Chapter 25

254 31 27
                                    




Pagi adalah saat sang surya menjuntaikan pencerahan yang hangat. Wanita itu menggeliat, meregangkan persendiannya. Bibirnya menguap seraya menarik diri dari selimut dan duduk bersandar di kepala ranjang.

Pagi ini, seperti biasa Mei ingin membuatkan makanan untuk suami dan anak-anaknya. Bagi Mei membuat sarapan, menyiapkan perlengkapan keluarga, dan hal lain yang merupakan job-list seorang ibu rumah tangga teladan di pagi hari.

Tapi saat Mei beranjak, Mei membulat tatkala matanya mendapati piyamanya setengah terbuka dan bra berenda yang terkapar tak berdaya di lantai.

Seseorang harus bertanggung jawab atas kemalangan itu. Siapa lagi kalau bukan Madara. Tangan jahil Madara berulah kembali.

"Pagi, sayang." Erang pria itu tersenyum. Tubuhnya masih meringkuk di balik selimut. "Jangan ditutup, melihatmu seperti ini mengenyangkan perut walaupun tidak makan."

"Kau benar-benar.." Mei tak habis pikir, "Tidak sabaran."

"Sst.." Madara malah berdesis. Ada sebuah tangan yang menarik pinggang Mei dan wanita itu refleks terjatuh di di pelukan suaminya.

"Kau tidak bisa bersabar sedikit. Masih satu minggu aku dalam tahap pemulihan."

"Shuss.." Madara berdesis, lagi-lagi. "Aku bersabar, nyatanya semalam aku hanya tidur di atas dua gunung yang bisa membuatku nyenyak semalaman." Sahutnya masih dengan suara malas.

Putaran jengah dari dua bola mata Mei adalah akhir perdebatan itu. Jika dilanjutkan, Madara akan membalas ucapan Mei dengan perkataan lebih melantur lagi.

Mei menghela nafas kemudian hendak beranjak kembali. Tapi lagi-lagi tangan Madara mencegatnya.

"Aku harus menyiapkan sarapan." Ucap Mei.

"Pagi ini, lima menit. Jangan pelit-pelit pada suamimu."

Mei sedikit tersentak. "Kau bilang aku pelit?"

"Bukan begitu juga sih," Jawab Madara menghela napasnya. "Maksudku, temani aku saja. Tak usah siapkan sarapan. Biar Maid yang melakukan itu, lagipula untuk apa aku membayarnya jika mereka tidak bekerja?!"

"Mereka bekerja, Madara. Membersihkan rumah yang seperti istana ini, mengepel, menyapu, berbelanja kebutuhan dapur setiap harinya.. Kau bilang tidak bekerja?"

"Ck." Madara berdecak, namun tak membalas perkataan Mei karena yang dikatakan istrinya itu benar.

Wanita itu beranjak kemudian memakai pakaiannya dengan lengkap kembali. Sebelum menyiapkan sarapan, tentu saja ia harus mandi terlebih dahulu. Tapi saat Mei hendak menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba Madara muncul dan masuk begitu saja.

Mei hanya geleng-geleng kepala. Mempunyai seorang suami yang seperti bayi besar, harus bersabar. Apa Uchiha memang seperti ini? Atau hanya perasaannya saja?
















My Daddy Madara















Selepas acara mandi bersama, Madara dan Mei keluar dari kamar dan mendapati anak-anaknya sedang berada di depan kolam renang. Salah seorang pria berambut kuning, melepaskan baju santainya dengan gerakan terburu-buru.

"Nar, nggak usah norak. Kayak nggak pernah ngeliat kolam renang aja." Ucap Itachi mengangkat alis. Ia hanya duduk santai bersama Obito dan Shisui. Sementara Sasuke menemani Naruto yang siap-siap meluncur ke kolam.

My Daddy Madara (Season 2)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora