Chapter 74 (Special Chapter)

144 17 27
                                    







Foto album masih betah berada dalam genggaman tangan seorang Mei Terumi. Potret dua orang yang ada didalam foto tersebut membuatnya sedikit bernostalgia. Hatinya selalu mengingat bagaimana ia bisa bertemu dengan seorang konglomerat Uchiha dan menikah dengannya.

Rasanya tak terasa sudah hampir tiga tahun pernikahannya berjalan dengan Madara. Padahal ia serasa baru saja menjadi pengantin baru, tapi ia menyadari bahwa diluar sana, pohon sakura bermekaran. Musim semi keduanya di rumah ini. Ia sedikit tak menyangka waktu berlalu sangat cepat.

Mei menghela nafas dan menutup album foto pernikahannya. Jika waktu bisa diputar, ia ingin hari itu terjadi lagi. Salah satu hari terbaik dalam hidupnya, pernikahannya dengan Madara.

"Mama!"

Suara perempuan kecil yang tiba-tiba terdengar membuat kesadaran Mei kembali menapak tanah. Suara nyaring dari arah belakangnya membuat wanita itu menolehkan kepalanya pada sang putri yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dan kini berdiri di ambang pintu.

Fumiko Uchiha, putri kandungnya kini telah menginjak usia dua tahun lebih. Fumiko bukan anak yang cengeng. Sebelum bisa bicara, dia hanya menangis ketika merasa lapar atau saat buang air. Tapi saat dia sudah bisa bicara, tentu saja dia hanya akan memanggil Mama untuk segala sesuatu yang dia inginkan. Ketika Fumiko sudah berjalan dengan lancar seperti sekarang, dia tidak menunggu Mei untuk datang dan memenuhi kebutuhannya. Tapi dia yang menghampiri Mei untuk meminta apa yang dia butuhkan.

"Fumiko sayang, ada apa?" Tanya Mei lembut. Segera menghampiri putrinya. Namun Fumiko datang ke kamarnya tak hanya sendiri, melainkan bersama bayi laki-laki yang lebih pendek darinya.

Fumiko selalu bersama bayi laki-laki itu kemana saja. Jika Fumiko ingin bermain, dia akan mengajak Mamoru sekalipun bermain barbie. Tapi Mamoru adalah anak laki-laki, dia tidak terlalu suka dan akan diam saja memperhatikan Fumiko. Jika sudah begitu, giliran Mei yang membujuk Fumiko agar mengajak Mamoru menonton kartun. Lebih seru, bukan?

"Papa katanya mau ajak kita beli ice cream! Papa dimana Ma??" Tanya Fumiko dengan tatapan polos. Suaranya khas anak perempuan yang nyaring dan ia masih pelat.

Mei agak terkejut lalu melirik ke arah kamar mandi. Hari ini memang Madara pulang lebih awal dari kantor. Tapi Mei agak khawatir dengan ucapan Fumiko mengingat bahwa dua anak ini cukup sering makan ice cream. Selalu saja Madara yang belikan.

"Papa lagi mandi Fumiko," Jawab Mei. Sepasang manik hijaunya lalu melirik kearah Mamoru yang daritadi diam memperhatikan percakapan dua orang itu. "Um, Mamoru.. kamu dibolehin makan ice cream sama Papa?"

Mamoru mengangguk mantap. Ekspresinya berubah percaya diri. Di usianya yang lebih muda satu tahun dari Fumiko, Mamoru sudah cerewet mengoceh dengan kosakata yang jelas keluar dari mulutnya- walaupun masih banyak pelatnya.

"Boleh kok! Papa katanya juga ikut! Oma ikut juga ya??"

Mei terlihat ragu namun kemudian ia mengangguk. Teriakan nyaring langsung meramaikan kamar tersebut diiringi mereka berdua yang berlari keluar kamar.

Tak lama kemudian, Madara yang tadinya berada di kamar mandi melangkahkan kakinya keluar. Pria itu tengah berganti baju karena ia ingat ia berjanji akan mengajak Fumiko dan Mamoru keluar malam ini. Alasan Madara tak bicara pada Mei soal ini adalah, jika ia tahu bahwa Mei akan melarang Fumiko makan ice cream. Padahal sudah dua hari sejak hari ini. Kasihan jika tidak menuruti kemauannya.

"Madara," Panggil Mei, keningnya mengerut. Madara tak mengatakan apapun bahkan saat sekarang sudah berganti baju untuk pergi keluar. "Kenapa tidak bilang kalau mau ajak Fumiko jalan-jalan?"

My Daddy Madara (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang