Chapter 110

127 16 63
                                    











Pagi hari yang cerah menyambut hari dengan indah. Matahari kian meninggi membuat kota ini semakin hangat. Semua orang yang berada di rumah besar keluarga Uchiha sudah membuka mata setelah semalaman beristirahat. Begitu pun para maid dan security yang bertugas. Beberapa maid dengan telaten merapikan mangkuk-mangkuk dan piring-piring kotor ke wastafel dapur setelah majikan-majikan mereka sarapan.

Beberapa dari mereka juga terlihat ada yang sedang mengepel lantai, mengelap kaca-kaca ataupun guci antik berharga miliaran di rumah tersebut. Sehati-hati mungkin agar barang mahal milik sang bos pecah. Jika pecah, mungkin dia yang melakukan kesalahan akan dipecat.

Tak hanya sampai disitu, para maid juga terlihat menyapu halaman luas dari rumah besar keluarga tersebut. Beberapa tukang kebun yang memang bekerja disana juga sibuk memotong rumput yang sudah memanjang dan menyirami tanaman.

Sementara para security menjaga dengan sigap suasana depan rumah. Namun mereka terlihat lebih santai dibanding para maid dan tukang kebun. Cangkir-cangkir kopi diminumnya, bersamaan dengan kue lezat yang memang disediakan khusus untuk para pekerja disana.

Hari ini adalah hari Minggu. Dimana mereka bisa melihat mobil-mobil mewah milik bos mereka berjejer di garasi mobil yang super luas itu menganggur.

Didalam rumah, Madara dan para anggota keluarganya yang lain berkumpul di ruang keluarga. Selayaknya anggota keluarga pada umumnya, mereka bersantai sembari berbincang-bincang.

Dua bocah kecil yang ada disana ikut berkumpul. Mereka nampak asik bermain, memaksa Madara agar duduk di lantai dan menemani mereka bermain.

Madara awalnya menolak karena dia tidak bisa lama-lama duduk di tempat yang keras, tapi akan tatapan memohon keduanya, Madara menyerah.

"Papa tungguin Fumiko masak ya. Eh, Mamoru... Kamu bantuin aku belanja. Kamu beli bahannya di pasar dulu."

"Oke siap, Fumiko-chan."

Bocah-bocah memiliki fantasi yang sangat tinggi. Pikir Madara. Dia melihat Mamoru yang sedang memegang mobil-mobilan dan menggerakkan tangannya. Disebelahnya ada Fumiko yang sedang memegang panci mainan.

"Pa," Suara Sasuke membuat Madara menoleh. "Papa nggak pegel duduk dibawah? Aku ambilin bantal ya Pa."

Alih-alih menjawab, Madara beranjak berdiri dari lantai. Ia mengelus-elus pinggangnya. Ia tidak bisa menuruti Fumiko dan Mamoru begitu saja. Duduk sepuluh menit saja membuat pinggangnya sakit dan kakinya kesemutan.

"Obito-kun," Rin menoleh pada suaminya yang duduk diam sembari memperhatikan dua bocah itu. Akan panggilan Rin, Obito menoleh. "Kemarin Kurenai bilang kalo anaknya ulang tahun. Dia ngadain acara kecil-kecilan dan ngundang kita berdua. Kamu mau ikut?"

Mendengar ucapan Rin, ekspresi Obito berubah malas. "Kamu emangnya mau ikut?"

Rin mengangguk. "Aku kasian banget To sama anaknya. Kita kasih kado kek supaya dia seneng."

Ucapan Rin ada benarnya. Ada segelintir perasaan kasihan menelusup kedalam hatinya saat mengingat putri kecil temannya yang nasibnya jauh berbeda dengan Fumiko dan Mamoru.

"Jam berapa emangnya acaranya?"

Rin nampak mengingat-ingat sebentar sebelum akhirnya menjawab. "Pagi ini To, jam sepuluh."

"Jam sepuluh?" Obito nampak sedikit kaget dan melihat jam dinding rumah itu. "Ini udah jam sembilan sayang. Kalau kamu mau ikut, kita siap-siap aja sekarang. Mau beli kadonya juga kan?"

Rin hanya mengangguk.

"Mau kemana lu To?"

Obito menolehkan kepala saat dia beranjak dari sofa dan mendengar suara berat Itachi.

My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now