Chapter 66 (Special Chapter)

134 20 24
                                    









Rin tersenyum manis saat melihat putranya sudah masuk ke alam mimpi. Setelah lima menit berlalu, akhirnya wanita itu bisa melihat Mamoru tidur. Memang tak perlu lama-lama untuk menidurkan bayi itu karena dia sudah menerima ASI. Mamoru juga nampaknya sudah sangat mengantuk, oleh karena itu bayi itu langsung tidur.

Dengan langkah pelan dan hati-hati, Rin beranjak dari kasur agar tak ada lonjakan di sisi kanan-kirinya. Mungkin, ia akan memindahkan bayinya nanti ke tempat tidurnya dengan Obito.

Namun sebelum sempat memegang kenop pintu, Rin terkejut saat mendengar suara teriakan empat saudara Uchiha yang bising. Cemas-cemas, Rin yang belum keluar dari kamar tamu itupun melirik sekilas ke arah bayinya yang tertidur. Ada kerutan di keningnya, tak seperti tadi yang nampaknya tidur dengan tenang.

Rin tak mengerti apa yang mereka semua lakukan diluar, tapi suara empat orang pria itu mau tak mau membuat emosinya tersulut.

Rin cepat-cepat keluar dari kamar dan menutup pintunya rapat-rapat. Wanita itu segera melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Suara mereka semakin terdengar, dan apa yang mereka bicarakan juga semakin jelas.

"Sumpah gua nggak tau To!" Ucap Sasuke, raut wajahnya terlihat panik. Sementara tiga kakaknya sudah mengepungnya seolah Sasuke adalah penjahat yang dikepung tiga polisi.

Onyx Obito membulat sempurna mendengar jawaban Sasuke. "Bisa-bisanya lu masih nyimpen film beginian. Lu tau hal beginian itu salah kan? Kenapa lo masih suka liat begini?"

"Parah," Timpal Itachi, dari raut wajahnya ia terlihat emosi sama seperti Obito. "To, kita sita aja flashdisk-nya." Lanjutnya, ia kemudian melirik Sasuke. "Lo bener-bener ya Sas, lo nggak bisa dibiarin. Ada untungnya Papa sama Mama nggak kesini. Kalo kesini, mereka bisa jantungan lo ajak nonton beginian."

Baru saja menit pertama, mata mereka semua sudah disuguhi adegan tak senonoh di sebuah klub malam.

"Aniki, please.." Onyx Sasuke memelas, "Ini mungkin masih menit-menit awal. Ini film psikopat kok."

"Film psikopat dari mana-nya?!" Balas Itachi dengan nada tinggi.

Shisui geleng-geleng kepala dan menatap Sasuke miris. Dari ekspresinya, nampaknya Sasuke tidak tahu apa-apa. "Udah, Chi.. Lagian, Sas. Kalo sekiranya temen lu itu ngasih film, it's okey sih. Cuma, lo liat dulu siapa yang yang ngasih." Ucapnya, menekan nada bicaranya.

Tanpa disebut namanya pun, Shisui yakin seratus persen jika Sasuke dapat film tersebut dari teman pirangnya. Siapa lagi kalau bukan Naruto?

Mendadak Obito teringat juga oleh teman mesumnya yang yang sering memberinya film laknat padanya mulai duduk di bangku SMP sampai kuliah. Tak hanya film, novel dan majalah juga. Sekarang pun, kadang-kadang suka iseng menawarkannya sebuah film atau novel. Namun ia samasekali tidak tertarik seperti Sasuke. Jika dibandingkan dengan Kakashi, Naruto kayaknya nggak ada apa-apanya deh.

"Obito-kun," Panggil Rin yang sedari tadi diam dan tak beranjak dari tempatnya berdiri. Wanita itu berjalan dan menuju Obito, raut wajahnya terlihat sedikit emosi.

"Kenapa sih kok ramai-ramai?" Ucapnya sambil mengerucutkan kening. Nadanya tidak terdengar ramah. "Mamoru baru aja tidur, kecilin volume kek."

Obito menghela napas dan menatap wanitanya yang belum tahu apa-apa. Onyxnya tak memandang dingin lagi, entah pria itu sadar atau tidak jika ekspresinya berubah menjadi sedikit tenang.

"Maaf, sayang. Aku refleks aja. Sasuke ini loh, bikin kita emosi." Jawab Obito.

Kagura, Izumi dan Sakura yang sedari tadi diam karena speechless. Ya walaupun untungnya adegan di klub malam tersebut langsung dimatikan oleh Itachi, tapi tetap saja, mereka sempat melihat sepasang lawan jenis mabuk-mabukan sambil berjoget.

My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now