiko di kamarnya, siapa lagi kalau bukan Sasuke.

Mei tersenyum mengingat pria raven itu memang bandel, tapi sangat menyayangi adiknya.

Mei berjalan kembali menuju kamar Fumiko. Dengan gerakan sangat pelan, Mei membuka pintu. Tepat Mei masuk dan menutup pintu, mata hijaunya dibuat membulat tatkala tak ada Sasuke —ataupun putranya yang lain disana.

Dada Mei langsung bergetar, Ia berlari menuju tempat tidur khas bayi yang biasanya putrinya tidur disana.

Wajah Mei seketika pucat saat tak mendapati Fumiko disana.

"Kami-sama, apa yang terjadi.."

Jantung Mei mulai berdegup kencang. Ia segera keluar dari kamar putrinya itu. Sebelum cemas yang menjadi-jadi, Mei memastikan jika mungkin Fumiko masih bermain bersama saudara-saudaranya. Mei berlari, mencari Fumiko di penjuru sudut rumah. Namun hasilnya nihil.

Wajah Mei kian panik dan pucat. Kakinya langsung terasa lemas, tak mengetahui keberadaan putrinya. Suaminya adalah satu-satunya orang yang sangat bisa diharapkan. Mei berlari lagi, menuju kamarnya kembali.

Kondisi tubuhnya yang sudah lelah dan lemas karena tak ada tenaga, samasekali tak berarti bagi Mei. Yang penting sekarang ini, ia ingin tahu keberadaan Fumiko.

"Madara!" Panggil Mei dengan panik. Wanita itu segera menyingkap selimut yang membungkus punggung telanjang suaminya. "Bangun, sekarang!"

Madara yang baru saja akan sampai ke alam mimpi, tiba-tiba mengerjabkan mata karena suara Mei.

"Madara, bangun! Astaga.." Nada Mei panik, membuat Madara segera mendudukkan diri di kasur.

Sepasang onyxnya mengarah pada Mei dengan tatapan bingung. "Ada apa?"

My Daddy Madara (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang