Chapter 114

125 21 37
                                    










Uchiha Sasuke tengah mendengarkan seseorang yang berbicara berada di depan kelas. Dosennya yang satu ini selalu saja mendongeng. Setiap pertemuan, Sasuke pasti akan mendengarkan dongeng pria itu yang ada saja bahan cerita.

Sasuke menopang dagunya dengan malas di atas meja. Matanya terpejam. Jiraiya-sensei selalu saja bisa membuatnya mengantuk, ceritanya seperti dongeng pengantar tidur.

Lain halnya dengan Sasuke, teman-teman kelasnya malah nampak antusias mendengarkan ucapan dosen itu. Dosen seperti ini memang berada ditengah-tengah. Banyak yang suka, tapi banyak juga yang tidak suka. Yang menyukainya sebenarnya bukan suka dengan cerita sang dosen, namun senang karena sang dosen tidak membahas mata kuliah yang dianggap memberatkan otak.

Salah satu yang tidak menyukainya seperti Sasuke, menurutnya dosen tipe pendongeng seperti ini hanya membuang-buang waktu dan tenaga. Dia butuh ilmu. Percuma saja datang ke kampus tapi nyatanya sama saja dengan tidak kuliah. Sepanjang mata kuliah Jiraiya, selalu saja bercerita.

Tapi nampaknya di kelas itu, hanya Sasuke yang tidak menyukai dosen seperti ini. Terbukti, teman-temannya yang lain kian menit, memancing-mancing Jiraiya agar terus bercerita. Bertanya apa-apa yang tidak ada hubungannya dengan mata kuliah.

Mereka menganggap mendengarkan cerita dari dosen lebih baik dan seru daripada mendengarkan pengajaran mata kuliah. Sesekali bercerita mungkin tidak masalah, tapi jangan sampai terus-terusan.

"Sensei, terus gimana kelanjutannya?" Suara Naruto terdengar keras di kelas. Sasuke yang duduk disebelahnya hanya berdecak. Ia melihat jam tangannya, lima belas menit sebelum kelas berakhir.

Memanglah Jiraiya sedang bercerita tentang anak didiknya yang sudah sukses dan bekerja di luar negeri. Menceritakan tentang kehidupan mereka yang sebenarnya samasekali tidak hubungannya dengan mata kuliah.

Jiraiya melanjutkan ceritanya hingga lima menit berlalu. Kurang sepuluh menit sebelum kelas selesai. Sasuke mengangkat tangannya agar perhatian sensei-nya itu beralih padanya.

"Ada apa Sasuke?"

"Sensei, waktunya kurang sepuluh menit. Soal materi yang Sensei berikan kemarin—"

"Ah, iya hahahaha, Sensei keasikan cerita sampai lupa!" Potong Jiraiya tertawa. "Berhubung waktunya tinggal sedikit, Sensei beri tugas saja ya."

Tatapan horor seketika dilayangkan oleh seisi kelas. Mereka menatap Sasuke dengan pandangan geram. 

Anjing. Ingin sekali kata-kata itu dilemparkan oleh teman-teman sekelasnya pada Sasuke.

Sepuluh menit akhirnya berlalu. Teman-teman sekelas Sasuke, terutama para laki-laki langsung menghampiri pria raven itu dengan emosi. Sementara Naruto yang duduk disebelah Sasuke sudah menjadi kompor sejak tadi.

"Anjing lu Sas." Pekik Neji emosi. "Lu ngapain ngingetin Jiraiya-sensei kalau waktunya hampir habis?!"

"Tau nih!" Rock Lee menyahut, "Udah bagus-bagus Naruto alihin perhatiannya buat cerita terus. Ehhh, malah diingetin!"

"Karena lu udah buat Jiraiya-sensei ngasih tugas ke kita, lu tanggungjawab. Kerjain tugasnya, nanti gua salin." Naruto malah mencari-cari kesempatan dalam kesempitan.

"Setuju bro!" Sahut Kiba.

"Enak ajaaa," Sasuke langsung protes, ia menggeleng dengan kerutan di dahi. "Ogah lah. Kerjain aja sendiri. Emang gua babu lu semua?"

"Ya kan elu yang berbuat, ya elu yang bertanggung jawab." Jawab Neji.

Mereka terus mendesak dan menyalahkan Sasuke. Sasuke tak mau dibodoh-bodohi dan terus melawan. "Enak aja lu semua. Otak dipake dong! Malah di anggurin.. Bokap nyokap lu nguliahin lu semua pake duit, bukan pake daun! "

My Daddy Madara (Season 2)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant