Chapter 84

114 17 17
                                    







Kedua tangan besar pria terlihat sedang sibuk mengikat sebuah dasi di leher. Setelah satu ikatan jadi dengan benar, ia melihat dirinya di cermin dan melihat ikatan dasi itu sebenarnya terlihat sedikit miring. Shisui melepaskan dasi itu kembali, lalu mengikatnya ulang.

Tiga menit terlihat sibuk dengan urusan dasi-nya sendiri, ia merasakan seseorang menepuk bahunya. Saat ia menoleh, ia mendapati saudaranya mengenakan jas yang sama dengannya. Jas semi formal dengan warna elegan. Warnanya hitam mengkilap, tapi sudah dipastikan jika jas tersebut memiliki bahan yang dingin. Hanya yang membedakan dari mereka adalah, dalaman kemeja yang mereka gunakan. Mereka menggunakan warna yang berbeda, yakni Shisui menggunakan warna putih, sedangkan Itachi abu-abu muda.

Keduanya berpakaian formal karena hari ini keduanya akan menghadiri acara wisuda.

"Lo gimana sih Shis? Kayak anak SD aja yang nggak tau caranya masang dasi." Ucap Itachi geleng-geleng kepala. Membantu Shisui mengenakan dasinya.

Shisui tak meyahut. Kini ia hanya memperhatikan gerak-gerik Itachi yang memasangkannya sebuah dasi. Setelahnya mereka berdua turun dari lantai atas dan mendapati beberapa orang duduk melingkar di ruang makan.

Madara, Mei, dan tiga saudaranya yang lain sedang sarapan. Kakak iparnya dan keponakannya juga duduk disana. Dari penampilannya, nampaknya mereka juga sudah bersiap-siap untuk pergi ke gedung pelaksanaan wisuda. Shisui dan Itachi lantas ikut duduk di ruang makan dan sarapan.

Beberapa menit berlalu hingga mereka menandaskan menu sarapan, ada sebuah suara kecil yang nyaring menginterupsi. Lantas semua pasang mata menatap anak perempuan yang mulai memecahkan keheningan di ruang makan.

"Shisui-Nii, Itachi-Nii, Fumiko udah siap nih. Uhmm, jadi nggak sabar mau foto-foto!" Ucap Fumiko riang.

Shisui menanggapi adiknya dengan senang hati. "Nanti sepulang wisuda, Nii ajak jalan-jalan ya sama Mamoru!"

"Asyik!" Fumiko berteriak gembira. Salah satu nama yang disebut Shisui pun kini ikut tersenyum riang sama seperti Fumiko.

"Oh, Pa .. aku sama Shisui berangkat sekarang ya." Itachi langsung berdiri di tengah-tengah mereka yang sedang duduk. Dari gerak-geriknya, nampaknya dia sedang terburu-buru.

Madara melirikkan sepasang matanya pada jam dinding sekilas. Masih pukul tujuh lebih sepuluh menit. Dia paham apa yang membuat Itachi terburu-buru. Shisui dan Itachi masih harus bersiap-siap lagi tentunya di gedung wisuda.

Madara mengangguk mantap. "Hati-hati ya."

Kedua pria itu mengangguk dan akhirnya lenyap dari pandangan.

"Pa, kok jadi nostalgia sama situasinya ya?" Obito yang sedari tadi diam akhirnya berbicara. Ia menatap Madara didepannya, pria itu menopang dagunya. "Dulu, pas aku wisuda.. Papa sama Mama lagi pacaran."

Alis Madara terangkat, ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Ck. Ya itu kan udah dua tahun lebih.."

"Terus inget nggak Pa, Obito yang pingsan gara-gara ngeliat Papa dicium sama Mama?!"

Kini bukan suara Obito, melainkan Sasuke. Ucapannya membuat Madara dan Mei terkejut. Dua bocah yang diam menatap Sasuke dengan pandangan polos.

"Sas." Obito yang sempat terkejut memberi isyarat agar Sasuke tak melanjutkan kata-katanya. Gimana sih anak? Batinnya. Sudah tahu ada dua bocah di bawah umur, malah bicara beginian.

Tapi diluar permasalahan itu, dia jadi ingat dengan kejadian yang sudah lama itu. Sampai sekarang pun, saudara-saudaranya tidak tahu jika dia pura-pura pingsan saat itu.


















My Daddy Madara



















Hari beranjak siang. Acara wisuda berjalan dengan lancar dan dihadiri banyak orang. Suara tepuk tangan dari orang-orang yang merupakan tamu dari keluarga mahasiswa-mahasiswi terdengar meriah saat beberapa dosen mengumumkan siswa-siswi yang meraih nilai IPK tertinggi.

Dua putra Madara masuk dalam daftar Mahasiswa berprestasi dengan nilai IPK tertinggi. Shisui dan Itachi meraih nilai yang sempurna. Membuat Madara tersenyum bangga sebagai orang tua.

Usai acara wisuda, kedua wisudawan tampan itu pun menghampiri tempat duduk Madara dan Mei. Disana juga ada saudara-saudaranya yang lain. Shisui dan Itachi langsung mendapat ucapan selamat dari mereka.

"Aniki keren banget!" Ucap Sasuke merasa bangga. Dua kakaknya itu lulus dengan predikat 'summa cum laude' karena IPK sempurna, 4,00.

"Shisui, Itachi, selamat ya."

Suara Madara dan Mei membuat kedua orang yang dipanggil itu menoleh. Shisui dan Itachi langsung memeluk tubuh kedua orang itu secara bergantian.

"Makasih banyak ya Pa.. Karena semua pemberian Papa, aku sama Itachi bisa sampai disini." Ucap Shisui. Madara merasakan sensasi getaran kecil di punggung Shisui, membuat hati pria itu tersentuh.

Tak hanya Shisui, nampaknya Itachi dan kedua saudaranya juga merasakan hal yang sama. Mereka merasa sedikit sensitif saat mendengar hal-hal seperti ini.

"Papa bangga punya anak-anak hebat seperti kalian." Jawab Madara pada akhirnya. Ia menepuk-nepuk punggung Shisui yang sedikit bergetar.

Berusaha merubah suasana menjadi normal kembali, Obito memuji kedua adiknya. Suaranya berusaha untuk normal walaupun ia sudah melihat adik-adiknya yang terbawa suasana. Apalagi Sasuke dengan onyxnya yang berkaca-kaca.

"Keren banget lu Shis, Chi.. selalu deh. Dari dulu, kalian berdua selalu bisa bikin kita tercengang." Obito tersenyum bangga, meraih kedua tubuh besar itu untuk dipeluk.

"Bersyukur banget." Sahut Itachi melepaskan tubuh Obito sejenak, "Tapi biasa aja kali To.. nggak usah ngomong tercengang-tercengang begitu.."

Obito hanya tertawa.

"Nii selamat yahhh!"

Suara Fumiko mengalihkan perhatian Itachi dan Shisui. Mereka berdua langsung melirik ke bawah dan melihat dua tubuh mungil sedang bersebelahan.

"Umm!" Mamoru mengangguk setuju. "Selamat ya Om!"

"Waahh, makasih ya Fumiko-chan, Mamoru-kun." Sahut Shisui ramah. Ia merubah tatapannya agar terlihat ceria kembali.

"Yaudah Shis, Chi.. kita langsung foto-foto aja disana." Madara menunjuk sebuah tempat berfoto, dimana sudah ada beberapa orang yang mengantri. "Sebelum makin rame." Tambahnya.

Mereka semua menuju tempat berfoto. Sambil menunggu mereka semua duduk di bangku kosong yang disediakan. Sepuluh menit berlalu hingga Madara tak tahan dan berdiri, menghampiri sang fotografer yang bertugas disana.

Madara menyelipkan beberapa lembar uang bernilai banyak kepada orang tersebut, bermaksud agar Shisui dan Itachi bisa foto terlebih dahulu. Namun sang fotografer menolak dengan halus.

Madara kembali ke tempat duduk dengan wajah ditekuk. Dia tidak terbiasa dan sangat tidak suka menunggu.

"Kenapa Pa?" Tanya Obito heran melihat gelagat Madara.

"Papa ini loh, tadi kasih uang sama fotografer nya supaya Shisui sama Itachi bisa foto duluan. Tapi malah ditolak."

Obito mengerjab. "Nyogok Pa?"

Madara mengangguk mantap. "Nggak bisa diajak kerjasama To."

"Bentar lagi juga giliran Shisui sama Itachi Pa. Tinggal dua orang kok." Jawab Obito tersenyum.

Madara tak menjawab dan hanya melirik arlojinya.




______________________







Chapter kali ini pendek ya Guys? Maap kalo lama banget up nya. Jangan lupa tinggalkan jejak ya.











Vote comment and share


My Daddy Madara (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang