Chapter 63

149 21 18
                                    

..






Suara burung berkicau menyambut datangnya sang mentari di pagi yang cerah. Rumah mewah di perumahan Uchiha itu masih nampak sepi karena masih pagi sekali. Hanya ada dua orang wanita nampaknya yang sedang sibuk di dapur. Sementara yang lain masih nyaman terlelap di atas ranjang empuknya.

Dua wanita yang menyandang status istri seorang Uchiha itu terlihat sibuk dengan beberapa maid. Satu wanita berambut panjang itu sedang memandang miris menantunya yang memasak.  Apa yang membuat Mei merasa miris yaitu, Rin masih sempat-sempatnya ingin memasak sedangkan Mamoru menangis dalam gendongannya.

"Rin," Panggil Mei. "Udah, kamu duduk dulu aja. Biar Mama yang lanjutin. Mamoru mungkin laper, makanya dia nangis."

"Shh," Rin sejenak tak menjawab perkataan Mei dan menimang-nimang putranya, agar bayi itu tenang.

"Udah aku kasih ASI kok Ma." Jawab Rin kemudian. "Mamoru biasanya nangis begini Ma kalo pagi.. Makanya kalo pagi begini, biasanya Obito yang pindahin Mamoru ke kamar aku. Tapi, Obito kayaknya capek banget Ma. Biasanya udah bangun jam segini."

Mei menghela napas. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa putranya itu memang sibuk, sama seperti suaminya. Alhasil, sebagai istri, mereka tak tega untuk membangunkan suami mereka yang sedang istirahat di hari libur.

"Yaudah, kamu duduk aja deh. Ajak Mamoru main sama Fumiko aja biar kehibur." Jawab Mei.

Rin terperangah. "Fumiko di kamarnya kan Ma?"

Jawaban Mei membuat Rin menyernyit. Mei menggeleng. "Fumiko ada di kamar Mama sama Papa."

Rin menatap heran mertuanya. "Mama.. bisa panggilin kan Ma? Masa aku ke kamar Mama sama Papa?"

"Kamu duduk aja. Mama panggilin sebentar ya." Balas Mei. Wanita itu lantas melepaskan alat masak dari tangannya dan melenggang pergi ke kamar.

Pemandangan yang pertamakali Mei lihat adalah suaminya yang sedang tidur pulas dengan suara dengkuran halus. Sementara Fumiko nampaknya sudah bangun duluan dan terlentang di sebelah sang ayah. Tangan bayi lucu itu meraih lengan Madara dan mencoleknya beberapa kali.

"Hmm, ada apa, Fumiko?" Tanya Madara dengan sura berat. "Papa masih ngantuk."

Mengabaikan anak perempuannya, Madara memilih untuk tidur kembali.

Mei yang melihat pemandangan didepannya tergelitik geli. Ia segera menggendong Fumiko dan membawanya keluar.

"Papa, papaaa.. bangun~, Fumiko mau main sama Papa~."

Nada yang sangat tidak jelas itu di lantunkan dengan sangat percaya dirinya oleh Fumiko. Bukannya menurut dengan Mei, bayi perempuan tersebut menaiki punggung ayahnya untuk membangunkan sosok pahlawan yang hampir mirip dengannya di ranjang empuk berukuran king size tersebut.

Bukan hanya dengan suara imut itu membangunkan ayahnya, melainkan dengan pukulan tangan kecilnya yang mencoba memberikan rasa sakit pada punggung ayahnya. Namun sayang, pukulan itu tak berpengaruh banyak pada sang Madara yang sedang tidur, melainkan rasa nyaman yang hadir dalam pukulan tangan kecil itu.

"Fumiko." Panggil Mei lembut. "Papa masih istirahat, kita main diluar sama Mamoru, hm?"

"Fumiko mau Papa!" Jawab bayi itu dengan suara nyaring dan pelat.

Mei menghela napas, manik hijaunya melirik ke atas sebentar untuk berpikir bagaimana caranya mengajak Fumiko keluar tanpa berisik. Karena jujur saja, ia tak mau mengganggu Madara yang sedang tidur. Pria itu sudah terlalu lelah karena banyak pekerjaan yang dilakukan. Mei berniat membangunkannya nanti, saat sarapan.

My Daddy Madara (Season 2)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum