Chapter 143

91 14 58
                                    







Hari mulai gelap. Madara dan keempat putranya tengah terlihat sedang mengobrol di taman belakang. Taman tersebut cukup luas dan nyaman. Malam ini mereka berencana untuk makan malam lalu begadang. Sepertinya cukup seru bermain atau sekedar mengobrol hingga larut.

Mei, tiga menantunya dan juga Sakura keluar sebentar ke supermarket terdekat untuk membeli bahan masakan. Obito selaku tuan rumah ingin menawarkan mereka boncengan, tapi Rin meyakinkan sang suami jika dia bisa menyetir sendiri.

Mereka pun akhirnya tiba di supermarket tersebut. Ternyata cukup dekat dengan rumah Obito dan lengkap. Berbagai kebutuhan dapur tersedia disana.

"Wah, ternyata deket juga ya. Tau gitu kita jalan kaki aja kesini," Ujar Izumi membuka pembicaraan.

Sembari memilah-milah, Sakura menyahut setuju. "Izumi bener.. Oh, iya. Kalian mau masak apa? Aku ngikut, nanti aku bantu."

"Mama mau masak apa?" Rin menoleh pada Mei untuk meminta jawaban.

"Kita bikin pasta aja gimana?" Sahut Mei meminta persetujuan. Rin, Izumi, Kagura, dan Sakura langsung setuju.

"Yaudah, aku kesana dulu ya.. aku juga mau cari buat minumannya." Ujar Rin selanjutnya.

Mei, Kagura, Izumi dan Sakura mengangguk. Rin pun berjalan menuju ke tempat buah-buahan dan minuman. Sementara yang lain masih berada disana sembari memilah-milah bahan memasak nanti malam.

Saat berada di rak buah-buahan, wanita berambut coklat itu tak sengaja menangkap sosok yang dikenalinya sedang memilih buah. Rin segera menghampirinya, rautnya terlihat khawatir.

"Kurenai," Panggilannya membuat seseorang berambut hitam di depan rak buah-buahan menoleh. Kedua mata wanita itu melebar karena agak terkejut mendapati temannya disini.

"Kurenai, gimana kabar kamu?" Tanya Rin dengan khawatir.

Kurenai lantas kemudian tersenyum. Dia melambaikan tangannya, "Aku baik kok, kabar kamu gimana?"

"Aku baik, tapi... Aku nggak yakin kamu baik-baik aja. Soal masalah mu itu bagaimana?" Tanya Rin lagi. Sorot kedua matanya masih khawatir, "Ebisu sudah ketemu?"

Mendadak Rin melihat wajah Kurenai yang berubah lesuh. Wanita berambut hitam itu menggeleng, "Belum Rin.. Asuma udah lapor polisi, tapi buktinya masih kurang kuat. Jadi prosesnya dibatalin." Ucapnya membuat Rin kaget.

"Kok bisa?"

Kurenai mengangguk, "Iya, Ebisu gadaiin motor Asuma ya pakai namanya Asuma. Bahkan ada nomor kependudukan Asuma di suratnya."

Rin merasa aneh dengan situasi tersebut. Mungkin Ebisu diam-diam memotret kartu kependudukan Asuma lalu disalahgunakan. Tapi bagaimana caranya?

Menyingkirkan pemikiran tersebut, dia harus mencarikan solusi untuk Kurenai. "Anoo, kayaknya kamu harus lapor lagi. Atau kamu minta bantuan aja sama polisi buat nyari dia," Ujar Rin selanjutnya.

"Kan laporannya ditolak, Rin. Kita nggak punya banyak bukti—"

Kurenai memotong ucapannya ketika melihat Rin merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah dompet. Wanita berambut coklat itu menarik beberapa lembar uang bernilai banyak lalu tiba-tiba dia sodorkan pada Kurenai.

"A-apa ini Rin?" Tanya Kurenai dengan kaget.

"Nggak usah kaget begitu.. Pakai aja uang aku buat minta tolong sama polisinya supaya mereka cari Ebisu. I-ini.. bukan menyogok tapi mereka mungkin semangat kalau ada uang."

Kurenai menatap temannya tak percaya, uang yang Rin berikan begitu banyak. Muncul perasaan haru dalam hatinya, "Nggak papa nih uangnya aku ambil?"

Rin mengangguk mantap, "Ambil aja.."

My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now