Chapter 21 (Special Chapter)

305 32 16
                                    








Hari-hari dilewati seperti biasanya. Kandungan Mei menginjak bulan yang ke-sembilan. Wanita itu sering terbangun tengah malam untuk pergi ke kamar mandi. Seperti malam ini, sudah empat kali Mei terbangun. Kantung matanya sedikit terlihat karena setiap malam yang tidur kurang nyenyak karena terus menerus terbangun.

Mei menatap menutup pintu kamar mandi dengan helaan napas. Ternyata sepasang onyx sedang melihatnya, sepertinya pria itu ikut terbangun juga seperti biasa. Madara pun juga lelah, kantung matanya semakin terlihat.

"Ada apa denganmu, Mei? Sudah seratus kali kau mondar-mandir." Ucap pria itu dilanda rasa kantuk yang berat. Jam masih menunjukkan pukul 12 lewat.

Kening Mei menyernyit seperti menahan sesuatu. Tapi bukan buang air kecil, sesuatu yang baru ia rasakan.

"Ada apa?" Tanya Madara mengangkat alis. "Sudah kubilang, kalau suka mondar-mandir kamar mandi, pakai pampers saja!"

"Mana bisa!" Balas Mei dengan nada meninggi, tak habis pikir dengan Madara yang menyuruhnya pakai pampers. Entah pria itu bercanda atau tidak.

Wanita itu berbalik, dan segera masuk kedalam kamar mandi lagi. Madara hanya menghela napas, ia membaringkan tubuhnya kembali di kasur. Tapi tiba-tiba terdengar suara Mei yang memanggil namanya. Nada wanita itu terdengar panik.

Refleks Madara membuka pintu kamar mandi dengan gerakan kencang yang tidak dikunci.

"Ada apa?" Madara mengerjab. Bertanya dengan sedikit cemas tatkala melihat Mei yang sedang memegang perutnya dengan ekspresi menahan sakit. Sepasang onyxnya menangkap ada cairan bening yang terus keluar dari sela kedua kaki istrinya. Cairan itu menetes hingga membasahi piyama yang dikenakan Mei.

Madara yang terkejut kemudian menatap Mei dengan pandangan khawatir. "Apa ini? Apa kau baik baik saja?"

Seharusnya Madara tak perlu bertanya. Kerutan yang muncul di kening Mei dan genggaman tangan yang berada di perutnya sudah cukup jelas menandakan bahwa wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

"Kita ke rumah sakit sekarang." Ujar Madara kemudian, nadanya tegas. Entah apa yang terjadi pada Mei, Madara masih menebak-nebak dalam benaknya. Tapi mana mungkin Mei akan melahirkan, sedangkan prediksi dokter mengatakan jika Mei akan melahirkan dua minggu lagi.

















My Daddy Madara


















"Iya sayang.. Ini udah malam, kamu tidur juga ya."

Uchiha Obito tersenyum lebar kemudian menutup telponnya dengan helaan napas berat. Dokumen menumpuk yang harus diselesaikan masih berserakan di atas meja. Kurang beberapa lagi, setelah itu ia bisa tidur degan tenang.

Sebelum melanjutkan pekerjaannya kembali, pria itu turun dari lantai atas dan menuju dapur. Kerongkongannya butuh dialiri air, ia haus bukan main.

Tapi saat pria jabrik itu berbelok hendak menuju dapur, ia agak terkejut saat melihat Madara yang baru saja keluar dari kamarnya menuntun Mei dengan wajah cemas. Malam-malam begini, apa yang dilakukan oleh keduanya?

Melihat Mei yang memejamkan mata sembari memegang perutnya seperti orang menahan sakit, membuat Obito menyernyit. Tidak salah lagi, ini sudah bulan ke-sembilan sejak kehamilan Mei, mungkin wanita itu akan melahirkan sekarang!

"To," Panggil Madara yang menyadari keberadaan anaknya. Obito cepat-cepat menghampiri pasangan suami-istri itu.

"To, Papa mau ke rumah sakit sekarang. Kamu nyusul, Papa harus kesana sekarang. Perut Mama mules, kayaknya mau lahiran."

My Daddy Madara (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang