"Dokter!"
Shisui menggendong Kagura keluar dari mobilnya dan berlari masuk kedalam rumah sakit. Suasana didalam rumah sakit besar itu terlihat sepi karena malam hari, hanya ada beberapa petugas dan suster yang berlalu lalang.
Melihat seorang pria masuk kedalam lobby rumah sakit dengan kondisi panik membuat petugas dan suster yang berjaga-jaga menghampiri Shisui. Segera petugas tersebut membawakan brankar dorong.
"Suster, tolong! Istri saya mau melahirkan!" Ucap Shisui pada salah satu suster disana. Suster tersebut segera memberi arahan dua petugas pria yang mendorong brankar dorong itu untuk masuk ke area bersalin.
"Kagura! Bertahan lah sayang," Seiring langkahnya yang mengikuti brankar dorong itu, Shisui meremas tangan Kagura yang berkeringat.
"Shisui-kun.. perut aku makin sakit.." Jawab wanita itu. Baru pertamakalinya Kagura melihat Shisui yang sebegini paniknya.
Mereka akhirnya tiba di tempat persalinan. Dua suster menghentikan langkah Shisui yang akan masuk kedalam ruangan bersalin. Sementara Kagura memasuki ruangan tersebut sendirian di antar oleh petugas.
"Kenapa saya tidak boleh masuk suster?!" Shisui menatap dua suster yang menghentikannya.
"Tuan tenang dulu..." Suster tersebut mengangkat tangannya. "Pasien akan di cek terlebih dahulu. Kami akan mengecek semuanya apakah pasien bisa melahirkan secara normal atau tidak. Jika boleh, Tuan dipersilahkan masuk."
Shisui tak menjawab dan dua suster tadi akhirnya masuk kedalam. Kagura untuk sementara akan diperiksa keadaannya dengan dokter dan suster, semoga saja Kagura kondisinya sehat dan tidak ada gangguan pada kehamilannya. Batinnya.
Tak lama setelah Kagura masuk kedalam ruang bersalin, terlihat beberapa sosok yang sedang berjalan cepat ke arah Shisui. Sosok-sosok tersebut tentu saja adalah Madara, Mei, saudara-saudaranya, dan ipar-iparnya.
Namun diantara mereka, dua orang masih belum terlihat.
"Shisui, gimana Kagura?" Tanya Madara mendekat, wajahnya nampak khawatir.
"Kagura masih diperiksa Pa, Ma.. Aku nggak nyangka kalau Kagura akan melahirkan hari ini. Padahal kata dokter, masih minggu depan."
Mei segera berpindah ke sisi Shisui dan mengelus-elus pundaknya. Berniat menenangkannya, "Dokter hanya memprediksi. Mama yakin, Kagura pasti bisa melewati ini semua. Kagura wanita yang kuat seperti kita kan, Izumi?" Mei menoleh pada Izumi yang terdiam, segera Izumi mengangguk.
Shisui merasakan emosi meluap hingga dadanya terasa berat. Segera dia memeluk wanita itu untuk menenangkan jiwa dan pikirannya. Mei adalah sosok ibu yang sangat baik. Mei bahkan selalu memperhatikan hal kecil seperti menanyakan kabarnya setiap saat atau bahkan menyuruhnya untuk tidak tidur terlalu larut.
Selama ini, Shisui baru merasakan kasih sayang seorang ibu setelah beranjak dewasa. Begitupula yang dirasakan oleh ketiga saudaranya, mereka merasa Madara sangat beruntung memiliki istri yang sangat baik seperti Mei. Tak mudah sebenarnya berada di posisi Mei yang menikah dan harus menerima empat orang anak yang bukan anak kandungnya.
Mei pun bukan sosok wanita yang hanya mengejar kekayaan Papa-nya, semua yang Mei lakukan adalah karena cintanya pada Papa-nya, dan pada mereka.
Shisui dan ketiga saudaranya pun mengerti jika Madara sebelumnya tidak menikah karena ambisinya untuk bekerja. Ditambah lagi, Madara sangat sulit menemukan sosok wanita. Bukannya tidak ada yang menyukainya, amat banyak wanita yang menyukainya bahkan umurnya yang sudah kepala empat. Tapi Madara tidak melihat ketulusan dari wanita-wanita tersebut. Yang menyukainya mungkin karena harta dan ketampanannya saja, tanpa mau menerima putra-putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Daddy Madara (Season 2)
FanfictionMenceritakan kisah Madara sebagai direktur di perusahaan Uchiha yang mempunyai anak-anak bandel dan susah diatur. Kehidupannya setelah menikah, sedikit berbeda dari sebelumnya.. Seperti sebuah dongeng yang menjadi kenyataan, kebahagiaan Madara berli...