Chapter 10 (Special Chapter)

421 34 25
                                    








"Maaf, Mei.." Madara berbicara sembari mengusap kepala Mei yang sedang berada di pangkuannya. "Tadi malam, aku memaksamu. Seharusnya aku bisa menahannya."

Mei mendengus tertawa. Wajahnya memerah. Wanita itu tak menyahut selama beberapa detik dan terus menatap wajah diatasnya, sekaligus menikmati belaian di rambut panjangnya.

"Kau tidak memaksaku kok," Sahutnya sambil tertawa kecil. "Kita berdua menginginkannya semalam."

Madara tak menyahut. Tangan besarnya beralih menelusup masuk ke perut Mei yang terbalutkan pakaian. Sejenak Madara mendiamkan telapak tangannya di dalam sana.

"Kenapa aku tidak bisa merasakan apa-apa?" Tanya Madara dengan kerjapan polos.

"Tentu saja belum. Ini kan masih satu bulan. Mungkin kita mulai merasakannya di bulan ke enam." Jawab Mei tersenyum.

"Apa kau menginginkan dia perempuan, Mei?"

Mei agak terkejut dengan pertanyaan Madara yang menurutnya tiba-tiba. Sebenarnya Mei hanya ingin anak tersebut lahir sehat. Masalah jenis kelamin, Mei pasrah saja pada Kami-sama.

"Sebenarnya, laki-laki ataupun perempuan tidak apa-apa bagiku, Madara. Yang terpenting dia sehat, kau pasti berpikir begitu juga kan?"

Tatapan Madara melembut. "Kau benar. Hanya saja, bukankah perempuan terlihat menggemaskan?"

Mei tersenyum. "Laki-laki juga menggemaskan. Pasti tampan seperti Ayahnya."

Madara menghela napas, "Tentu saja dia tampan karena meniru Ayahnya. Kalau cantik, berarti dia meniru ibunya."

"Madara.." Mei memejamkan mata seraya mengalungkan lengannya leher Madara. Pria itu tersenyum dan mengelus pucuk kepala Mei.

Suasana sempat hening sebelum akhirnya Mei berbicara lagi. "Madara," Panggilnya kemudian.

"Ada apa?" Madara mengangkat alis. Menanggapi Mei dengan santai dengan tangannya yang masih setia di kepala istrinya itu.

"Aku.. sebenarnya" Mei nampak ragu. "Aku sebenarnya bosan di rumah. Maksudku, aku tidak biasanya begini. Bagaimana bisa seorang Mei bosan di rumah seperti istana ini? Apa yang membuat diriku bosan di rumah, mungkin karena bayi ini.."

"Kau mengatakan bahwa kau ingin liburan?"

Mei menghela napas pasrah, mengangguk.

"Jika kau menginginkannya, aku akan menurutinya. Berapa hari, kira-kira? Aku tak bisa terlalu lama. Paling banyak lima hari."

Mei segera menggeleng, "Tidak selama itu, Madara..  dua hari cukup. Tapi, aku ingin semuanya ikut."

Madara nampak terkejut. "Semuanya?"

Mei mengangguk sembari tersenyum. "Semuanya. Anak-anakmu, dan juga tiga wanitanya. Hari Sabtu dan Minggu, mereka pasti ada waktu luang."

Madara mendengus tertawa. "Wanitanya?"

Mei mengerjab, tak mengerti dengan respon Madara. "Benar kan?

"Baiklah terserah kau saja. Kalau begitu, aku akan berbicara pada mereka besok."

Madara benar-benar menuruti apa kemauan Mei. Sekarang, saat makan malam adalah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini.

"Liburan Pa?" Tanya Obito melototkan matanya terkejut. Begitu pula dengan Sasuke, Itachi dan Shisui. Terkejut akan permintaan Madara yang menurut mereka tiba-tiba.

"Sebenarnya bukan liburan yang bagaimana sih," Jawab Madara tersenyum tipis. "Papa sama Mama mau ajak kalian santai-santai di villa Papa. Ajak juga Izumi, Rin dan Sakura."

My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now