Chapter 103 (Special Chapter)

116 18 56
                                    






Cincin berlian berharga ratusan juta itu sedang dipegang oleh pemiliknya. Kilau dan pesonanya membuat wanita manapun pasti menginginkannya.

Uchiha Itachi menatap cincin yang dibelinya. Sejak kemarin, pria itu tak bisa menyembunyikan ekspresi bahagia-nya jika sebentar lagi dia bisa melamar sang pujaan hati. Berhari-hari berlalu, waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa minggu depan dia dan kedua orangtuanya akan mengunjungi rumah Izumi.

Semua persiapan lamaran sudah siap. Cincin, dan barang-barang lainnya sudah Itachi beli menggunakan uangnya sendiri. Pria itu berpikir bahwa inilah saatnya, dia tak memikirkan banyaknya pengeluaran yang ia lakukan untuk membeli barang-barang lamaran itu.

Yang Itachi pikirkan adalah satu, semoga saja Izumi menerima lamarannya. Semoga barang-barang pemberiannya itu diterima dengan senang hati.

"Waduh... Senyum-senyum sendiri nih," Kakaknya yang pertama itu datang, membuka kamar Itachi begitu saja dan mendapati adiknya sedang asik dengan pikirannya sendiri.

Melihat kedatangan Obito, pria berambut panjang itu menoleh. Seketika decakan keluar dari bibirnya. "Lu awas ya To, dateng-dateng nggak ngetuk pintu."

Obito tertawa. Pipi adiknya itu mengeluarkan semburat merah, nampaknya dia malu tertangkap basah sedang melamun sendiri.

"Lu cepetan turun, Papa sama Mama mau ngomong. Lu dari tadi gua teriakin dari bawah, nggak denger-denger."

Itachi menghela napas. Mengembalikan cincin yang dia bawa untuk lamaran nanti ke tempat asal. Menguncinya rapat-rapat di lemari.

"Jangan diliatin mulu.. Gua tau lo lagi menghayal kan.." Obito menaikkan alisnya. Itachi berdecak dan melewati Obito yang sedang ada di pintu begitu saja.

Tertawa kembali, pria berambut jabrik itu akhirnya mengikuti langkah sang adik menuju ke lantai bawah.

Disana sudah ada Madara dan Mei, saudara-saudaranya pun juga ikut duduk di ruang keluarga. Itachi mendudukkan diri di sofa, menunggu maksud Madara dan Mei yang memanggilnya.

"Itachi.." Madara mulai bersuara, raut wajahnya serius. "Papa mau memastikan, apa kamu sudah benar-benar yakin mau melamar Izumi?"

Itachi mengangkat kepalanya, menatap dua orang itu bergantian. Ya, dia audah mantap. Izumi adalah wanita yang dicintainya dan dia akan membuat Izumi menjadi bagian dari hidupnya. Wanita itu adalah cinta dan hidupnya.

"Iya Pa. Itachi yakin." Itachi mengangguk mantap. Tak ada keraguan dalam sepasang onyxnya.

"Papa tanya sekali lagi, apa kamu sudah yakin, Uchiha Itachi?"

"Aku yakin, Pa." Jawab Itachi cepat, "Aku yakin mau melamar Izumi. Aku cinta sama dia."

"Kamu yakin??"

Onyx Itachi dibuat membulat. Mengapa Ayahnya masih menanyakan tentang hal ini? Apa dia sedang meragukan cintanya pada Izumi?

Kebingungan nampak jelas dalam raut wajah Itachi. "Kenapa sih Pa? Aku yakin kok sama keputusan aku."

Madara menghela napas berat, ia menyandarkan punggungnya agar tidak tegang. Ya, Madara samasekali tidak mempermasalahkan keputusan Itachi. Dia juga sebenarnya setuju, Izumi adalah wanita baik hati. Sama seperti Istrinya dan Rin.

Namun permasalahannya bukan ada disitu.. melainkan, apa Itachi sanggup menghadapi orang tua Izumi —Ayahnya, yang mempunyai emosi tinggi dan tidak dapat terkontrol?

Madara masih ingat betul bagaimana perlakuan pria itu pada Itachi. Bahkan mungkin sampai sekarang pun, Itachi pasti sering mendapati omelan darinya—Permasalahan kecil seperti Izumi yang pulang telat dan lain-lain, walaupun anaknya itu tidak menceritakannya. Bagaimana mana jadinya, jika Itachi menikah dengan Izumi lalu ada permasalahan sedikit saja..? Pasti sudah dibesar-besarkan.

My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now