Chapter 52

195 24 34
                                    








"Dorong agak lama dan dengan sekuat tenaga." Kali ini suara dokter menginterupsi.

Rin mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong lebih keras. Tubuh wanita itu kini bersimbah peluh, kening hingga rambut bagian depannya juga basah karena keringat. Napas Rin semakin terengah-engah saat ia berusaha berkonsentrasi diantara rasa sakitnya mengikuti arahan dokter.

Entah yang ke berapa kalinya ia akan mendorong lagi dengan meremas tangan Obito. Ia tidak boleh berhenti sampai disini. Ia akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong bayinya keluar.

Napas Rin semakin tersendat-sendat saat berikutnya ia mendorong lagi. Obito juga berusaha untuk memberinya motivasi. Tapi wanita itu hanya mampu merintih disela teriakannya dan menggenggam tangan suaminya erat-erat.

Hingga suara tangis bayi mendekap telinganya. Mengenyahkan kegundahan hati yang menimpa keduanya.

Rasa panik, gelisah dan cemas langsung tergantikan oleh sebuah perasaan hangat. Rasanya seperti jatuh cinta lagi.. dan sangat bahagia.

"Selamat, anak Tuan dan Nyonya laki-laki. Dia dalam kondisi sehat. Anak anda tampan sekali, Tuan.."

Bayi mungil itu segera dibersihkan dan diselimuti dengan
hangat, lalu diserahkan pada Obito.

Obito menggendong salah satu bayinya dengan penuh kehati-hatian. Bayi itu kini telah berhenti menangis dan menutup matanya yang sembab dengan lembut seiring rasa kantuk yang tiba tiba datang.

Matanya bulat berpadu indah dengan sepasang onyx yang turun dari Ayahnya. Rambutnya pun yang masih tipis memiliki warna yang sama dengan matanya. Persis sekali dengan sang Ayah. Hanya yang nampak berbeda adalah, ada sebuah tanda di kedua pipi bayi itu yang sama dengan Ibunya.

Obito begitu takjub saat melihat wajah anaknya yang begitu tampan. Rasa bahagia seketika memenuhi hatinya. Bayi yang begitu mirip dengannya dan Rin itu pun segera Obito perlihatkan pada Rin.

"Aku sangat-sangat berterima kasih. Rin, sayangku, sekarang kamu harus istirahat." Ucap Obito. Ia kemudian menggenggam erat tangan istrinya yang sedang kelelahan itu. Ia khawatir tapi kekhawatirannya itu tidak ditunjukkan lagi didepan Rin.

Untuk sejenak, Rin tidak mendengarkan kata-kata Obito dan hanya berfokus pada bayi yang ada dalam dekapannya. Ternyata apa yang dikatakan dokter tadi benar, bayi yang baru saja meluncur dari rahimnya itu tampan seperti Ayahnya.

Melihat pemandangan didepannya, onyx Obito memanas. Kehadiran mereka berdua yang bersamanya sekarang adalah anugerah paling dahsyat dalam hidupnya.

Semuanya begitu indah hingga Obito tak mampu menahan air mata terharunya untuk tidak mengalir. Sangat malu dan gengsi rasanya jika ia menangis. Tapi tangisnya sudah tidak dapat ditahan lagi. Obito menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

Benar-benar melelahkan, untuk emosinya terutama yang diperas habis melihat perjuangan Rin dan anaknya.

"Obito-kun?" Panggil Rin lembut. Saat onyx Obito terbuka kembali dengan linangan air mata, ternyata Rin menyuruhnya untuk mendekat.

Saat Obito lebih dekat, Rin mengambil sebelah tangan pria itu dan menggenggamnya. Tak dapat dipungkiri memang jika ia juga tak bisa menahan air matanya agar mengalir. Kedua manik coklatnya berkaca-kaca.

"Aku sangat bahagia, sayang." Ucap Rin tersenyum tulus.

Obito tersenyum dan mengeratkan genggaman tangannya. "Terimakasih." Keningnya dikecup, "Sampai kapanpun rasa terimakasihku tidak akan bisa membayarnya, sayang."


















My Daddy Madara (Season 2)Where stories live. Discover now