Chapter 14

244 34 24
                                    








"Anak-anak kemana Madara?"

Mei, bertanya pada suaminya yang sedang terbaring pada kasur empuk. Mei yang berada disebelahnya, meletakkan kepalanya di dada bidang suaminya.

"Hn?" Madara nampak tak fokus karena sedang menonton acara lawak kesukaannya.

"Ck," Mei berdecak karena harus mengulang perkataannya. "Tadi aku melihat anak-anak keluar. Memangnya mereka kemana?"

Madara nampak terkejut, "Mereka keluar? Semuanya?"

Mei hanya mengangguk saja.

"Ehem," Madara berdehem dan langsung mematikan telivisinya. Melihat gelagat sang suami yang mulai aneh, Mei harus menahan sebelum Madara menarik tangannya seperti semalam.

"Cukup, Madara." Tolak Mei, "Aku lelah jika harus melakukannya. Kau tahu sendiri aku sedang hamil muda kan?"

"Mei," Onyx Madara memelas, nadanya merajuk. "Aku selalu pulang malam dari kantor dan mendapatimu sudah tidur duluan."

"Tapi kemarin-kemarin kan sudah!" Ucap Mei. "Bahkan baru saja tadi pagi,"

"Baiklah, terserahmu."

Mei mengerjab, gaya bicara Madara berubah datar, bahkan cenderung dingin. Nampaknya pria itu mengambek karena ditolak.

Dugaan Mei semakin kuat saat Madara masuk kedalam selimutnya dan berbaring membelakangi Mei. Kalau sudah begini, mau tak mau Mei harus menurutinya. Lagipula, tak ada salahnya kok jika kandungannya baik-baik saja. Madara juga melakukannya dengan pelan dan hati-hati. Tidak seperti saat dirinya belum dinyatakan hamil yang brutalnya minta ampun.

Sejenak Mei hanya diam saja. Ia melepaskan tali ikat di rambutnya hingga rambut coklatnya yang panjang menjuntai hingga punggung.

"Sayang," Panggil Mei memegang sisi lengan suaminya. Rambutnya yang berwarna coklat jatuh hingga mengenai pipi pria itu.

Selama beberapa detik tak ada sahutan.

"Madara, jangan ngambek. Samasekali tidak cocok dengan umurmu."

Pria itu masih tak menyahut dan tetap membelakangi Mei.

Wanita itu menghela napas kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga suaminya. Mei tahu Madara terkejut akan perlakuannya yang tiba-tiba, kedua onyxnya membulat.

Tapi selanjutnya Mei yang dibuat terkejut. Entah sejak kapan Madara mendorongnya hingga posisi pria itu yang berada di atas tubuhnya. Onyx pria itu berubah seperti seekor harimau. Tatapannya buas dan lapar.

"Mencoba menggoda suamimu?" Tanyanya dengan suara berat, sedikit serak.

"Madara, tunggu dulu." Tangan Mei segera mencegat jemari Madara yang hendak membuka resleting celananya.

Mei nampak ragu sebelum melanjutkan, "Lakukan pelan-pelan."

Madara tersenyum, pria itu menangkup pipi Mei menggunakan kedua tangannya. "Bukankah selama kehamilanmu ini aku berlaku lembut?"

Mei tersenyum. "Ya, hanya saja.. mengingatkanmu lebih baik,"

Madara mendengus tertawa. "Aku akan berlaku lembut sampai kau melahirkan anak kita dan bisa melakukannya lagi denganku. Setelahnya, jangan memintaku untuk berlaku lembut, aku tidak akan melakukannya."

Mei nampak terkejut dan hendak memprotes. Tapi pria itu meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Mei, "Kau seharusnya tahu apa alasannya. Karena aku terbakar setiap kali berdekatan denganmu."

Mata hijau membulat, "Kau sedang merayu?"

Madara tak menjawab melainkan melepaskan kaosnya dengan satu tarikan ke atas hingga memperlihatkan dadanya yang berotot. Meskipun sudah berumur 40 tahun, Madara terlihat awet muda.

My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now