Chapter 78 (Special Chapter)

157 16 23
                                    







"Sasuke ke klub malam, Pa. Dia baru aja dari sana, hotel sebrang kampus."

Ucapan Shisui lagi-lagi membuat kaget Madara berlipat-lipat dari yang tadi. Sangking shocknya, Madara refleks memegang dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri.

"Shis, lo gimana sih!" Itachi berteriak dan menghampiri Madara yang terpaku di tempat dengan sebelah tanga memegang dada. "Nggak gitu cara ngomongnya! Lo bikin Papa kaget!"

Deru nafas Madara tak beraturan membuat keempat putranya semakin panik. Kebetulan ada segelas air di atas meja dan Itachi segera memberikan gelas tersebut pada Madara.

Setelah minum beberapa tegukan, mereka semua merasa lega saat melihat Madara menjadi lebih baik. Dia tidak lagi ngos-ngosan seperti tadi. Dia juga tak lagi memegang dadanya.

"Papa nggak papa kan, Pa?" Tanya Obito dengan khawatir.

Madara tak menjawab. Sepasang onyxnya hanya tertuju pada seorang pria yang paling muda disana. Memandang tajam dan dingin, membuat Sasuke hanya bisa menunduk.

"Sasuke," Panggilnya dengan suara dingin. "Papa tanya... Apa yang Shisui omongin bener?"

Kepala Sasuke terangkat. Nada dingin yang digunakan ayahnya itu sukses membuat Sasuke bertambah pucat. Pria itu yakin, Madara pasti tak akan tinggal diam, ia pasti memberi dirinya pelajaran. Dan itu harus dicegah sebelum Madara benar-benar menghukumnya!

"Pa, dengerin penjelasan aku dong Pa.. Ini bener-bener bukan kesalahan aku, Pa. Aku.. aku dijebak." Sasuke kembali membuka suara, wajahnya memelas, nadanya merajuk berharap Madara kasihan.

Dijebak? Maaf, untuk kali ini Sasuke hanya ingin memutar balik keadaan, Pa.. Tapi dia benar-benar khilaf. Dia akan menghajar Naruto kalau si teman pirangnya itu mengajaknya kesana lagi.

"Jawab dengan jujur." Tuntut Madara. Nadanya dingin dan menusuk membuat Sasuke bergidik. Onyx pria itu melotot, mengintimidasi agar Sasuke bicara dengan jujur. "Kamu diajak siapa kesana?"

"A-anaknya Om Minato Pa." Jawab pria itu menunduk. Entah apa yang membuat Sasuke tak menjawab langsung nama Naruto dihadapan Madara.

Ubun-ubun Madara terasa berat berkali-kali lipat setelah ia tahu Naruto yang mengajaknya kesana. Wajahnya memerah karena emosi, rahangnya pun mengeras. Tak lupa dengan alis yang mengkerut dalam. Anak dari kepala sekolah SMA Konoha itu selalu saja berbuat onar!

Tak hanya Madara yang kelihatannya emosi, seorang pria berambut panjang- tak sepanjang sang ayah, juga emosi setelah tahu Naruto mengajak adik kandungnya ke klub. Kedua tangannya mengepal, ingin membogem lelaki pirang itu, tapi sayangnya dia tak ada disini.

Sasuke mencengkram material kain di celananya untuk melampiaskan rasa takutnya. Jujur saja, aura Madara berubah berkali-kali lipat dari yang tadi. Semoga dia tak mengintrogasi dirinya lebih jauh--

"Sasuke," Dan harapan Sasuke pupus sedetik kemudian. "Papa tanya dan jawab dengan jujur."

Sasuke memandang Madara takut-takut.

"Kamu memang belum tahu kalau Naruto yang mengajakmu kesana... Atau, sudah tahu dan mau diajak kesana?"

Desiran aneh melintasi dada pria raven itu dengan begitu kuat, membuat Sasuke tampak lebih pucat dan berkeringat. Kalimat terakhir dari Madara membuat perasaannya menjadi tak karuan.

Apa dia harus menjawab jujur? Tapi bagaimana kalau emosi Ayahnya meledak? Namun jika ia berbohong, Madara pasti akan menegur Minato dan Naruto, lalu ujung-ujungnya mungkin Naruto akan menjelaskan semuanya. Dan ini lebih mengerikan dibanding bicara terang-terangan.

My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now