Chapter 163

131 16 57
                                    











Obito masih sibuk memasak bubur seafood yang menggoda selera. Berselang sepuluh menit kemudian, bubur tersebut akhirnya sudah matang. Segera dia meletakkan bubur itu di mangkuk, beserta irisan udang dan bawang goreng di atasnya.

Pria itu sangat khawatir dengan kondisi sang istri yang tidak berselera makan karena demam. Padahal dia sudah mengatakan berkali-kali pada Rin bahwa dia ingin memanggil dokter. Tapi sebagai mantan dokter, Rin paham jika demamnya ini hanya karena kelelahan. Tidak ada penyakit yang serius atau apapun itu.

Jujur saja, Obito dirundung perasaan bersalah karena ulahnya sendiri kemarin selama pergi berlibur. Selama tiga hari itu, dia tak membiarkan sang istri istirahat.

Menepis pemikirannya, dia harus cepat-cepat mengantarkan bubur ini pada Rin. Obito menaiki tangga terlebih dahulu untuk menuju ke kamarnya. Pria itu hampir menjatuhkan nampan berisi bubur tersebut karena terkejut mendapati Takumi yang mengintip dari atas sembari menahan tawa.

Dia mengira bayangan itu adalah hantu. Tapi ternyata keponakannya. Apa yang dilakukan bocah itu?

"E-eh, Om.." Takumi memekik, segera berdiri untuk memberi ruang berjalan pada kakak ayahnya itu.

Onyx Obito menyipit heran, menatap Takumi yang sendirian dan bersembunyi dibalik pembatas tangga. "Kamu kenapa? Kok disini? Ketawa-ketawa sendiri?"

"N-nggak papa kok Om.." Sahut Takumi kalem.

Obito tak menyahut. Memperhatikan wajah si bocah yang sampai sekarang terlihat sedang menahan tawa. Menurutnya aneh saja dia mendapati Takumi yang menjawab seperti itu.

Onyx itu kian menyipit, "Nggak papa tapi kok ketawa sendiri?"

Takumi hanya diam, sulit rasanya untuk mengarang alasan. Pada dasarnya bocah masih polos, sulit untuk mengarang alasan yang masuk akal.

"Takumi?"

Bocah itu terkesiap, wajahnya mulai terlihat takut ketika menatap wajah mengintimidasi didepannya. "Nggak papa kok Om.."

"Om tanya serius, kamu nggak jahilin Mamoru kan?"

Insting seorang Ayah memang sudah pasti. Obito curiga setelah melihat perlakuan Takumi yang sendirian sembari mengintip dari lantai atas. Lebih-lebih melihat bocah itu tertawa.

Onyx Takumi membulat mendengarnya, "Nggak Om..."

Demi menghindari Obito, setelah menjawab Takumi segera berlari ke kamar Ayah dan Ibunya daripada Obito akan terus mencercanya lebih jauh.

Obito sedikit terkejut, tapi segera mengabaikan perlakuan keponakannya itu. Ada yang jauh lebih penting dari itu, tentu saja istrinya yang ada di kamar dan terbaring tak berdaya.

Pintu kamarnya pun Obito buka, memperlihatkan sang istri yang sedang tidur meringkuk membelakanginya. Sakit-sakit begini Rin masih mengurusnya dan anak-anak.

"Rin?" Suara Obito terdengar, si wanita membalikkan badan sekaligus berusaha untuk duduk. Kepalanya seketika bak seperti ditusuk ribuan jarum.

"Ayo makan dulu.." Obito mengaduk-aduk bubur buatannya. Siap untuk menyuapi Rin.

"Aku udah mendingan kok To, panasnya udah turun.." Rin mulai menenangkan Obito yang lagi-lagi terlihat cemas.

"Nggak papa, nanti aku panggil dokter ya. Pokoknya kali ini kamu harus nurut, jangan pakai nggak mau lagi."

Rin menggeleng, "Aku udah mendingan To.. Ngapain panggil dokter segala? Lagian aku paham sama kondisi aku sendiri. Aku juga udah minum obat sama vitamin."

My Daddy Madara (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang